CAMPUR ADUK

Saturday, November 5, 2022

STAND BY ME

Eko duduk di teras depan rumahnya. 

"Baca buku ah!" kata Eko. 

Eko mengambil buku di meja, ya buku di buka dengan baik, ya di pilih dengan baik cerpen yang ingin di baca Eko. Terpilih lah salah satu cerpen yang di baca Eko dengan baik gitu. 

Isi cerita yang di baca Eko :

Penulis Gordie Lachance membaca artikel surat kabar tentang seorang pria yang ditikam di sebuah restoran. Gordie mengingat kejadian masa kecil ketika dia, sahabatnya, Chris Chambers, dan dua teman lainnya, Teddy Duchamp dan Vern Tessio, melakukan perjalanan untuk menemukan mayat seorang anak laki-laki yang hilang di dekat kota Castle Rock, Oregon, selama akhir pekan Hari Buruh di bulan September 1959.

Orang tua Gordie yang berusia dua belas tahun terlalu sibuk berduka atas kematian kakak laki-laki Denny baru-baru ini untuk memberi Gordie banyak perhatian. Saat mencari uang yang dia kubur di bawah teras orang tuanya, Vern sengaja mendengar kakak laki-lakinya Billy berbicara dengan temannya Charlie tentang menemukan mayat anak laki-laki yang hilang, Ray Brower, di luar kota. Billy tidak mau melaporkan jasadnya karena bisa menarik perhatian karena dia dan Charlie baru-baru ini mencuri mobil. Ketika Vern memberi tahu Gordie, Chris, dan Teddy apa yang dia dengar, keempat bocah itu—berharap menjadi pahlawan lokal—memutuskan untuk pergi mencari mayat itu. Setelah Chris mencuri pistol ayahnya, dia dan Gordie bertemu dengan penjahat lokal "Ace" Merrill dan kakak Chris, "Eyeball" Chambers. Ace mengancam Chris dengan rokok yang menyala dan Eyeball mencuri topi Yankees Gordie,

Empat anak laki-laki memulai perjalanan mereka. Setelah berhenti di tempat barang rongsokan untuk air, mereka tertangkap tanpa izin oleh pemilik Milo Pressman dan anjingnya, Chopper. Mereka melarikan diri melewati pagar, dan Milo menyebut ayah Teddy yang sakit mental sebagai "orang gila". Teddy yang marah mencoba menyerang Milo tetapi ditahan oleh anak laki-laki lain. Keempatnya melanjutkan pendakian mereka, dan Chris mendorong Gordie untuk memenuhi potensinya sebagai penulis meskipun ayahnya tidak setuju. Ketika mereka melintasi jembatan kereta api, Gordie dan Vern hampir terbunuh oleh kereta yang mendekat, tetapi melompat dari rel dan lolos dari cedera serius.

Malam itu, Gordie menceritakan kisah fiksi David "Lard-Ass" Hogan, seorang bocah lelaki gemuk yang terus-menerus diganggu. Mencari balas dendam, Lard-Ass memasuki kontes makan kue dan muntah dengan sengaja, menyebabkan muntah massal di antara kontestan dan penonton (yang disebut Gordie sebagai "barf-o-Rama"). Malam itu, Chris mengaku kepada Gordie bahwa dia benci dikaitkan dengan reputasi keluarganya. Dia juga mengaku mencuri uang susu di sekolah, namun, dia memberi tahu Gordie bahwa dia kemudian mengaku dan mengembalikan uang itu kepada seorang guru. Meskipun demikian, Chris diskors, dan guru itu tidak menyerahkan uang itu kepada atasannya. Hancur oleh pengkhianatan guru, Chris menangis dan menangis.

Keesokan harinya, anak-anak berenang menyeberangi sungai dan menemukan sungai itu dipenuhi lintah. Gordie pingsan setelah menemukan lintah di celana dalamnya. Setelah lebih mendaki, anak laki-laki menemukan tubuh Ray Brower. Penemuan itu traumatis bagi Gordie, yang bertanya kepada Chris mengapa saudaranya Denny harus mati dan mengklaim ayahnya membencinya. Chris tidak setuju, menyatakan bahwa ayah Gordie sama sekali tidak mengenalnya.

Ace dan gengnya tiba, mengumumkan bahwa mereka mengklaim mayat itu, dan mengancam akan memukuli keempat anak laki-laki itu jika mereka mengganggu. Ketika Chris menghina Ace dan menolak untuk mundur, Ace menarik pisau lipat. Gordie mengambil pistol, menembakkan tembakan peringatan, dan berdiri di samping Chris dengan pistol diarahkan ke Ace. Ace menuntut senjata itu, tetapi Gordie menolak untuk memberikannya dan memanggilnya "penumpang toko sepeser pun murah". Ace dan gengnya mundur, bersumpah untuk membalas dendam. Keempat anak laki-laki, menyadari bahwa tidak akan aman bagi siapa pun dalam kasus ini untuk mengklaim kredit untuk menemukan mayat, setuju untuk melaporkannya kepada pihak berwenang melalui panggilan telepon anonim. Mereka berjalan kembali ke Castle Rock dan berpisah.

Kembali di masa sekarang, Gordie dewasa sedang menulis memoar perjalanan. Dia menyatakan bahwa Vern dan Teddy menjauh darinya. Vern menikah setelah sekolah menengah, memiliki empat anak, dan menjadi operator forklift. Teddy mencoba masuk ke tentara beberapa kali tetapi gagal karena penglihatan dan telinganya; dia kemudian berakhir di penjara dan mulai melakukan pekerjaan sampingan di sekitar Castle Rock sebagai bagian dari pembebasan bersyaratnya. Chris memilih untuk mengambil kursus persiapan kuliah dengan Gordie di sekolah dan, meskipun dia berjuang, dia berhasil sebagai pengacara, dengan keduanya akhirnya berpisah. Namun, ketika mencoba untuk memecah perkelahian di sebuah restoran, Chris ditikam sampai mati. Meskipun tidak melihat Chris selama lebih dari satu dekade, Gordie menambahkan bahwa dia akan merindukannya selamanya.

Gordie mengakhiri ceritanya dengan kata-kata berikut: "Saya tidak pernah punya teman di kemudian hari seperti yang saya miliki ketika saya berusia dua belas tahun. Ya Tuhan, adakah?"

***

Eko selesai baca buku, ya buku di taruh di meja. Eko menikmati minum kopi dan makan gorengannya. Budi dateng ke rumah Eko, ya memarkirkan motornya dengan baik, ya di depan rumah Eko lah. Budi duduk dengan baik, ya dekat Eko. 

"Ngomong Eko. Berita di Tv. Ya analog Tv mau di matikan. Jadi masyarakat di suruh migrasi ke digital Tv dengan set top box?!" kata Budi.

"Perubahan zaman," kata Eko.

"Memang sih perubahan zaman. Atau urusannya kaitan dengan ekonomi, ya informasi dan teknologi gitu?" kata Budi.

"Bisnis dan bisnis," kata Eko.

"Kalau orang miskin. Ya analog Tv di matiin, ya sudahlah keputusannya begitu di buat. Paling tidak dapet gambar yang bagus di Tv, ya di matiin saja Tv. Kebiasaan manusia, ya jadinya jarang nonton Tv lah," kata Budi.

"Dulu. Memang orang jarang nonton Tv. Di karenakan hanya orang mampu yang bisa beli Tv. Sekarang orang miskin punya Tv, ya dari Tv baru sampai Tv bekas gitu. Analog Tv di matiin dan hasil gambarnya buruk. Paling sesuai dengan omongan Budi. Jarang nonton Tv. Lebih baik ngobrol sama keluarga dan teman. Ya seperti kita ini, ya kan Budi?" kata Eko.

"Iya sih. Lebih baik ngobrol seperti kita ini. Kandang sambil dengerin musik dari Hp," kata Budi.

"Sekarang, ya dengerin musik di Hp. Dulu, ya dengerin radio dengan baik," kata Eko.

"Zaman di pengaruhi perkembangan ini dan itu. Manusia beradaptasi dengan baik, ya dengan keadaan. Teknologi yang berkembang," kata Budi.

"Realitanya begitulah," kata Eko.

"Kadang nonton Tv di rumah temen," kata Budi.

"Kaya cerita zaman dulu. Ya nonton Tv di rumah temen yang kaya, ya punya jaringan parabola. Apalagi sekarang. Jika analog Tv di matiin. Ya belum juga punya set top box, ya lebih baik nonton Tv di rumah teman yang ada set top box. Jadi masalah selesai gitu," kata Eko.

"Masalah selesai. Sekedar tontonan acara Tv," kata Budi.

"Manusia nonton Tv itu di lihat Kebiasaan, ya menonton acara kesukaan gitu," kata Eko.

"Acara Tv kesukaan. Dari acara anak-anak sampai orang dewasa," kata Budi.

"Emmmm," kata Eko.

"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi. 

"Memang sekedar bahan obrolan lulusan SMA. Yang lebih baik, ya obrolan di acara Tv, ya yang di buat semenarik mungkin sama orang-orang pinter," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

Abdul dateng ke rumah Eko, ya markirkan motornya dengan baik di rumah Eko. Abdul duduk dengan baik, ya dekat Budi dan Eko.

"Ngomong-ngomong. Eko dan Budi, ya lagi asik ngomongin apa?" kata Abdul.

"Analog Tv yang di matiin. Di suruh migrasi ke digital Tv. Berita di Tv gitu!" kata Budi.

"Emmm," kata Eko.

"Oooo urusan analog Tv. Migrasi digital Tv. Ya bagi yang mampu sih sudah migrasi ke digital Tv, ya beli set top box. Bagi yang belum, ya biasanya orang miskin banget. Biasanya juga, ya sabar aja dengan keadaan. Paling nonton Tv ke rumah teman," kata Abdul.

"Alternatif yang baik, ya bagi orang miskin banget, ya nonton Tv di rumah teman yang ada set top box," kata Eko.

"Realita dari dulu sampai sekarang. Nonton Tv di rumah teman yang mampu ini dan itu," kata Budi.

"Emmm," kata Eko.

"Kalau set top box yang di bagikan gratis. Kata berita di Tv?" kata Budi. 

"Kalau dapet gratis set top box. Kalau tidak, ya sudah. Tidak perlu di harapkan gitu," kata Abdul. 

"Jadi tidak perlu di omongin tentang urusan gratis!" kata Eko. 

"Emmmm. Kalau ngomongin urusan keadaan pasar, ya Abdul?" kata Budi.

"Pasar. Antara baik dan buruk," kata Abdul. 

"Antara baik dan buruk, ya seperti biasa kehidupan ini," kata Eko.

"Antara baik dan buruk. Ada manusia yang paham ilmu agama. Ada manusia yang tidak paham ilmu agama," kata Budi.

"Emmmm," kata Abdul.

"Main kartu remi saja!" kata Eko.

"OK. Main kartu remi saja!" kata Abdul.

"OK!" kata Budi.

Eko mengambil buku di meja di taruh di bawah meja. Eko mengambil kartu remi di bawah meja, ya di kocok dengan baik kartu remi dan di bagikan dengan baik kartu remi.

"Ngomongin cewek. Cewek itu pandai berbohong kalau suka dengan cowok. Bisa di bilang pura-pura suka?" kata Budi.

"Ya kadang seperti omongan Budi lah tentang cewek," kata Abdul.

"Nama juga manusia. Ada yang baik. Ada yang buruk. Cewek, ya ada yang baik dan ada yang buruk," kata Eko.

Eko, Budi dan Abdul main kartu remi dengan baik gitu, ya permainannya cangkulan gitu. 

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK