Dulu, Mama sering sekali berkata begitu kepadaku.
Ketika masih kecil dulu, aku memang gampang jatuh sakit. Setiap tiiga bulan sekali, ada saja penyakitku. Mulai dari batuk, gatal-gatal, pilek, dan kecelakaan kecil seperti jatuh dari sepeda. Setiap kali jatuh sakit, aku paling sedikit harus tinggal satu hari di rumah. Tentu saja aku jadi ketinggalan pelajaran.
Orang tuaku sudah sering menasihati aku untuk rajin berolah raga.
"Setiap hari setengah jam saja, Di. Setiap pagi sebelum pergi ke sekolah, atau sore-sore selesai mengerjakan PR," nasihat ibuku.
Sayangnya aku termasuk anak yang malas menggerakkan badan. Padahal tubuhku sebenarnya harus dilatih. Teman-temanku rata-rata bertubuh sehat. Si Andy yang gemuk, lebih jarang sakit dari pada aku, walau ia juga malas berolahraga. Enas, adikku, lebih senang berolah raga dibanding aku. Hampir setiap sore ia pergi ke lapangan kelurahan untuk bermain sepak bola atau bola basket.
Setiap kali aku sakit, aku dirawat oleh dokter Edi. Sejak lahir, aku selalu diperiksa dan diobati olehnya. Ia adalah dokter yang terbaik untukku, juga untuk adikku, Enas. Dokter Edi selalu memberi kami hadiah buku cerita sehabis memberi kami vaksinasi.
Dokter Edi juga rumah terhadap pasien-pasien lain. Banyak anak kecil senang datang ke tempat prakteknya. Dokter Edi juga sering bercerita yang lucu kepada pasien-pasiennya, termasuk kepadaku dan Enas. Kami jadi tidak terlalu takut saat diobati atau disuntik.
Dokter Edi juga sering mengajurkanku untuk teratur berolah raga. Ia sendiri suka bermain bulutangkis. Aku dan Enas sering diajaknya bermain bersama. Dokter Edi juga selalu membujukku untuk banyak makan sayur-sayuran dan buah-buahan.
Sekarang aku sudah lebih besar dan lebih kuat. Aku tidak sakit-sakitan lagi. Semua itu berkat nasihat dari dokter Edi. Terima kasih dokter Edi.
O ya! Dokter Edi adalah papaku. Hehehe....
Karya: Manas Kresnadi Wibowo
No comments:
Post a Comment