Hari berganti malam. Aku dateng ke mesjid mengikuti pengajian. Sampai di mesjid Aku melihat semua orang aneh dan Aku diam membisu semuanya. Mulai pengajian yang memberikan pemahaman dengan baik. Tetap Aku kesepian di antara yang lain. Hati ku bicara menunjukkan kebenaran seperti demensi waktu di antara orang yang tekun mengikuti pengajian.
"Apa salah ku. Mungki salah ku yang kemarin. Padahal kata -kata menggerutu ku di tengah pengajian pada waktu menunjukkan kebenaran yang asli. Bahwa Aku hanya di cekokin untuk terus di jalan ini benar terus menerus. Tapi jika di tanya mereka tidak bisa menjawab. Karena sebenarnya perpecahan di buat manusia dan berharap Alloh SWT dateng memberi petunjuk. Apakah mereka ini yang dateng golongan yang jujur atau pembohong. Karena terlihat kepura-puraan mereka. Mereka mengejar surga pada akhirnya yang sebenarnya neraka."
Aku pun berhenti bicara dalam hati ku. Azan pun di kumandangkan, lalu Aku menjalankan sholat Isya. Tapi di saat Aku mau melakukan sholat Isya dan berdiri di tengah-tengah mereka. Tetap Aku melihatnya dan hatiku bicara "Apakah ini salah ku lagi. Kalau ini salah ku. Aku tobat pun di terima Alloh SWT. Tapi kalau manusia sampai Aku mati pun belum di terima tobatnya di antara manusia. Padahal alasannya mereka adalah jalan mereka benar Aku yang salah. Padahal jalan mereka tetap ada yang salah sama dengan ku. Masih ingin terbebas dari siksa api neraka."
Imampun memandu sholat dengan baik sampai selesai. Setelah sholat Aku melihat keanehan lagi dan hati ku bicara lagi "Ternyata benar mereka ini menutupi kepura-puraan dalam diri mereka. Tetap terlihat oleh mata ku bahwa jiwa mereka yang bersih ternoda dengan satu titik gelapan yang Aku buat kemarin. Yaitu mereka ini masih golongan bohong bukan jujur. Karena tujuan yang awal terlihat sampai akhirnya. Aku pun sadar dengan kesalahan ku. Lebih baik diam dan meninggalkan jalan ini. Karena telah rusak lagi karena kebodohan mereka. Yaitu kegelapan hati mereka. Pada hal Alloh SWT telah melihatnya dengan baik. Jalan mereka masih tersesat karena selalu meminta petunjuk Alloh SWT."
Aku terus mendengarkan acara pengajian dengan selesai. Dan pulan bersama yang lain dan ikutan bersalaman dengan imamnya. Lagi-lagi Aku melihat kegelapan dari imamnya yang tidak suka dengan ku tetap Aku mengabaikan. Aku pulang ke rumah dengan berjalan kaki dan kata hati ku bicara "Benar-benar .....jauh di dalam di seorang pemimpin atau imam masih di penuhi kegelapan jiwa. Ternyata benar apa yang Aku lihat. Kesalahan ku kemarin menunjukkan kebenaran. Bahwa mereka berpura-pura menutupi kebenaran mereka yang asli. Yaitu ahli neraka di dalam ahli surga."
Sampa di rumah Aku pun melupakan semuanya dan menyetel Tv untuk menghilangkan kejenuhan ku. Lalu teringat dengan isi dari pengajian tadi.
"Harus terus mengikuti pengajian ini dan harus di sempat-sempatkan. Jangan terpengaruh dengan tontonan yang ada di Tv," celoteh Aku sedirian di dalam rumah.
Aku mengabaikan semuanya dengan tetap nonton Tv dengan seksama. Lalu Aku teringat sesuatu.
"Bener...mereka masih golongan pembohong belum golongan jujur. Toh mereka masih mengejar dunia dari pada akherat. Karena Hp, motor, mobil, yang mereka bawa ke mesjid sebagai sarana menjalankan hidup terlihat jelas di mataku. Sampai-sampai sendal yang di pakai mereka jadi saksi bahwa mereka tetap mengejar dunia dari pada akherat. Dan terkadang Aku pun bergaul dengan mereka selayaknya kawan. Ternyata mereka masih membohongi dirinya. Akherat dan akherat. Toh yang sebenarnya mereka masih terjebak oleh urusan dunia sampai di mesjid pun tidak bisa membebaskan pikiran dan hatinya. Maka jiwa mereka penuh dengan kegelapan. Maka pertanyaan ku adalah apakah mereka ini berhasil mendapatkan surga akherat atau sebenarnya neraka yang sebenarnya yaitu kesusahan, keresahan, kebimbangan, kebodohan, kegilaan dan akhirnya hancur sendiri tanpa di pengaruhi siapa pun," celoteh Aku.
Aku lagi-lagi mengabaikan semuanya dan tidak mau di ambil pusing. Aku tetap nonton Tv dengan baik toh bisa menghibur ku.
"Surga dunia yang benar itu adalah menikmati setiap waktu yang ada. Ketika mati apakah bisa Aku menikmati ini semua yaitu nonton Tv," celoteh Aku.
Aku pun beranjak dari duduk dan membuat makan malam di dapur dan mengambil mie yang di simpan di lemari makan.
"Cuma satu bungkus ini rezeki aku malam ini. Ternyata hanya segini nikmat surga dunia Aku. Mereka bercerita tentang surga akherat di mesjid, tapi surga kenyataannya adalah mie yang akan Aku masak untuk menghilangkan rasa lapar Aku," celoteh Aku.
Aku pun memasaknya mie tersebut dengan baik sampai jadi dan siap untuk di santap. Di depan Tv Aku menyantap makan mie yang masih panas.
"Enak..mie ini. Walau pun Aku...tahu nikmat ku hari ini hanya segini. Besok Aku harus mencarinya. Surga dunia telah Aku lewati dengan sebenarnya. Sedangkan surga akherat ...Aku serahkan pada Tuhan yang memutuskan yang paling baik. Bukan seperti mereka yang di dalam mesjid surga akherat yang memutuskan adalah para pemimpin mereka. Maka hancurlahn mereka dengan kesesatan. Karena yang di puja Tuhan adalah Alloh SWT malah manusia yaitu pemimpin di antara mereka. Gugur amalan mereka yang mereka bina. Yang terlihat benar di mataku. Salah Aku.....yang bikin ulah gak sengaja dan tidak Aku perhitungkan di antara mereka. Malah mereka terjebak oleh kata-kata ku yang mencari jawaban dari jalan hidup. Akhirnya Aku tahu sebenarnya hati mereka masih dalam kegelapan dunia. Surga tidak dapat malah nerakalah yang mereka jalani." celoteh Aku.
Aku pun tertawa melihat lawakan yang lucu dan melupakan keresahan dari dalam diri ku. Aku menikmati waktu yang sejenak ini makan mie sampai habis. Lalu Aku menaruh mangkuk mie dapur dan kembali untuk nonton. Ternyata penyakit lamaku kambuh. Aku mengalami serangan jantung. Dengan susah payah Aku menahan sakitnya dan sampai jatuh di lantai. Tidak ada yang menolong Aku di saat paling sulit. Aku pun mengikhlaskan keadaanku dan mengucap sebuah kata yang paling baik dan berusaha sadar "Allohhu Akbar."
Aku pun memejamkan mata selamanya.
Karya: No
No comments:
Post a Comment