CAMPUR ADUK

Tuesday, October 1, 2019

PANGERAN GAJAH DAN PUTRI BUNGA ASYAR

Negeri Skala Brak merupakan sebuah negeri yang subur. Rakyatnya hidup makmur, rukun dan sejahtera. Mereka hidup penuh semangat dan rajin bekerja. Menyiangi padi di sawah, membersihkan kebun di ladang, bergotong, royong memelihara, keasrian lingkungan. Hingga setiap kali musim panen kopi, lada, cengkeh atau padi, mereka selalu mendapatkan keuntungan berlimpah.

Sampai suatu hari bencana menimpa negeri Skala Berakh. Penduduk dibuat panik oleh kedatangan galigasing alias raksasa yang memiliki tangan sembilan puluh sembilan jumlahnya. Dan tangan-tangan itu ada yang memegang tongkat batang enau, gada berduri, pedang, tombak, jala, badik, panah, dan berbagai macam senjata lainnya.

Tinggi galigasing itu melebihi pohon kepada. Lebar dadanya lebih dari sedepa. Jalannya lambat. Dan suara langkahnya seperti halilitar. Dar! Dar! Dan membuat penduduk ketakutan; galigasing itu suka memakan daging hewan dan manusia. Setiap hari ia memangsa dua ekor kerbau, atau empat orang dewasa atau enam orang, anak kecil.

Akibatnya penduduk negeri Skala Brak tidak ada yang berani keluar rumah. Mereka bersembunyi berhari-hari hingga persediaan makanan mereka habis. Lalu mereka menderita kelaparan.

"........Tolong! Tolong.......!" terdengar jerit seorang penduduk sambil berlari lintang pukang. Ia berlari kesembarang arah. Beberapa penduduk lainnya yang mengintip dari dalam rumah lalu memberanikan diri keluar.

"Kenapa? Kenapa!?" Tanya seseorang.

"Galigasing itu! Galigasing itu telah memakan kambing dan sapiku"

"Sabarlah kawan, Galigasing itu juga telah memangsa saudaraku" sahut seseorang yang lain.

"Gawat! Kalau begini terus, bisa habis manusia dan hewan di kampung kita" ujar orang pertama yang bertanya.

"Ya! Kalau begitu kita harus mencari jalan membunuh Galigasing itu," Ungkap yang lain.

"Betul! Sekarang ini hidup kita tidak aman. Kita selalu dihantui perasaan ketakut setiap hari!

"Kita harus lawan Galigasing itu!"

"Setuju! Kita harus lawan!"

Maka merekapun berlomba-lomba untuk menjadi pahlawan. Dari orang dewasa, anak muda hingga perempuan. Mereka mempersiapkan diri dengan berbagai senjata.

Tapi sayang; mereka yang pergi mempertaruhkan diri melawan Galigasing. Tidak ada satu pun yang kembali. Semuanya bagai lenyap di telan bumi.

Matahari terik, pohon-pohon kering. Di siang yang gersang itu tibah seorang pengembara di negeri Skala Brak. Namanya Pangeran Gajah. Ia merasa heran menyaksikan kota yang sepi. Hanya ada beberapa ekor anjing kurus berkeliaran. Sesekali debu berdebaran ditiup angin. Daun-daun kuning. Semua menandakan kehidupan yang penuh malapetaka.

Pangeran Gajah terus berjalan menyusuri sudut demi sudut kota. Hingga ia bertemu dengan seorang kakek yang sedang duduk termenung di serambi rumah.

"Salam hormat, kakek. Gerangan apakah yang terjadi di negeri ini? Kota ini seperti kota mati tanpa penghuni"

"Salam kembali anak muda. Tapi......tapi......., kakek itu menjawab ketakutan.

"Jangan takut, kakek. Aku hanya seorang pengembara. Jawablah pertanyaannya ku dengan sejujurnya"

"Anak muda, sebaliknya pergilah dari kota ini sebelum engkau menjadi korban Galigasing bertangan sembilan puluh sembilan dan suka makan daging manusia dan hewan....?"

"Galigasing pemakan manusia dan hewan?"

"Betul, anak muda. Negeri ini sedang dilanda kecemasan. Banyak penduduk yang menjadi korban"

"Maksud, kakek?"

"Mereka mati disantap Galigasing. Kami sudah mencoba melawan, tapi kami tidak berdaya.

"Banyak kesatria negeri yang hilang tak tahu rimbanya"

"Orangtua, ketahuilah; saya adalah Pangeran Gajah dari Negeri Satwalangka. Saya mengembara untuk mengamalkan kebaikan. Sebab kata orang tua saya; kekuatan kita tidak ada artinya tanpa berbuat kebajikan terhadap sesama makluk Tuhan. Karena itu tunjukkan dimana tempat Galigasing itu, saya akan coba melawannya"

"Jangan anak muda. Galigasing itu"

"Jangan Khawatir, kakek" Tukas Pangeran Gajah "Bagi saya, pantang mundur melawan kejahatan. Tunjukkan dimana tempat Galigaring itu"

"Kalau memang maumu, baiklah anak muda. Pergilah engkau ke puncak bukit Cendana. Disanalah Galigasing itu berada"

"Terima kasih, kakek. Saya mohon pamit"

Setelah memberi salam kepada si kakek lalu Pangeran Gajah melesat terbang dengan mengepak-ngepakan telinganya yang besar dan lebar. Pangeran Gajah bernyanyi.

Mamandang alam dari angkasa raya.
Indah kupandang alam mempesona
Tuhan Pencipta Nan Maha Pujangga
Lestarikan, pelihara lingkungan kita bersama

Tak beberapa lama sampailah Pangeran Gajah ke puncak bukit Cendana. Pada saat itu Galigasing baru saja menawan seorang putri yang cantik jelita. Namanya Putri Kembang Asyar.

"Tolong! Tolong! Lepaskan aku, lepaskan aku" begitu Putri Kembang Asyar berteriak teriak.

"Iyek...., iyek......, iyek........, sebentar lagi kau akan jadikan santapan siangku. Iyek......, iyek........, iyek...."
"Jangan Galigasing jangan!"
"O....., tidak ada jangan-janganan. Kalau aku lapar, pokoknya apa saja akan kulahap, tahu?!"
"Tolong!!! Tolong!!!" akhirnya. Putri Bunga Asyar Cuma bisa berteriak.

Saat itulah Pageran Gajah datang. Melihat perlakuan Galigasing terhadap putri Bunga Asyar, seketika Pangeran Gajah menantang.

"Hei, Galigasing jelek! Lepaskan gadis itu!"

"Iyek....., Iyek....., Iyek....., siapa kau berani-beraninya datang ketempatku. Apa kamu sudah bosan hidup? Iyek...., iyek......, iyek...., "Aku Pangeran Gajah. Aku datang untuk membunuh kejahatanmu. Karena itu bertobatlah. Jangan lagi menyengsarakan penduduk negeri Skala Brak. Bila engkau bertaubat, maka aku akan memaafkanmu"

"Iyek......., iyek......, iyek......., belum ada yang dapat pergi hidup-hidup dari hadapanku, tahu?! Anak lancang, akan kurobek-robek tubuhmu, iyek......., iyek........iyek......,"

"Jangan sombong Galigasing. Setiap kekuatan ada kelemahan. Sepandai pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga. Maka sehebat-hebatnya engkau, pasti akan mengalami kekalahan"

"Jangan cuma ngomong anak jelek. Ayo kita buktikan. Iyek......, Iyek......, Iyek.......,"

Maka perkelahian terjadi. Dengan marah Galigasing menyerang Pangeran Gajah. Tapi Pangeran Gajah menghadapinya dengan tenang. Keduanya mengeluarkan kesaktian dan kekuatan. Tangan-tangan Galigasing menyerang Pangeran Gajah dengan tongkat, dengan tombak, dengan jala, dengan badik, dengan senjata-senjata lainnya yang berada di tangannya. Namun Pangeran Gajah dengan gesit selalu dapat menghindarinya.

Berhari-hari mereka berkelahi. Sampai hari ke tempat puluh, terlihat Pangeran Gajah melompat tinggi sekali ke angkasa. Lalu dengan gadingnya yang tajam ia meleset turun dan menusuk. Kedua dengkul Galigasing, hingga. Robek berdarah. Ajaib. Galigasing sempoyongan. Tubuhnya gementar begitu hebat. Sampai akhirnya tubuhnya roboh merauh-raung, menggelepar dan mati. Ternyata kelemahan Galigasing itu terletak di dengkul. Karena di dengkul itu terletak otaknya.

Lalu Putri Bunga Asyar menghampiri Pangeran Gajah. Ia mengucapkan terima kasih.

"Kalau tidak ada pangeran, entah apa jadinya nasib saya"

"Bersyukur kepada. Tuhan Yang Maha Pengasih. Karena kehendak-Nya. Galigasing itu mati. Dan penduduk negeri Skala Brak dapat hidup tenteram kembali"

"Oh ya, saya Putri Kembang Asyar. Baiklah kita kabarkan ke seluruh negeri kematian Galigasing ini" ucapnya.

Keduanya kemudian menuruni bukit. Mereka di sambut gemuruh sorak sorai penduduk negeri. Memuji-muji kekuatan Pengeran Gajah. Lalu Sang Pemimpin negeri berkata : "Saudara-saudaraku, penduduk negeri Skala Brak yang berbahagia. Mari kita ucapkan terima kasih kepada Pangeran Gajah, Dan sebagai penghormatan kita jodohkan Pangeran Gajah dan Putri Bunga Asyar, setuju?"

Setuju!!!'!

Gemuruh suara rakyat negeri Skala Brak mendukung perjodohan Pangeran Gajah dan Putri Bunga Asyar.

Dan keesokan harinya Pimpinan dan rakyat Negeri Skala Brak menyiapkan pesta perkawinan Pangeran Gajah dan Putri Bunga Asyar selama tujuh hari tujuh malam. Maka sejak saat itu Pangeran Gajah dan Putri Bunga Asyar menjadi pasangan yang berbahagia serta begitu dibanggakan sebagai simbol perdamaian dan ketentraman.

Kemudian Pangeran Gajah dijadikan sebagai panglima, dan setiap senja tiba Putri Bunga Asyar senantiasa bersolek, dengan wajah ceria ia duduk diserambi rumah menunggu kedatangan suami tercinta.


Karya : Syaiful Irba Tanpaka

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK