CAMPUR ADUK

Monday, August 2, 2021

FINN KESATRIA CUMHALL

Ariana selesai membantu ibu beres-beres rumah. Ariana duduk santai di ruang tengah sambil minum jus jeruk dan makan kue yang enak pokoknya. Ariana mengambil buku di meja dan di baca tuh buku dengan baik.

Isi buku yang di baca Ariana :

Hutan Sliabh Bladma, sebuah tempat dimana Finn kecil dibesarkan. Dia diasuh oleh sepasang orang tua angkat. Ayah angkatnya bernama Bodhmall dan Ibu angkatnya bernama Liath Luachra. Mereka berdua sangat menyayangi Finn. Di hutan itu, mereka hanya hidup bertiga. Hal itu membuat Finn tak punya teman, selain binatang-binatang yang bisa dia ajak bermain. Bodhmall sering mengajak Finn berburu ke hutan untuk melatih ketangkasannya.

“Jangan lupa tombak di dinding itu, Finn.” Bodhmall mengingatkan Finn untuk membawa senjata mereka. Sebuah tombak besar dan mengkilap karena sering diasah.

“Jangan sampai tombak ini mengenai teman-temanku, Ayah.”

“Kau yang akan memakai tombak itu kali ini. Jadi, kau bisa memilih mana yang yang akan kita jadikan sebagai santapan makan malam,” perintah Bodhmall.

Finn membawa tombak itu dengan hati-hati. Dia tidak ingin senjata itu justru melukai dirinya. Setelah semua perlengkapan siap, mereka berdua masuk ke dalam hutan yang lebih lebat. Pepohonan semakin rapat. Cahaya matahari yang terhalang dedauan membuat hutan menjadi remang-remang.

Setelah berjalan cukup lama, tiba-tiba ada seekor harimau mengadang mereka. Dengan sigap Bodhmall membuat kuda-kuda. Finn terkejut dan panik. Hal ini memang bukan yang pertama kali, namun harimau ini cukup besar baginya. Ukuran harimau itu sekitar dua atau tiga kali ukuran tubuhnya. Harimau itu bahkan bisa tumbuh lebih besar jika dibiarkan hidup. Dalam hati, Finn merasa sedikit gentar, tapi teriakan Ayahnya membuat semangatnya tergugah. Sekarang saatnya memperlihatkan semua kemampuannya. Finn melompat dengan tangkas. Harimau itu mengaum keras. Giginya yang runcing dan tajam menciutkan nyali Finn seketika.

“Jangan panik, Finn. Ikuti gerak harimau itu dengan tenang. Lompat dan pukul dia dengan tombakmu.” Bodhmall memberi aba-aba. “Ayo, kau adalah ksatria Cumhall yang tak terkalahkan.” Bodhmall memompakan semangat pada Finn.

Keberanian Finn langsung melambung mendengar kata ksatria Cumhall. Dia segera melupakan taring dan gigi harimau yang tajam. Dia mulai berkonsentrasi untuk bisa melumpuhkan harimau ini. Finn melompat dengan ringan.

“Wusss” Sabetan tombak ke arah harimau itu meleset. Harimau itu semakin marah. Matanya menyala liar. Harimau itu melompat, berusaha menerjang Finn dengan kuku-kukunya yang panjang. Finn segera menghindar dengan sigap. Harimau itu mengaum semakin garang. Kali ini Finn mengumpulkan seluruh tenaganya. Finn salto di udara dengan indah, dan ... wuuusss. Jleb. Tombak di tangan Finn menancap di tubuh harimau itu. Ia mengaum keras, namun sesaat kemudian diam. Finn tampak terengah-engah. Napasnya nyaris habis. Tiba-tiba Ayahnya bertepuk tangan dan tertawa lantang. Suaranya membahana ke seluruh penjuru hutan.

“Hebat, Anakku. Kau memang benar-benar ksatria Cumhall,” kata Ayah Finn. Dia mendekat ke arah Finn dan menepuk-nepuk bahunya, bangga.

“Apakah harimau itu sudah mati, Ayah?” tanya Finn, sambil mengatur napasnya. “Sebenarnya, aku lebih senang jika harimau itu bisa tetap hidup. Aku akan memeliharanya dan menjadikannya tungganganku. Bukankah dia cukup besar?”

“Dia bisa jadi harimau terbesar di hutan ini, Nak. Coba kau perhatikan baik-baik. Harimau ini masih sangat muda. Eemm … dia hanya pingsan. Obat bius yang ayah buat dan ada di ujung tombak itu hanya mampu bertahan beberapa jam saja. Setelah itu, dia akan bangun lagi. Jika kau menginginkannya, kita harus segera membawanya pulang.”

“Kalau begitu, ayo kita bawa dia, Ayah,” kata Finn bersemangat.

Mereka berdua membawa harimau itu dengan susah payah. Sesampai di rumah, mereka memasukkan harimau itu ke dalam kandang yang terbuat dari kayu-kayu pohon yang besar dan kuat. Kandang itu biasanya berisi binatang yang mereka simpan sebagai persediaan makanan selama beberapa hari ke depan.

“Aku akan menamai harimau itu Mumba. Nama yang bagus kan, Ayah.”

“Tentu saja.” Bodhmall mengangguk setuju.

Harimau itu tumbuh semakin besar. Badannya liat, bulunya kuning keemasan.  Finn juga tumbuh menjadi pemuda yang tangguh. Berbagai latihan bela diri dan berburu yang diajarkan ayahnya, menjadikannya gagah dan pemberani. Liath Luachra, ibunya, mengajarinya untuk selalu berbuat baik kepada siapapun, dan membantu orang yang sedang kesusahan, tanpa mengenal pamrih.

Finn menghabiskan sebagian besar waktunya bersama Mumba. Dia berlatih bela diri dengan giat, dan sesekali mengisi lumbung makanan mereka dengan hasil berburu di hutan bersama Mumba. Kebersamaannya dengan Mumba menjadikan mereka dua sahabat yang tak terpisahkan. Suatu hari, Finn meminta izin kepada Ayahnya untuk pergi ke istana Kildare. Dia ingin menjadi prajurit kerajaan. Bodhmall pun mengizinkan Finn pergi.

“Sebelum kau mendaftar menjadi prajurit kerajaan. Carilah dulu ikan salmon pengetahuan. Makanlah ikan itu. Kamu akan dengan mudah mendapatkan pengetahuan tentang seluruh dunia, jika dapat memakannya.”

“Di manakah aku dapat menemukannya, Ayah?”

“Dia hanya hidup di kolam Boyne.”

Finn pun menuruti perkataan Ayahnya. Dia mencari kolam Boyne. Dia bertanya pada setiap orang yang ditemuinya. Namun, tak satu pun dari mereka yang mengetahui di mana kolam Boyne berada. Akhirnya, Finn sampai di sebuah desa dengan mengendarai Mumba. Matanya silau karena nyala api yang membubung tinggi ke angkasa. Rupanya, kebakaran sedang melanda desa itu. Penduduk terlihat bahu-membahu mencari air untuk memadamkan api. Finn tidak mau tinggal diam melihat kejadian itu. Dia segera mencari sumber air untuk membantu penduduk memadamkan api. Letak sungai yang cukup jauh dari desa membuat kolam-kolam air di kampung itu dikuras satu per satu. Perjuangan penduduk membuahkan hasil. Kebakaran itu berangsur-angsur mereda. Penduduk bersorak. Api telah berhasil dipadamkan.

“Terima kasih sudah ikut membantu memadamkan api di desa kami, Anak Muda,” kata seorang lelaki berbadan gemuk, yang berlari-lari mendekatinya.

“Sama-sama. Saya senang bisa membantu Anda dan orang-orang di kampung  ini,” kata Finn, sambil tersenyum.

“Oh … ada harimau … ada harimau…” tiba-tiba, lelaki gendut itu berteriak histeris dan berlari menjauh, melihat Mumba yang mendekati Finn.

“Mumba bukan harimau ganas, Tuan. Anda tidak perlu takut,” teriak Finn pada lelaki itu. Dia khawatir jika penduduk desa justru menyerang Mumba. Dugaannya benar. Teriakan lelaki gendut tadi membuat beberapa orang berdatangan membawa senjata yang mereka miliki.

Finn tampak terkejut. Dia berusaha menjelaskan kepada penduduk desa. “Tuan-tuan, kalian tidak perlu takut. Ini harimau saya. Dia bukan harimau yang buas,” kata Finn, sambil melindungi Mumba dengan tubuhnya.

“Pergi kalian dari kampung ini. Nanti binatang ternak atau anak-anak kami jadi mangsa hariamaumu itu,” teriak salah seorang penduduk.

“Baiklah, aku akan pergi dari desa kalian. Tapi, aku ingin beristirahat di sini sebentar. Aku berharap kalian tidak keberatan,” Finn memohon. Penduduk desa sepakat untuk mengizinkan Finn beristirahat karena dia telah membantu mereka memadamkan api. Namun, mereka masih mengawasi Mumba dari kejauhan.

Perjalanan yang melelahkan membuat tubuh Finn terasa penat. Perutnya merasa lapar. Finn dan Mumba memilih beristirahat di bawah pohon. Mereka duduk santai sambil memandangi kolam yang telah kering di sebelah pohon. Tiba-tiba, ada seekor ikan yang menggelepar. Ia kekurangan air. Finn memerhatikan ikan itu dengan seksama.

“Mumba, itu ikan salmon,” teriak Finn pada Mumba. Finn segera turun ke dalam kolam dan menangkap ikan salmon itu.

Finn tersenyum bahagia, “Akhirnya, aku mendapatkanmu,” kata Finn, sambil mengangkat salmon itu tinggi-tinggi.

“Mumba, ayo kita masak ikan ini. Perutku sudah lapar sekali.”

Finn segera mencari ranting kayu yang kering untuk dijadikan perapian. Dia memasak ikan itu ala kadarnya. Tiba-tiba, ada letikan kulit salmon yang mengenai jarinya. Finn spontan memasukkan jari itu ke dalam mulutnya. Dan, srrreeet! Finn merasa menjadi manusia baru. Secara tiba-tiba, seluruh pengetahuan di dunia telah dikuasainya. Finn tertawa senang. Dia sontak memeluk Mumba yang berdiri tegak di sampingnya. Mumba tampak menginginkan daging Salmon itu. Namun, ikan itu sangat kecil, sehingga hanya cukup dimakan Finn dalam sekali telan.

“Sekarang kita bisa melanjutkan perjalanan ke istana Kildare. Ayo, Mumba,” Finn berkata sembari meloncat ke punggung Mumba. Mumba segera berlari dengan kecepatan tinggi. Mereka memilih untuk berbelok arah, tidak melewati desa tadi. Finn tidak ingin mengganggu ketentraman mereka.

Sesampai di istana Kildare, Finn langsung menghadap Raja Cumhall. Dia mengungkapkan keinginannya untuk menjadi prajurit Kildare. Kesempatan pemuda-pemuda desa untuk menjadi prajurit Kildare sangat sulit. Kerajaan hanya mau memilih pemuda-pemuda tangguh. Raja Cumhall turut mengajukan persyaratan atau melakukan tes yang ketat untuk memilih prajuritnya. Finn juga harus melalui semua itu. Dia harus mengikuti serangkaian tes dari sang Raja.

“Jika kau bisa membuat jalan di atas lautan yang menghubungkan kerajaan ini dengan Scotlandia. Maka, aku akan menerimamu menjadi prajuritku,” perintah Raja Cumhall.

Finn mengangguk mantap, meski dia belum tahu bagaimana caranya. “ Saya akan membuat jalan itu untuk Anda, Tuanku,” Finn berkata mantap, penuh hormat.

Finn meninggalkan ruangan itu sambil berpikir. Bagaimana dia bisa membangun jalan di atas lautan.  Dia lalu memasukkan jari telunjuknya ke dalam mulut. Tiba-tiba, dia mempunyai jawaban untuk  pertanyaannya tadi. Finn bersorak gembira. Dia segera berlari menemui sahabatnya, Mumba.

“Hari ini aku akan mulai membangun jalan itu, Mumba. Kau harus membantuku,” seru Finn bersemangat.

“Haauumm,” jawab Mumba, sambil menggerakkan kepalanya ke bawah.

“Bagus, Mumba. Ayo, kita berangkat.”

Mereka menuju tepian laut dan mulai membangun jalan itu dengan batu-batu alam yang telah diberi mantra, agar dapat mengapung dan tidak hanyut oleh air laut. Mereka menempelkan batu itu satu demi satu selama berhari-hari.

Suatu hari, ada musuh kerajaan Kildare yang tidak menyukai pembangunan jalan di atas laut itu. Mereka merasa terancam jika jalan itu berhasil dibuat. Mereka berusaha menggagalkan usaha Finn. Mereka menyerang Finn di malam hari, menghancurkan satu per satu, batu-batu yang sudah dipasang Finn.

“Heh, Anak Muda. Kamu tidak akan sanggup membangun jalan itu.” Sebuah suara mengagetkan Finn. Seorang kakek berpakaian hitam-hitam, berdiri di hadapannya.

“Siapa Anda?” tanya Finn kepada sang Kakek.

“Kamu tidak perlu tahu siapa aku. Sekarang, tinggalkan saja pekerjaan bodohmu itu!”

“Saya tidak pernah mengganggu urusan Anda, Kek. Saya harap, Anda pun tidak mengganggu urusan saya,” Finn berkata dengan tenang.

“Ini akan menjadi urusan saya, karena yang menyuruhmu membangun jalan ini adalah Cumhall. Dia adalah musuh besar saya. Saya akan selalu menggagalkan apapun yang dia lakukan, ha .. ha .. ha..” Lelaki tua itu tertawa lebar.

Lelaki tua itu menyerang Finn dengan gerakan secepat kilat. Finn yang sudah terlatih, dapat mengelak dengan refleks. Mereka pun bertarung dengan sengit. Berkali-kali lelaki tua itu menyarangkan pukulannya di tubuh Finn, namun dengan gesit Finn mengelak dan langsung menyerang balik. Lelaki tua itu adalah petarung yang tangguh. Walaupun badannya sudah tua, tenaga yang dia miliki masih sanggup mengadang pukulan-pukulan yang dilontarkan Finn kepadanya.

Sementara mereka bertarung, bebatuan tempat mereka berpijak mulai bergeser. Finn tetap siaga. Dia harus dapat mengalahkan lelaki tua berjubah hitam ini dengan segera, sebelum bebatuan yang dipijaknya runtuh terkena pukulan dahsyat lelaki tua itu. Finn mulai terdesak. Napasnya terengah-engah. Dia teringat segenggam tanah yang tadi dibawanya. Tanah itu adalah tanah pemberian Ayahnya. Ayahnya berpesan kalau tanah itu bisa dia gunakan dalam keadaan mendesak. Inilah saatnya, batin Finn. Finn melemparkan segenggam tanah ke arah lelaki tua itu. Seketika itu juga, seperti ada kekuatan dahsyat yang menabrak tubuh Finn dan serta merta melemparkannya ke belakang. Lelaki tua itu sudah menghilang. Sementara gumpalan tanah yang tadi dia lemparkan, tampak mengambang di lautan. Finn mencoba berdiri. Dia kembali teringat akan pekerjaannya yang belum selesai. Dia mulai membenahi pekerjaannya yang berantakan, karena ulah lelaki yang tidak dikenalnya.

Usaha keras Finn selama berhari-hari membuahkan hasil. Kini, jembatan panjang yang menghubungkan kerajaan Kildare dengan Scotlandia sudah berdiri tegak. Finn segera menghadap sang Raja untuk menagih janjinya.

“Tuanku, kini Tuanku bisa menyeberang ke Scotlandia tanpa menjadi basah. Jembatan itu sudah selesai saya bangun, sesuai permintaan Tuanku,” kata Finn, penuh percaya diri. Sang Raja merasa senang. Selama ini sang Raja melihat apa yang dilakukan Finn dari kejauhan.

“Baiklah. Sesuai janjiku kepadamu, aku menerimamu menjadi prajurit di kerajaan Kildare.”

Finn bersuka cita. Cita-citanya untuk menjadi prajurit di kerajaan Kildare menjadi kenyataan. Ayah dan ibunya pasti sangat senang jika tahu dirinya sudah diangkat menjadi prajurit kerajaan. Di suatu malam yang gelap gulita, sesosok bayangan hitam menyusup ke dalam istana. Sementara di balik rerimbunan semak, orang-orang bertopeng berjejer, siap dengan senjata mereka masing-masing. Rupanya, malam itu ada sebuah penyerangan ke istana Kildare. Mata-mata kerajaan telah mendapatkan berita itu dari sumber yang dapat dipercaya. Di dalam istana, persiapan untuk melawan pemberontak telah selesai dilakukan. Mereka telah bersiaga dengan senjata lengkap.

Sebuah panah api melesat di angkasa, pertanda penyerangan segera dilakukan. Bayangan-bayangan hitam berkelebat cepat menembus dinding istana. Denting senjata terdengar riuh di tengah gulita malam. Finn telah bersiaga dengan senjata di tangannya. Kibasan tombaknya lincah mencari sasaran. Satu per satu bayangan hitam itu tergeletak terkena sabetan senjata tajam. Pertempuran kian sengit ketika aba-aba kedua dibunyikan. Kali ini, pasukan kerajaan Kildare memuntahkan anak panah berujung api, yang menyala besar ketika mengenai sasaran. Korban-korban semakin banyak berguguran.

Finn bertempur seperti banteng terluka. Dia menggerakkan seluruh kemampuannya untuk mempertahankan kerajaan. Tiba-tiba, sesosok bayangan hitam muncul di hadapannya. Finn terperanjat. Dia mengenali orang berjubah hitam itu.

“Ha .. ha .. ha.. Kita bertemu lagi, Anak Muda,” sapa lelaki itu, sembari tertawa. Finn semakin yakin, kalau lelaki itu adalah lelaki yang menjegal usahanya, untuk membuat jalan di atas laut tempo hari.

“Oh.. ternyata kamu lagi, Pak Tua. Sebenarnya, apa maumu?” Finn bertanya, sedikit kesal.

“Huh! Sebenarnya, aku tidak punya urusan apa-apa denganmu. Tapi, karena kau adalah bagian dari Cumhall, maka aku jadi punya urusan denganmu.” Lelaki itu bicara panjang lebar. Tapi, Finn sama sekali tidak tahu apa yang dia bicarakan.

“Oleh karena kau adalah keturunan Cumhall dan pewaris tunggal kerajaan Kildare, maka aku tidak sudi membiarkanmu tetap hidup. Aku mengakui jika kau memang hebat, Finn Mc Cumhall. Tapi, aku tidak akan membiarkanmu terus menjadi orang hebat!”

Tanpa memberikan waktu kepada Finn untuk berpikir, lelaki tua itu menyerang Finn dengan membabi buta. Finn mulai kerepotan. Dia terus menghindari pukulan demi pukulan yang dilontarkan kepadanya. Selama pertempuran, otak Finn terus berpikir keras, mencoba memahami perkataan lelaki tua itu. Keturunan Cumhall, pewaris tunggal Kildare.

“Tuan, sebenarnya apa maksud perkataanmu?” Finn bertanya, berusaha mendesak lelaki tua itu.

“Apakah kau seorang yang bodoh atau benar-benar tidak tahu, Anak Muda. Kau adalah anak Raja Cumhall.”

Sreet! Sebuah luka menganga di lengan Finn. Perkataan lelaki tua itu membuatnya lengah. Anak raja Cumhall? Finn tidak memercayai perkataan lelaki tua itu begitu saja. Dia langsung bergerak secepat kilat, dan melumpuhkan lelaki tua itu. Namun, pertempuran itu berhenti tiba-tiba ketika seseorang berteriak lantang.

“Letakkan senjata kalian semua, atau pimpinan kalian ini akan mati!” Finn berteriak, lantang. Suaranya menggelegar. Semua mata tertuju ke arah Finn, sementara lelaki tua itu tak bergerak di bawah ketiak Finn. Gemerincing suara senjata dijatuhkan terdengar. Finn mengedarkan pandangannya. Memastikan kalau semua musuhnya tidak lagi bersenjata. Lalu, mereka digiring ke lapangan di depan istana. Raja Cunhall datang dikawal beberapa prajuritnya. Melihat laki-laki yang dibawa Finn, Raja Cumhall tersenyum sinis.

“Aku sudah menduga, kalau kau yang melakukan semua ini, Grineuis. Kau adalah orang yang sangat kupercaya, tapi justru kau mau menghancurkan aku.”

“Seharusnya kau lebih waspada, Cumhall.” Lelaki itu justru tersenyum lebar. Dia sama sekali tidak memperlihatkan rasa takut.

“Bawa mereka semua ke penjara bawah tanah,” kata Raja Cumhall lantang. Orang-orang berpakaian hitam-hitam itu dibawa ke penjara bawah tanah dengan tangan terikat. Finn menyerahkan tawanannya kepada prajurit lain. Dia berlari ke arah Raja Cumhall yang telah bersiap masuk kembali ke istana.

“Tuanku Raja, bolehkan hamba bertanya sesuatu kepada Paduka.” Finn membungkukkan badannya penuh rasa hormat. Raja Cumhall mengangkat tangannya, kemudian dia berkata dengan penuh wibawa.

“Tunggulah sampai besok pagi. Malam ini kita semua terlalu lelah dengan pertempuran ini.” Perkataan Raja Cumhall membuat Finn tidak bisa menawar lagi.

Keesokan harinya, sang Raja mengumpulkan rakyat Kildare di alun-alun istana. Dia akan memberikan pengumuman penting. Raja Cumhall berdiri dengan gagah di atas podium, dengan lantang dia mulai berbicara, “Tadi malam telah terjadi pemberontakan di istana yang dilakukan oleh Grineuis, orang kepercayaanku sendiri. Aku sangat berterima kasih kepada seluruh prajuritku yang telah bertempur dengan gagah berani, menjaga kehormatan istana. Sebagai penghargaan atas jasa seorang prajurit yang telah berhasil melumpuhkan Grineuis, maka aku akan mengangkat dia menjadi panglima kerajaan Kildare. Sebenarnya, dia juga putra mahkota kerajaan Kildare. Aku sengaja mengasingkannya untuk menghindarkan dia dari musuh-musuh dalam selimut, yang ada di sekitarku. Selain itu, dia juga bisa belajar ilmu-ilmu pengetahuan dan bela diri yang tidak bisa didapatkan di istana. Dia adalah Finn Mc Cumhall.”

Perkataan sang Raja seolah menyedot seluruh tenaga Finn. Apalagi gemuruh tepuk tangan yang membuat tubuh Finn semakin lemas. Dia sama sekali tidak menyangka kejadian ini akan terjadi dalan kehidupannya. Dia menyayangi Bodhmall dan Liath Luachra sebagai orang tuanya. Finn sama sekali tidak menyangka kalau dia adalah anak Raja Cumhall. Finn semakin terkejut ketika melihat Bodhmall dan Liath Luachra berdiri di belakang sang Raja, tersenyum, sambil melambaikan tangan ke arahnya. Finn pun diagung-agungkan sebagai pahlawan oleh rakyat Kildare. 

***

Ariana selesai membaca bukunya.

"Bagus cerita asal dari...Irlandia," kata Ariana.

Ariana menutup bukunya dan menaruh buku di meja.

"Nonton  vidio yang menarik di Youtobe," kata Ariana.

Ariana segera menonton vidio yang menarik di Youtobe di Hp-nya.

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK