CAMPUR ADUK

Sunday, June 30, 2019

MENGHORMATI

Sore yang cerah sekali. Dono duduk di taman kota sambil melihat para warga sekitar bermain dan bergembira. Indro pun dateng langsung duduk di samping Dono sambil memberikan sekaleng minuman yang di belinya di pedagang yang berjualan di area taman kota.

Dono membuka kaleng minumannya dan segera menenggak minuman kaleng untuk menghilangkan rasa hausnya.

"Segernya...dan...enak..minuman..ini," kata Dono.

"Dono....hari...rame..ya..taman..kota?"

"Iya.... Kan...hari..libur."

"Oh..saya...mau tanggapan kamu dengan Presiden terpilih. Keputusan MK...menolak gugatan Pak Prabowo jadi yang menang Pak Joko Widodo?"

"Oh..itu. Ya...jawabannya ada tiga sih."

"Tiga...jawabannya banyak amat... Kan saya inginnya satu jawaban saja."

"Sebenarnya tiga itu jadi satu. Hormat ke satu... Hormat saya mengakui kemenangan Pak Joko Widodo dalam Pemilu Presiden. Hormat ke dua...Meminta maaf jika ada salah kata dan perbuatan saya dalam bentuk apapun!?. Dan Hormat ke tiga... Terima kasih telah membuat tontonan yang bagus untuk Pemilu Presiden."

"Jadi...maksud kamu...adalah menghormati...semua yang telah memberikan banyak ilmu politik lewat tonton Pemilu Presiden."

"Ya..begitulah. Menang atau kalah dalam Pemilu Presiden hanya 2 jawabannya Doa dan Usaha."

"Bener...kamu...Don. Doa dan Usaha kunci sukses untuk mencapai puncak keberhasilan."

"Udah..yuk..duduk ngobrol di sini. Lebih baik ke rumah Kasino."

"Entar dulu...Don. Sebenarnya saya ingin tahu siapa kamu sukai dari tiga cewek yang sering di tulis blog?"

"Kayanya ini rahasia penulis."

"Iya....deh...rahasia penulis dalam tulisannya. Aulia, Rara, dan terakhir Putri."

"Bintang dangdut lagi. Padahal sekedar penggemar saja. Kalau mau jujur...sih.....agak susah. Tapi...saya pilih...yang ke empat Selfi."

"Kok..... Selfi...jawabannya Dono?"

"Kali.....ini...Selfi...aja. Penjelasannya gak ada."

"Selfi....ya..udah..deh...ikut..aja. Selfi...pilihan penulis..kali..ini...Penyanyi Dangdut."

Dono beranjak dari duduknya di taman kota begitu juga dengan Indro menuju rumah Kasino...yang tidak jauh dari....taman kota.


Karya : No

Thursday, June 20, 2019

TANGGAPAN PUBLIK

Sore hari di pinggir jalan. Dono asik minum es cendol. Indro langsung duduk bersama Dono dan memesan es cendol juga ke Mamang es cendol. Di tunggu dengan sabar....eeee es cendol jadi juga dan berikan ke Indro oleh Mamang penjual es cendol.

"Minum Don."

"Iya."

"Oh..iya..omong-omong gimana kelanjutan sidang sengketa Pilpres di MK."

"Baik..Indro."

"Eeee..bukan itu maksudnya? Tanggapan kamu sebagai masyarakat.....itu yang saya mau?"

"Oh...tanggapan saya. Tentang sidang sengketa Pilpres di MK? Saya sih memahaminya dengan 2 faktor variabel x dan y saja. Maksudnya? Iya atau tidak nya kecocokan bukti-bukti yang ada dan sesuaikan dengan pokok permasalahan adakah kecurangan dalam sistem yang diatur dalam pemungutan suara. Pada hal dari awal memang sistematis sistem kerja Pemilu ...orang ada rencana dan perencanaan agar suatu sistem kerja berhasil dengan baik dan menampik banyak kesalahan. Cuma saya gak suka aja setiap elit politik bicara....untuk pendidikan publik? Padahalkan semua sudah di konsep rapih setiap tema yang akan di publikasikan dan di tonton masyarakat. Hasil survei saya aja....di masyarakat saja dari jenis pemberitaan yang dipublikasikan baik hoaks sampai fakta..sih....menyesuaikan data yang di publikasikan di masyarakat lewat media apapun. Maksudnya jadi objek pembicaraan, tapi ada lebihnya ada kurangnya...biasa itumah masyarakat."

"Oh..begitu. Jadi masih iya atau tidaknya dalam proses menggodok hasil gugatan dari pihak penggugat tentang sengketa Pilpres."

"Iya..itu maksudnya."

"Don kalau terbukti ada kecurangan gimana?"

"Ya...sebenarnya...sih dari awal sampe akhir sih memang sistemnya memanipulasi suara. Tapi bagaimana prosesnya yang di jalankan ke dua belah pihak dalam peserta Pemilu Presiden saja....ada tindakan di jalankan kecurangan atau tidak? Jadi agak riskan..sih. Maksudnya kecil banget untuk memeriksakan kecurangan itu. Karena sistem kerjanya ke dua peserta Pemilu Presiden....sebelas dua belas.....alias sama aja. Jadi gugatan dari Pak Prabowo ke MK ini harus cocok datanya dengan data KPU dan juga dari data Pak Joko Widodo. Maka variabel x dan y cocok...maka selesai lah Hakim memutuskan Pemilu berjalan baik dan tidak ada kecurangan. Tapi masalahnya ini..data ini tidak cocok....itulah di permasalahannya......harus di selesaikan masalahnya. Apa benar Pak Joko Widodo atau Pak Prabowo ....apakah....KPU yang benar...itu saja?. Ya...masih iya atau tidak."

"Jadi kemungkinannya kecillah. Kan sistem kerja pemerintahan ada sistem evaluasi kerja setelah data di kumpulkan untuk......menampik kesalahan yang ada. Agar...kegagalan di minimkan....maksudnya di usahakan tidak ada kegagalan."

"Itu tahu."

"Ya...saya..hanya ingin tahu tanggapan kamu saja Don."

"Iya..saya tahu..itu."

"Gimana dengan kerusuhan yang terjadi pada 21-22 Mei di Jakarta?"

"Ah..itu sih gak terlalu penting banget. Saya menontonnya dari seluruh jaringan internet sampe pemberitaan Tv di siarankan di seluruh Indonesia sampe pemberitaan Tv Malaysia dan Singapura."

"Oh..iya..kamu baru pulang dari Malaysia..saya lupa Don. Karena kamu lagi bantuin Mbak mu yang kerja di Malaysia. Jadi emang susah di hubungin....kamu. Sibuk banget."

"Ya..begitulah nama juga nolong keluarga."

"Gimana Rara..kabarnya gitu?"

"Baik..... Udahlah ngobrolnya. Es cendol saya habis. Nanti saya di awasin orang pemerintahan...karena tahu banyak tentang sistem kerja pemerintahan yang asli."

"Don..bukannya..itu data penulis yang asli. Bahwa dia di awasi oleh anggota pemerintahan alias di buntutin pake mobil dinas."

"Iya.....," jawab Dono.

"Wah.....wah...wah. Seumur hidup penulis era ke era tidak ada anggota pemerintahan mengawasin penulis baru...era Pak Joko Widodo ini...aneh. Padahal cuma ngoceh di masyarakat di awasi anggota pemerintahan padahal datanya di dapetkan dari media juga."

"Itulah..jangan lama-lama ngobrol di lingkungan. Nanti di curigai ini dan itu."

"Bener juga Don. Padahal lebih baik Pak Prabowo yang menjabat jadi Presiden...maka kamu tidak di awasi anak buah Pak Joko Widodo. Dari sisi ini yang lebih Demokratis adalah Pak Prabowo dari pada Pak Joko Widodo...agak sedikit Diktaktor."

"Kalau..menurut tanggapan kamu begitu sih Indro.. gak ada masalah banget...cuma opini masyarakat saja."

Dono membayar minuman es cendol ke Mamang es cendol dan sekalian membayarin minuman Indro. Lalu Indro selesai minum es cendolnya dan gelasnya di berikan ke Mamang es cendol...tak lupa mengucap "Terima kasih."

Ya.....Mamang es cendol menjawabnya "Iya...sama-sama."

Indro langsung naik motor duduk di jok belakang. Dono segera membawa motor menuju tempat Kasino untuk ngobrol urusan kerjaan.


Karya : No

Wednesday, June 19, 2019

KASUS


Deni pagi-pagi ke kantor untuk menghadap komandan. Ternyata Deni telat dateng dan teman kerja Deni si Boni geleng-geleng kepala. Deni pun meminta maaf sama Boni karena ketelatan dirinya ke kantor. Boni memaafkan Deni dan langsung menghadap komandan Albret di ruangannya.

“Pagi …Pak,” kata Deni.

“Siang,” saut Albret.

Deni dan Boni duduk di kursi masing-masing dan komandan Albret memberikan file tentang penjahat yang harus di tangkap Deni dan Boni karena masuk daftar hitam kepolisian. Deni membaca dengan seksam file yang di berikan komandan Albret begitu juga Boni.

“Pak…..masalahnya orang ini ada kaitannya dengan elit politik. Bagaimana ini Pak….kayanya terlalu berat…kasus ini.”

“Bener….apa..omongan Deni? Karena terlalu riskan…ini Pak…bagi kepolisian mengungkap kasus mereka..ini. Malah bisa berbalik. Apalagi banyak mata-mata yang tersebar di pemerintahan untuk mengamankan kondisi elit politik ini.”

“Maka..itu..lah saya butuh kalian. Polisi yang sering menyamar di lapisan masyarakat. Kalian dianggap polisi bukan dianggap masyarakat ia. Lebih sering di sebut penjahat karena ulah kalian ini banyak masalah. Polisi…banyak pelanggaran di mana-mana. Untuk kalian dapet kasus ini..untuk membersihkan nama kalian di kepolisian. Kalau berhasil naik..pangkat. Kebiasaan bikin ulah. Naik pangkat susahkan. Yang baru masuk aja seperti Handoko yang junior kalian…eeee karena prestasinya banyak menyelesaikan kasus jadi senior kalian. Kasus ini harus bisa kalian selesaikan…sampe bukti-buktinya terkumpul dengan baik baru…target di tangkep.”

“Siap..komandan,” kata Deni dan Boni bersamaan langsung berdiri langsung hormat.

Setelah itu Deni dan Boni keluar dari kantor komandan Albret dengan membawa file tersangka yang harus di tangkap mereka berdua. Komandan Albret santai di dalam kantor telah memberi tugas Deni dan Boni dengan minum kopi hitam yang enak banget.

Deni dan Boni terus ngobrol di ruangan kepolisian sampe di luar untuk menyelesaikan kasus. Mau gak mau mereka jalan bareng dan naik mobilnya Deni. Sampai di sebuah kafe di pinggiran kota Jakarta berdasarkan informasi Deni yang tersebar lewat jaringannya di masyarakat untuk mengetahui target yang di incar adalah Dargo. Deni dan Boni mengawasi dari mobil.

Maunya Deni langsung masuk ke kafe menyergap menangkap Dargo, tapi Boni menyuruh menunggu di mobil agar tahu pergerakan selanjutnya Dargo mau ke mana. Dengan sabar menunggu di mobil Deni dan Boni mengawasi targetnya.

Keluar juga Dargo dari kafe dan masuk mobil pribadinya. Bergeraklah Dargo dengan mobil pribadinya. Deni dan Boni mengikuti dari belakang. Sampai di sebuah gedung pemerintahan Dargo memarkirkan mobilnya. Deni dan Boni pun juga. Dargo masuk ke dalam gedung pemerintah untuk menemui seseorang.

“Ah..benerkan..target ada kaitannya dengan elit politik..gimana Boni?”

“Ya..gimana lagi…harus segera kita selidiki.”

Deni dan Boni mau masuk ke dalam gedung pemerintahan dengan menyamar sebagai wartawan untuk mencari berita di pemerintahan tentang isu ini dan itu. Tapi Deni melihat gerak-gerik mencurigakan dari seseorang yang masuk kantor pemerintahan.

“Kaya….dari KPK…Boni.”

“Mana..Deni.”

“Itu orangnya yang pake baju dines tersebut…yang baru masuk, tapi nyamar. Gaya beda banget dengan anggota pemerintahan yang bekerja di gedung pemerintahan ini,” kata Deni tangannya menunjuk.

“Iya…,” saut Boni.

“Sekarang..misi di bagi dua. Kamu ke arah sana saya ke arah sini. Jangan sampe ketahuan.”

“Ok beres.”

Deni mau masuk ke dalam kantor pemerintahan di halangan petugas penjaga. Untung wartawan yang lain yang ingin meliput berita tentang komentarnya Pak Wiranto tentang keamanan di Indonesia. Deni berhasil masuk bersama wartawan yang lain untuk wawancarai Pak Wiranto.

Sedangkan Boni berhasil masuk dengan cara nyelinepnya lebih baik lagi saat kerumunan dan masuk ke dalam gedung. Sambil ikutan wawancara Pak Wiranto….Deni mencari kesempatan untuk bisa masuk ke ruangan lainnya. Kesempatan ada saat Pak Wiranto…bla..bla alias bicara di depan kamera langsung deh Deni masuk ke ruangan di mana Dargo terlihat di situ.

Ternyata urusan Dargo dan elit politik di dalam ruangan terlalu singkat dan padat. Deni belum dapet hasil apa-apapun? Di tambah lagi anggota KPK ikutan juga lagi mengincar elit politik tersebut jadi targetnya.

Dargo keluar dari kantor setelah pembicaraan selesai dengan elit politik. Tahu- tahu anggota KPK nyamar nangkap elit politik tersebut dengan bukti uang yang di serahkan oleh Dargo di simpan pada kotak berkas sepatu.

“Kacau..urusannya..ini mah…ketangkap KPK…Pak Ruhut ini mah,” kata Deni melihat kejatian tersebut.

Langsung heboh semuanya Pak Ruhut di tangkap KPK. Wartawan lagi wawancarai Pak Wiranto langsung meninggalkan sementara waktu untuk meliput Pak Ruhut di tangkap KPK. Pak Wiranto langsung geleng-geleng melihat Pak Ruhut di tangkap KPK begitu juga dengan anggota pemerintahan yang lain.

Deni tambah bingung karena kerjannya KPK duluan menangkap orang yang masuk target kepolisian.

“OTT lagi…OTT lagi...,” kata kesal Deni.

Dargo pun keluar dari gedung pemerintahan langsung deh meninggalkan kehebohan di dalam gedung pemerintahan mengenai OTT. Dargo mengambil mobilnya di parkiran dan segera pergi. Deni masuk mobilnya di parkiran dan ternyata Boni sudah ada di mobil.

“Lama amat Deni….ayo cepet bawa mobilnya!”

“Iya..sabaran.”

Deni membawa mobilnya dengan baik mengikuti Dargo. Di dalam mobil sambil ngobrol Deni dengan Boni mengenai hasil mengumpulkan data target. Boni memberikan kabar baik pada Deni yang bagus banget. Boni berhasil mendapatkan file data kerja Pak Ruhut dengan Dargo sebelum anggota KPK menyergap alias menangkap Pak Ruhut.

Sampai di sebuah gedung kantoran di pinggiran kota Jakarta. Dargo memarkirkan mobilnya. Deni pun memarkirkan juga, tapi agak sedikit jauh. Dargo keluar dari mobil menuju tujuannya. Deni dan Boni juga keluar dari mobil juga. Di perkirakan Deni bahwa Dargo mau masuk gedung perkantoran. Eeeee ternyata di sampingnya ada gang menuju sebuah kafe, tapi lewat belakang untuk mengelabui orang sekitar kalau tempat tersebut tempat yang baik.

Deni dan Boni langsung memberanikan diri untuk masuk ke dalam kafe lewat belakang mengikuti Dargo. Setelah pintu di buka oleh Deni dan Boni. Walah….gila banget. Ternyata pabrik narkoba. Dargo langsung melihat Deni dan Boni dan menguruh anak buahnya menghabisi mereka berdua.

Deni dan Boni mau gak mau menghajar mereka semuanya. Terjadi pertarungan yang sengit sampe satu persatu para penjahat di bikin babak belur sama Deni dan Boni. Dargo melihat kekalahan di pihaknya langsung kabur dengan berlari lewat pintu depan kafe. Deni mengejar Dargo dengan secepat mungkin. Sedangkan Boni mengeluarkan pistol untuk mendiamkan para penjahat untuk jongkok di langtai, lalu menelpon rekan kepolisian yang terdekat untuk menangkap para penjahat.

Dargo terus berlari dan mau masuk ke dalam mobilnya. Tapi Deni dateng langsung menendang pintu mobil. Tapi Dargo berhasil menghindar dan tidak terjepit di pintu mobil. Dargo tidak ada pilihan untuk melawan Deni. Dargo menyerang Deni dengan tendangan dan pukulan. Deni pun bisa mengimbangi serangan Dargo. Sampe Dargo di hajar Deni di bagian mukanya sampe muntah darah. Langsung deh Dargo di tangkap oleh Deni.

Segera Dargo di bawa di kantor polisi oleh Deni untuk intrograsi. Di dalam ruangan intrograsi Deni menghabisi Dargo dengan pertanyaan dan sebuah ancaman yang sifatnya menyakitkan demi membuka mulut siapa yang terkait. Susah payah Deni membuat aksinya di dalam intrograsi akhirnya Dargo buka mulutnya dan menjelaskan kronologis yang sebenarnya sampe Pak Ruhut di tangkap KPK.

Deni  dan Boni baru tahu ternyata Pak Ruhut di jadikan korban demi menyelamatkan elit politik yang hendak pergi luar negeri tepatnya Singapura karena ikut dalam permainan memanipulasi suara untuk memuluskan jalannya jadi anggota DPR. Sampai di bandara Deni dan Boni langsung menangkap Pak Yusril karena ada surat penangkapan yang sah dari pihak kepolisian. Setelah Pak Yusril di tangkap oleh Deni dan Boni langsung data-data anggota yang terkait dalam memanipulasi suara di daerah-daerah segera di tangkap oleh jajaran kepolisian.

Komandan Albret senang dengan kehebatan anak buahnya yang bisa menyelesaikan kasus dan segera di naikkan pangkat Deni dan Boni. Setelah pangkat Deni  di naikkan minta cuti karena lelah menangkap penjahat begitu juga Boni. Ya…komandan Albret memberikan cuti kepada Deni dan Boni secara khusus karena berhasil mengungkap kasus.

Baru sampe di hotel di pinggir pantai untuk bersantai. Deni dan Boni dapet panggilan tugas oleh komandan Albret untuk menyelesaikan kasus di Malaysia berkenaan gembong narkotika dan TKI ilegal. Ya…namanya juga tugas. Deni dan Boni segera meninggalkan hotel langsung ke bandara menuju Malaysia untuk menyelesaikan kasus.


Karya : No

KEPASTIAN

Langit yang bertabur bintang di malam ini. Doni memandang langit. Setelah itu Doni dateng ke rumah Kasno. Ternyata sudah di depan rumah Kasno dan Doni menghentikan laju motornya di depan Kasno.

"Lama baget datengnya?"

"Maaf......proses berjalan ke sini. Sambil liat pemandangan sekitar."

"Iya..saya...maafkan. Lain kali tidak."

"Kok..lain kali tidak di maafkan. Harus di maafkan."

"Iya. Ayo..kita berangkat. Temen -temen sudah nunggu ngumpul di kafe."

"Ayo..cepet naik."

Kasno naik motornya Doni duduk di jok belakang. Segera Doni membawa motornya dengan baik. Baru berapa lama Doni menghentikan laju jalan motornya. 

"Kok..berhenti Don..?"

"Lihat...Silfi keluar rumah. Baru...bayar makan yang pesannya lewat sistem jaringan internet. On line alias devilery..gitu."

"Iya..saya tahu. Tapi tujuan kamu sebenarnya apa berhenti?"

"Lihat..Silfi."

"Capek...deh..kalau suka sama cewek cuma bisa melihat dari jauh samperin. Toh..Silfi itu teman kita kita..juga."

"Kalau di samperin..nanti...ngumpul di kafe sama teman-teman telat deh."

"Ini...udah hampir telat. Ayo makanya..cepetan...jangan berhenti..lajuin motornya."

"Iya..sebentar. Saya lajuin. Tapi..nyapa Silfi dulu."

"Terserah..kamu."

Doni melajukan motornya ke depan rumah Silfi dan segera mencet klakson pada motor "Tinnnn". Selfi terkejut sekali "Astaga...Doni ngagetin aja. Apa ada apa main ke tempat saya?"

"Cuma...mampir..Silfi."

"Ah...kangen...Selfi," tambahan Kasno.

"Hus....," saut Doni.

"Oh....gitu..kangen," kata Selfi.

"Bukan..gitu Silfi. Gimana kamu Kasno. Jadian belum sama Silfi udah di komporin yang bukan-bukan. Saya yang bingung. Jadi maksudnya saya...cuma mampir saja. Ya..niat hati siapa tahu kalau keadaan telah  menunjukkan sebenarnya. Walau kenyataan begitu...saya..sih memang ingin dekat lagi dengan Silfi."

"Eeee..sama aja. Itu sih..ungkapan perasaan," tambahan Kasno.

"Iya," saut Kasno.

"Jadi..nembak nih...momentnya. Kok gak sepesial amat ya?"

"Silfi..kan cuma mampir saja. Kalau moment sepesialnya...ya kalau mau di ulang lagi sih boleh. Nunggu...dapet uang jajan dari Mami. Maklum masih sekolah belum bekerja."

"Jadi...cowok terus terang amat kamu Don."

"Iya..harus....terus teranglah dengan keadaan saya biar gak dianggap gombal. Maksudnya....kepastian yang di berikan kepada pihak cewek. Maksudnya begitu...Kasno."

"Tapi..momentnya..gak pas. terlalu..berani. Silfinya jadi mikir..tuh."

"Ya...saya bingung..juga deh jadinya. Di ganggu kamu Kasno."

"Saya..gak...ada masalah...mau ditembaknya..moment sepesial atau tidak. Yang penting sih...jangan mempermainkan hati..saya saja," kata Silfi yang terus terang.

"Iya...saya tidak mempermainkan Silfi. Janji...kalau saya suka sama Silfi."

"Saya...terima," saut Silfi.

"Cepet..banget..jadiannya. Kaya..udah janjian..ini mah?"

"Udah..di sekolah," kata Doni dan Silfi bersamaan.

"Dasar...moment di ulang. Kangen dua-duanya. Ayo...Doni berangkat..nanti telat ngumpul...di kafe sama teman-teman!"

"Iya..... Kalau..begitu..Silfi..saya pamit dulu ya."

"Iya...Doni."

"Daaaaa...," kata perpisahaan Doni.

"Daaa...," saut Silfi sambil melambaikan tangan.

Doni melajukan motornya dengan baik menuju kafe. Silfi masuk rumahnya. Selang berapa saat sampai di kafe. Doni segera memarkirkan motornya baru masuk ke kafe sama Kasno. Baru juga duduk di kafe Doni dan Kafe mau minum sesuatu. Eeee....temen-temen sudah mau keluar dari kafe...untuk pergi nonton acara yang di sepakatin mereka semua. Doni dan Kasno ikut saja mau teman-temannya walau gagal gak minum enak di kafe. Untung aja bisa di minuman bisa di bungkus pake gelas khusus jadinya bisa nikmati minum di jalan...itu semua idenya Kasno yang terlalu berlian.

Doni dan Kasno ngikut motor teman-temannya beriringan di jalanan kota Jakarta sampai di tujuan. Sampai di tempat langsung di parkirkan motor dengan baik oleh Doni dan teman-temannya segera masuk ke sebuah gedung pertunjukkan.

"Mau..apa kita kesini?" tanya Doni.

"Mau..nonton..live musik lah?" jawab Kasno.

Sampai di dalam gedung pertunjukkan langsung semuanya mencari tempat untuk duduk. 

"Dangdut Star....ya..Kasino?"

"Iya, Kamu jagoin...siapa Doni?"

"Siapa..ya? Temen-temen...yang lain gimana?"

"Mereka..punya..jagoan sendiri..yang sesuai selera mereka. Maksudnya sudah jadi penggemar."

"Ohhhh..begitu. Kalau begitu yang simpel aja..ya. Silfi."

"Eeeee..itu..sih..nyamain..nama..pacar kamu..Sifli."

"Kan..gak apa-apa. Yang penting suka aja. Namanya juga penggemar."

"Iya.... ."

"Kalau..kamu Kasno.....?"

"Putri."

"Eeeee....itu..sih..nyamain..nama adek kamu..namanya Putri."

"Biarin..suka-suka saya."

"Iya..terserah..kamu Kasno."

Doni dan Kasno asik nonton live musik dangdut dengan baik beserta teman-teman mereka satu sekolah sampai acara  musik selesai baru deh pulang ke rumah masing-masing untuk istirahat.


Karya : No

Sunday, June 16, 2019

DUNIA PARALEL

Gatot Kaca mendengar suara teriakan minta "Tolong". Segera Gatot Kaca terbangun dari pertapaannya di puncak gunung Merapi. Lalu terbang Gatot Kaca mencari suara yang minta tolong. Terlihat dari langit oleh Gatot Kaca. Dewi Andini teman Gatot Kaca di kejar oleh Raksasa Buto Ijo.  Dewi Andini terjatuh dan di tangkap oleh Raksasa Buto Ijo. Gatot Kaca langsung menyerang dengan tinjuannya ke Raksasa Buto Ijo sampe benget.

Dewi Andi terlepas dari gengaman Raksasa Buto Ijo. Tapi di sisi lain ada si Ranggar melepaskan anak panahnya ke Dewi Andini. Gatot Kaca gagal menyelelamatkan Dewi Andini yang meninggal dunia karena panah Ranggar si Kesatria jahat anak buahnya Duryudana.

Raksasa Buto Ijo bangun dan menyerang Gatot Kaca. Karena sangking marahnya Gatot Kaca meninju Raksasa Buto Ijo sampai terpental jauh dan menabrak gunung batu sampe pingsan. Gatot Kaca membawa Dewi Andini ke Krisna siapa tahu bisa di selamatkan?. Krisna pada saat itu sedang bersantai di pinggir sungai dan Gatot Kaca dateng meminta pertolongan membuat Dewi Andini hidup. 

Krisna tidak ingin membantu Gatot Kaca untuk menghidupkan Dewi Andini. Tapi Gatot Kaca terus memohon sampai bersujut pada Kirisna dan Krisna terkejut dengan ulah Gatot Kaca bersujud demi menghidupkan Dewi Andini. Krisna membantu Gatot Kaca untuk menghidupkan Dewi Andini.

Krisna hanya memberikan jalan untuk menghidupkan Dewi Andini dengan pintu waktu di mana Gatot Kaca menolong Dewi Andini sebelum di panah Ranggar di lepaskan. Gatot Kaca pun masuk ke dalam pintu waktu. Belum selesai Krisna bicara mengenai pintu waktu. Gatot Kaca sudah masuk ke dalam pintu waktu. 

"Gatot....Gatot...kamu bisa masuk...ke dalam dunia paralel yang lain.....," kata Krisna.

Gatot Kaca terombang ambing di aliran waktu dan tahu-tahu sudah menukik dari langit dan hendak jatuh ke tanah. Dengan sergapnya Gatot Kaca terbang dan turun ke tanah dengan gagahnya.

"Haaaaa....saya..dimana?" teriak Gatot.

Gatot Kaca bingung sekali melihat lingkungan sekitar ramai dengan manusia yang sibuk dengan urusannya. Gatot Kaca ternyata berdiri di tengah jalan dan mau di tambrak mobil truk karena sopir kaget melihat seorang manusia yang berpakaian wayang. Mememang sempat mengerem dadakan, tapi jaraknya terlalu dekat mobil truk dengan Gatot Kaca. Dengan sigapnya Gatot Kaca menghentikan mobil truk yang mau menabraknya.

Pak sopir keluar dari mobilnya dan ingin melihat manusia yang berpakaian wayang yang di tabraknya.

"Nak..kamu..gak apa-apa?" tanya Pak sopir.

"Iya...gak apa-apa? Tapi ini...di mana ya...Pak?" 

"Ini Yogyakarta......nak."

"Kok.....di pinggir jalan banyak sekali gambar sepanduk gambar Presiden Pak Prabowo?"

"Presiden... Indonesia sekarang...memang Pak Prabowo."

"Kok....aneh ya...padahal di masa saya yang Presidennya bukannya Pak Joko Widodo?"

"Pak Joko Widodo...kalah dalam pemilu....nak. Sekarang ini....lagi proses mau menggugat ke MK alias sengketa Pemilu." penjelasan Pak sopir.

"Jangan-jangan dunia...paralel. Bukan dunia yang saya tuju. Di dunia ini Presidennya Pak Prabowo."

Krisna muncul di dunia paralel tersebut dan segera mengarahkan Gatot Kaca untuk masuk ke pintu waktu menuju dunia yang seharus di tuju. Gatot Kaca masuk ke pintu waktu dan menuju dunia yang di tuju dan langsung menyelamatkan Dewi Andini dengan ketepatan waktu saat Ranggar mau memanah Dewi Andini. Gatot Kaca sudah di hadapan Ranggar dan segera mematah panah dengan tangan Gatot Kaca dan sekalian di tinju Ranggar sampai terpental jauh menabrak pohon-pohon dan akhirnya pingsan.

Gatot Kaca menemui Dewi Andini.

"Kamu tidak apa-apa?"

"Tidak..apa-apa....kok. Terima kasih atas segala bantuannya."

Gatot Kaca langsung kembali masanya lewat pintu waktu yang dibukakan oleh krisna. Di masa sebenarnya Dewi Andini hidup kembali. Gatot Kaca senang sekali. Lalu Gatot Kaca pun menemui Krisna dan ingin tahu tentang dunia paralel?. Krisna menceritakan tentang dunia paralel pada Gatot Kaca dengan baik. Ternyata Gatot Kaca baru tahu bahwa di dunia paralel ternyata ibarat dunia di bolak balikan saja. Setelah urusannya selesai Gatot Kaca kembali ke pertapaannya di gunung Merapi.



Karya : No

BENIH KEBAIKAN

Ustajah Mama Dede sedang menyirami pohon yang berusia 2 bulan yang di tanamnya di pot dengan penuh keceriaan. Dateng seorang gadis kecil bernama Bunga mendatengi Ustajah Mama Dede.

"Asalamualaikum wr.wb," salam Bunga dengan sopan banget.

Ustajah Mama Dede menjawabnya "Waalaikum salam wr. wb."

Lalu Bunga langsung bersaliman dengan Ustajah Mama Dede, tapi sebelumnya menaruh alat menyiram tanaman.

"Apa gerangan nak Bunga...main ke rumah Mama?" tanya Ustajah Mama Dede.

"Cuma main. Sekaligus ingin nasehat Mama Dede. Tentang mengapai masa depan yang lebih baik dari hari ini," kata Bunga yang lugu.

"Masa depan lebih baik dari hari ini. Saya akan membuat perumpaan agar nak bunga lebih mengerti dan memahaminya. Yaitu dari biji kopi yang saya pegang ini," kata Ustajah Mama Dede.

"Biji kopi," saut Bunga.

"Iya biji kopi.  Benih ini dipilih dengan baik oleh saya. Sama halnya nak Bunga. Mama berpikir positif nak Bunga anak yang baik juga Mama umpamakan saja benih kopi ini. Lalu Mama menanamnya di dalam pot yang sudah di beri pupuk. Mama merawatnya dengan baik benih kopi ini yang di tanam dalam pot. Lalu benih kopi tumbuh setiap hari dan Mama Dede memindahkannya dan di tanam di halaman belakang. Terus di rawat sampai akhirnya berbunga dan berbuah kembali menjadi benih kopi lagi. Inti maksutnya perumpaan ini belum selesai. Biji kopi ini awal satu  jadi banyak biji kopi dan akhirnya di jual ke pasar untuk semua orang merasakan manfaat dari rasa biji kopi ini.  Nak Bunga sama dengan biji kopi ini maksudnya kamu di jaga orang tua untuk didik di tempat pendidikan dan kelak menjadi orang yang berguna diri sendiri  dan orang lain. Masa depan terukir dengan baik yaitu masa depan lebih baik lagi dari hari ini," cerita panjang lebar Ustajah Mama Dede.

"Jadi maksudnya saya harus belajar sampai pinter dan pada akhirnya ilmu saya bermanfaat untuk diri saya dan semua orang. Sama seperti Mama Dede. Jadi saya harus jadi Ustajah juga. Agar masa depan saya terukir lebih baik," saut Bunga.

"Ya..seperti itulah. Tapi tidak harus jadi Ustajah seperti Mama Dede. Gapai mimpi apapun dan kamu pertanggung jawabkan dengan baik!?," kata Ustajah Mama Dede.

"Mimpi saya ingin menjadi penyanyi," kata Bunga yang antusias.

"Mimpi yang baik. Tapi ingat harus tekun belajar dan bertanggung jawab apa yang telah kamu putuskan untuk masa depan kamu. Dan juga harus bermanfaat  juga ilmu kamu untuk orang lain," kata Ustajah Mama Dede.

"Iya saya mengerti," kata Bunga.

Bunga puas dapet nasehat dari Ustajah Mama Dede demi masa depannya. Sedangkan Ustajah Mama Dede senang dengan keterbukaan Bunga yang ingin mencari tahu jalan masa depannya. Bunga pun berpamitan pulang ke Ustajah Mama Dede. Setelah itu Ustajah Mama Dede melanjutkan pekerjaannya merawat tanaman. 

Ustajah Mama Dede menghentikan pekerjaannya sejenak. 

"Jangan-jangan hanya mimpi Bunga  jadi penyanyi. Malah jadi Ustajah seperti saya.... kan Bunga di didik di pesantren. Dasar anak pinter.....generasi baru muncul lagi. Masa depan lebih baik dari hari ini.  Tapi jalan hidupnya sebenarnya sudah di tunjukkan orang tuanya menjadi Ustajah. Orang tua Bunga adalah Orang tua yang bijak dalam mendidik anak," kata Ustajah Mama Dede.

Ustajah Mama Dede melanjutkan pekerjaannya dan berhenti saat azan di kumandangkan sholat dzuhur. Segera Ustajah Mama Dede melaksanakan kewajibannya sebagai muslim yang baik.


Karya: No

Thursday, June 13, 2019

LANGKAH KAKI KECIL KU

Teriknya matahari di hadapi Lia untuk menjajakan koranya di pegangnya kepada mobil yang berhenti lampu merah di kota Batam. Tak ada rasa sedih di rat wajahnya hanya keoptimisan melalukan koran yang di pegangnya. Perut kosong di tahan sampai bener-bener laku koran yang di jajakan pada setiap orang yang ingin membaca berita hari ini. Dono melihat gadis kecil yang menjajakan koran tersebut. Rasa iba Dono muncul di dalam dirinya teringat masa kecil yang tidak jauh beda untuk mencari rezeki yang halal membantu orang tua.

Dono mendekati gadis kecil penjajak koran tersebut dan membeli koran. Lia senang barang dagangan laku. Terdengar suara perut kosong Lia "Keriuk" di telinga Dono.

Lia malu banget karena menunda-menunda makan demi jualan korannya laku. Dono berkenalan dengan gadis kecil penjual koran. 

Dono pun baru tahu nama gadis kecil tersebut "Lia" setelah berkenalan. Dono memberikan uang cukup besar kepada Lia "Untuk beli makan dan minuman".

"Beneran ini Om?"

"Iya."

Lia senang banget dapet rezeki dari "HambaAlloh yang berhati baik". Lia langsung membeli makan dan minuman di warung dekat untuk menghilangkan rasa hausnya dan laparnya.

Dono pun melangkahkan kakinya ke Mesjid Raya Batam untuk menunggu sholat dhuzur dan sekalian membaca koran yang di belinya.

Dono langsung membuka lembaran koran tentang Politik di Indonesia. Dengan seksama Dono membacanya koran yang di belinya.

"Konflik pemilu 2019 masuk ranah MK. Ternyata kaya iya kaya enggak saja...rahasia dari teka teki Pemilu 2019. Padahal realita kenyataan lingkungan saya adem-adem saja."

Dono terus membaca koran sampai tentang masalah konflik ini dan itu di dalam negeri sampai di luar negeri. 

"Masih..saja...urusan manusia hidup di muka bumi...kaya iya kaya enggak aja."

Dono terus membaca korannya sampai selesai. Rasa haus dan lapernya dateng langsung bergeraklah dari duduknya di teras depan Mesjid Raya Batam.

Dono mencari kantin makan yang menjual makan dan minum dekat mesjid. Lansung biasa mesen makan dan minuman sama Ibu Fatimah penjual makan dan minuman.

Dengan santai menikmati makan dan minumnya Dono. Baru setengah piring...azan dhuzur di kumandangkan. Segera Dono menghabiskan makan dan minumnya segera tak lupa membayar apa yang di pesannya sama Ibu Fatimah.

Sampai di mesjid. Dono melihat Lia di dalam mesjid untuk menjalan sholat dhuzur berjamaah.

Imam dateng segera menjalankan sholat dhuzur berjamaah dengan khusuk. Selesai sholat dhuzur Lia kembali untuk menjual koran di pinggir jalan lampu merah kota Batam.

Dono tersenyum melihat kegigihan anak gadis kecil bekerja di teriknya matahari demi membantu dirinya dan keluarganya.

Dono pun berkata "Apakah yang berseteruan di pemerintahan yang makan enak dan minum enak tidak malu. Bahwa ada hal yang tidak terjamah....urusan masalah menanggulangi...anak gadis kecil yang belum cukup umur bekerja demi hidup."

Dono pun beranjak dari mesjid pulang ke rumahnya karena urusan kerjaannya udah selesai.


Karya : No

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK