Setelah selesai nonton Tv, ya Budi pindah duduknya dari ruang tengah ke teras depan rumah. Budi sambil membawa piring yang ada gorengan dan gelas berisi kopi. Gelas dan piring di taruh di meja, ya Budi duduk dengan baik.
"Main alat musik ah!" kata Budi.
Budi mengambil suling yang terbuat dari bambu di bawah meja.
"Suling bambu. Seperti cerita masa lalu, ya ada tokoh cerita yang sering membawa suling bambu. Main lagu apa ya? Oooo ini saja. Bungong Jeumpa!" kata Budi.
Budi mainkan suling dengan baik sampai mengeluarkan melodi yang bagus dari suling berdasarkan notasi dari lagu Bungong Jeumpa.
Lirik lagu Bungong Jeumpa :
Isi cerita yang di baca Budi :
Di Jepang, ya rumah Cho Osaki diserang oleh pasukan dari klan ninja saingan, mengakibatkan pembantaian seluruh keluarganya kecuali ibu dan putranya yang lebih muda, Kane. Ketika Cho tiba di tanah miliknya dan menemukan pembantaian itu, para ninja berusaha membunuhnya juga, tetapi Cho, seorang ninja yang sangat terampil sendiri, membalaskan dendam keluarganya dan membunuh ninja yang menyerang. Namun, setelah itu, dia bersumpah untuk menjadi ninja selamanya dan pindah bersama putra dan ibunya ke Amerika, di mana dia membuka galeri seni Oriental dengan bantuan mitra bisnis dan temannya Amerika, Braden, dan asistennya Cathy.
Suatu malam, Kane secara tidak sengaja menjatuhkan dan membuka salah satu boneka, memperlihatkan debu putih (heroin) yang terkandung di dalamnya. Ternyata, Braden menggunakan galeri boneka sebagai kedok untuk bisnis penyelundupan narkoba. Dia mencoba untuk membuat kesepakatan dengan Caifano, bos mafia, tetapi Caifano dan Braden tidak dapat menemukan titik temu dan akhirnya terlibat dalam perang wilayah. Braden, sebagai ninja bertopeng "setan" perak, membunuh informan dan kerabat Caifano untuk membuatnya meringkuk. Polisi bingung tentang pembunuhan itu, dan pelatih dan ahli seni bela diri polisi setempat, Dave Hatcher, ditugaskan untuk mencari konsultan. Dave membujuk temannya Cho untuk menemui bosnya, dan Cho membuktikan bahwa hanya seorang ninja yang bisa melakukan kejahatan ini, tetapi menolak untuk membantu polisi lebih jauh.
Untuk menghindari pembayaran untuk 'barang dagangannya', Caifano mengirim empat orang untuk merampok galeri. Cho kebetulan berjalan ke galeri saat preman memuat barang di van, diserang dan merespons dengan pertarungan tangan kosong. Para antek melarikan diri di dalam van dengan Cho dalam pengejaran, tetapi dia gagal menghentikan para pencuri untuk melarikan diri. Sementara itu, Braden diam-diam tiba di galeri seni Cho untuk menemukan bahwa itu baru saja dijarah. Ibu Cho dan Kane bertemu dengannya ; Braden membunuh ibu Cho, tapi Kane berhasil menghindarinya. Cho, hancur parah, kembali untuk menemukan ibunya dibunuh dan putranya hilang.
Untuk menyelesaikan saksi terakhir, Braden menghipnotis Cathy, yang jatuh cinta dengan Cho, untuk menemukan dan membawa Kane. Ketika dia sadar kembali, dia menghubungi Cho dan memberitahu dia baik pengkhianatan Braden dan bahwa dia adalah seorang ninja. Melihat putra satu-satunya yang tersisa dalam bahaya besar, Cho mematahkan pengabdiannya pada antikekerasan dan pergi ke markas Caifano untuk menghentikan Braden. Sementara itu, Braden mengetahui tentang pengkhianatan Cathy dan bersiap untuk mengeksekusinya. Kane berhasil membebaskan dirinya dan Cathy, dan keduanya memberi tahu pihak berwenang.
Braden melakukan serangan terakhirnya pada Caifano dan organisasinya, membunuh semua yang dia temui. Bersemangat untuk membantu Cho, Dave juga bergegas ke markas Caifano tetapi disergap oleh Braden, yang melukainya. Cho bergegas untuk membantu temannya yang setia, tetapi yang terakhir meninggal dalam pelukannya. Braden dan Cho berduel sampai mati di atas gedung pencakar langit Caifano. Setelah pertarungan panjang, Cho berhasil membunuh Braden dan bertemu kembali dengan putranya dan Cathy.
***
Budi selesai baca bukunya, ya buku di taruh di meja. Budi menikmati minum kopi dan makan gorengan lah. Eko dateng ke rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Budi. Ya Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi. Terlihat suling bambu di meja, ya Eko mengambil suling bambu dan berkata "Budi main suling bambu?"
"Iya aku main suling bambu. Biasa untuk menghibur diri," kata Budi.
"Menghibur diri dengan main suling bambu," kata Eko.
Eko menaruh suling di meja.
"Masih anak-anak, ya aku belajar dengan baik main suling bambu, ya sampai bisa memainkan salah satu lagu yang menarik menurut ku," kata Eko.
"Masa anak-anak. Aku juga belajar dengan baik. Main suling bambu. Ketika dewasa, ya sekedar untuk menghibur diri," kata Budi.
"Emmmm," kata Eko.
"Ngomong-ngomong. Hidup ini masih permasalahan dalam kehidupan sehari- hari dalam ruang lingkup masyarakat. Penyakit hati," kata Budi.
"Realita kehidupan ini antara baik dan buruk. Ya selalu urusannya penyakit hati. Dari urusan pertemanan, kisah cinta sampai kisah rumah tangga dan urusan dalam kerja di pemerintahan sampai swasta. Maka itu harus sabar dan kuatkan diri dari segala ujian yang terjadi karena penyakit hatinya manusia," kata Eko.
"Sabar dan kuat dalam menghadapi ujian hidup ini," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Hidup harus mengikuti perkembangan zaman. Berusaha dengan baik untuk bisa jadi kaya. Kalau sudah rezekinya, ya kaya," kata Budi.
"Proses jadi kaya itu lama bagi kita yang terlahir dari keadaan miskin," kata Eko.
"Memang proses untuk jadi kaya lama. Bagi yang terlahir dari miskin," kata Budi.
"Yang penting itu, ya berjalan di jalan kebaikan," kata Eko.
"Memang harus di jalan kebaikan. Ya di sisi yang buruk. Ada orang-orang yang berjalan di jalan keburukan demi kaya," kata Budi.
"Merugikan orang lain demi kaya. Ya orang-orang di jalan keburukan. Sampai berurusan dengan polisi. Ya di tangkap dan di penjara," kata Eko.
"Emmmm," kata Budi.
Abdul dateng ke rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Budi. Abdul pun duduk dengan baik, ya dekat Eko dan Budi.
"Ngomong-ngomong Abdul gimana keadaan pasar kalau di lihat dari tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari?" kata Budi.
"Pasar. Tingkah laku manusia. Ya antara baik dan buruk," kata Abdul.
"Seperti biasanya. Ada yang paham ilmu agama, ya tujuannya berjalan di jalan kebaikan. Ada tidak paham ilmu agama, ya jadinya berjalan di jalan buruk. Antara baik dan buruk," kata Eko.
"Berarti penyakit hati itu masih terjadi di lingkungan mana pun," kata Budi.
"Ya begitulah realita kehidupan sehari-hari, ya kegiatan manusia," kata Abdul.
"Sekedar obrolan kan ini semua?" kata Eko.
"Memang sekedar obrolan!" kata Budi.
"Obrolan lulusan SMA!" kata Abdul.
"Kalau begitu main kartu remi saja!" kata Budi.
"OK!" kata Abdul dan Eko bersamaan.
Ya ketiganya sepakat main kartu remi dengan baik gitu.
No comments:
Post a Comment