Setelah nonton Tv di ruang tengah yang acaranya sinetron tema cinta, ya Eko duduk santai di depan rumahnya, ya sedang membaca cerpen yang ceritanya menarik gitu, ya sambil menikmati minum kopi dan singkong rebus.
Isi cerita yang di baca Eko :
Manohar memindahkan dirinya ke apartemen baru, 13B, di lantai 13 dengan keluarganya, untuk memenuhi impian terbesar hidupnya. Tapi mereka menghadapi serangkaian insiden kecil tetapi aneh (susu yang semakin mudah busuk), yang dianggap sebagai tak menguntungkan oleh keluarganya tetapi diabaikan oleh Manohar. Lift di apartemen yang bekerja untuk semua orang di gedung kecuali untuk Manohar, yang mengganggu dan menyusahkannya.
Wanita dalam keluarga ketagihan pada sebuah acara TV show yang berjudul Yavarum Nalam. Acara ini menceritakan tentang sebuah keluarga yang menakutkan dan mirip dengan Manohar yang juga baru saja pindah ke rumah baru seperti yang mereka miliki. Sebagai serial yang berkembang, dan Manohar pemberitahuan bahwa insiden yang terjadi di serial merupakan cerminan apa yang terjadi pada keluarganya. Keadaan seperti adiknya lulus, istrinya hamil dan kemudian menderita keguguran semua juga ditampilkan dalam serial tersebut. Priya diselamatkan oleh teman keluarga mereka lama dan seorang dokter yang bernama Dr. Balu. Seluruh keluarga tetap tidak menyadari kesamaannya dan Manohar lebih suka seperti itu untuk menghindari kepanikan. Dia juga menyadari bahwa kamera miliknya mengambil gambar terdistorsi saat dia berada di apartemen, tetapi tidak saat ia berada di luar apartemen.
Hal-hal mulai semakin memburuk di serial dan Manohar menjadi ketakutan, hal yang sama mungkin terjadi pada keluarganya. Dia sekarang ingin tahu siapa yang ada di balik pembuatan acara TV tersebut. Dia kemudian mengungkap rahasia yang menakutkan: apartemen tempat mereka tinggal bersama alamat mereka sama dengan sebuah rumah di mana keluarga delapan itu dibantai tahun 1977. Itu adalah keluarga dari seorang pembaca berita TV bernama Chitra. Pada hari pertunangan Chitra, seorang penggemar setia dari Chitra ingin menghentikan pertunangan dan gagal dalam melakukannya. Berkecil hati, dia berkomitmen bunuh diri. Selanjutnya, semua anggota keluarga Chitra dibunuh dengan palu dalam satu hari. Kesalahan bertumpu pada saudara gila dalam keluarganya, seperti yang terlihat dengan palu terakhir. Polisi menyelidiki kasus ini juga bunuh diri dengan cara gantung diri di rumah yang sama.
Manohar dan teman polisinya Shiva bertemu dengan saudara gila Senthil, yang sepertinya menjadi gila setelah melihat acara TV di rumah sakit jiwa. Mereka kemudian bertemu Chitra mantan tunangan Ramchandar, dan mencoba untuk memohon tak bersalah kepada Senthil karena dia sempat berlumuran darah ketika ia memeluk jasad keluarganya. Setelah meneliti satu malam, Manohar memiliki mimpi buruk dari sang pembunuh 13B memanjat tangga untuk membunuh keluarganya. Ketika Manohar mencoba untuk menaiki tangga, ia selalu berakhir di lantai 2. Dia pergi ke aula dan menyaksikan puncak dari Yavarum Nalam ketika mereka menunjukkan identitas si pembunuh: wajah Manohar ini yang ditampilkan sebagai pembunuh.
Puncaknya ialah: pembunuh di 13B adalah Dr. Balu, yang melihat wajah anggota keluarga tersebut 'sebagai anggota keluarga serial'. Dialah yang membunuh mereka pada tahun 1970-an atas nama saudaranya, memandang rendah penggemar, dan juga membunuh petugas polisi yang menangkap basah dirinya. Lalu Manohar membunuh Dr Balu.
Cerita berakhir dengan Manohar hidup normal dengan anjing baru dalam keluarga; dan susu tidak cepat membusuk lagi. Mereka membawa Senthil ke rumah dan lift di apartemen akhirnya bekerja untuk Manohar. Hari berikutnya, ketika Manohar menggunakan lift, ia menerima telepon dari Dr Balu, yang mengatakan bahwa sementara keluarga 13B menghantui di TV, dan ia menghantui telepon Manohar. Akhirnya lift jatuh dan Manohar terjun ke kematiannya.
Eko selesai baca cerpen, ya buku di tutup dengan baik dan buku di taruh di bawah meja gitu.
"Budi belum datang. Kalau begitu baca koran saja!" kata Eko.
Eko mengambil koran di bawah meja, ya koran di baca dengan baik. Ya berita-berita di koran, ya cerita menarik-menarik gitu. Cukup lama Eko, ya baca koran. Budi datang ke rumah Eko, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Eko. Ya Eko berhenti baca koran, ya koran di taruh di meja. Budi duduk dengan baik, ya dekat Eko gitu.
"Hidup ini tetap seperti biasanya," kata Budi.
"Antara baik dan buruk, ya kan Budi?" kata Eko.
"Iya antara baik dan buruk. Perlombaan tetap mengejar tujuan dengan jadi kaya dan jauh dari miskin karena miskin itu, ya menderita," kata Budi.
"Memang miskin itu menderita. Kaya itu enak. Kalau sudah kaya, ya lupa diri," kata Eko.
"Kenyataan dan kenyataan. Kalau sudah kaya, ya lupa diri," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Ya sebenarnya sih, ya hidup ini punya sihir gitu," kata Budi.
"Sulap, ya Budi?" kata Eko.
"Ya adanya hidup ini. Sulap aja adanya gitu!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Sebuah cerita berkaitan dengan penyihir gitu!" kata Budi.
"Permainan seandainya. Permainan Budi," kata Eko.
"Ya memang permainan seandainya!" kata Budi.
"Gimana ceritanya, ya Budi?!" kata Eko.
"Begini ceritanya. Budi seorang remaja yang biasa-biasa di SMA. Eko teman baik Budi, ya di SD sampai SMA. Budi suka dengan sulap, ya belajar dengan baik sampai bisa. Ketika Budi telah bisa sulap, ya menunjukkan kehebataannya pada orang tua Budi dan Eko, ya dapet pujian dari sulap yang di mainkan Budi. Di kamar Budi selalu murung, ya karena sulap yang di mainkan hanya sekedar trik saja, ya keinginan Budi sulap beneran seperti sihir gitu. Demi keinginannya itu, ya Budi mencari buku-buku yang berkaitan dengan sihir, ya di pelajari dengan baik. Ya buku-buku menjelaskan sihir putih dan sihir hitam dari orang yang menggunakan sihir yang ia miliki. Apa yang di baca buku? Ya cuma penjelasan tentang sihir saja!. Budi tetap tidak bisa sihir gitu. Budi tetap sekolah dengan baik, ya berteman baik dengan Eko. Ya di sekolah, ya Budi menyukai cewek cantik bernama Tasya gitu. Budi ingin sekali jalan bareng dengan Tasya, ya cuma malu gitu. Jadi Budi, ya biasa saja di hadapan Tasya, ya teman gitu. Ketika pulang sekolah, ya terjadi kejadian di sebuah gang. Seorang cewek di ganggu preman gitu. Budi memberanikan diri untuk menolong cewek itu, ya dari gangguan preman. Budi bertarung dengan preman satu lawan tiga. Ya otomatis Budi kalah, ya lawan tiga orang. Polisi Lapor Pak!, ya Polisi Wendy sedang berpatroli, ya melihat kejadian perkelahian di jalanan gitu. Polisi Wendy segera bertindak untuk menangkap preman gitu. Ya Budi susah terkapar di lantai, ya kalah bertarung preman gitu. Satu preman berhasil di tangkap, ya dua lagi kabur. Wendy menghubungi teman-temannya pake woki toki-toki untuk menangkap preman. Polisi Andika dan Surya, ya segera bergerak untuk menangkap preman berdasarkan informasi Wendy. Ya akhirnya preman berhasil di tangkap polisi dan di penjara. Budi di bawa ke rumah sakit, ya untuk di tolong karena luka dari pertarungan dengan preman. Di rumah sakit, ya Budi obatin dengan baik gitu. Cewek yang di tolong Budi, ya ada menemani Budi. Cewek itu bernama Mahalini. Neneknya Mahalini, ya datang ke rumah sakit untuk melihat orang menolong cucunya. Nenek itu bertemu dengan Budi, ya memberikan sebuah ramuan pada Budi untuk menyembuhkan luka Budi gitu. Ya Budi meminum ramuan tersebut dengan baik, ya ajaibnya luka Budi pulih total gitu. Budi berkata pada nenek "Penyihir". Neneknya Mahalini, ya mengakui dirinya seorang penyihir. Budi telah bertemu dengan penyihir, ya mau belajar sihir gitu. Neneknya Mahalini, ya tidak ingin mengangkat murid untuk belajar sihir, ya tapi Budi memohon terus, ya jadi di terima dengan baik. Setelah urusan rumah sakit selesai, ya Budi belajar sihir dengan baik dari neneknya Mahalini. Ya Mahalini keturunan penyihir, ya tidak ingin jadi penyihir, ya jadi manusia biasa karena Mahalini tidak ingin berurusan dengan penyihir hitam yang jahat gitu demi tujuan kekuatan menjadi penyihir nomor satu gitu. Begitulah ceritanya!" kata Budi.
"Cerita yang bagus!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Keinginan ingin jadi penyihir," kata Eko.
"Begitulah ceritanya," kata Budi.
"Di mana ada kemauan pasti ada jalan!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Kalau begitu sih. Main kartu remi saja!" kata Eko.
"Permainan seandainya selesai. Okey main kartu remi gitu!" kata Budi.
Eko mengambil kartu remi di bawah meja, ya kartu remi di kocok dengan baik dan di bagikan dengan baik gitu. Budi dan Eko main kartu remi dengan baik gitu.
No comments:
Post a Comment