"Petruk jamunya," kata Bagong sambil menaruh gelas di meja.
Petruk pun berkata "Iya".
Petruk menaruh bukunya di meja dan segera mengambil gelas berisi jamu, ya segera di minumnya.
"Rasa jamu," kata Petruk.
Jamu habis di minum Petruk dan gelas di taruh di meja.
"Bagong tidak minum jamu?" kata Petruk.
"Sudah di pasar," kata Bagong.
"Sudah toh. Untuk Gareng...sudah di beliin juga jamunya?!" kata Petruk.
"Sudah di taruh di kulkas jamunya. Garengnya kan tidak ada di rumah," kata Bagong.
"Gareng pergi ke luar. Katanya ada urusan gitu. Penting. Kerjaan," kata Petruk.
"Ngomong-ngomong tumben baca tentang obat tradisional?!" kata Bagong.
"Obrolannya di Blog kan masih kaitkan dengan obat tradisional. Jamu," kata Petruk.
"Ooooo begitu maksudnya toh! Saat masa wabah penyakit katanya covid-19, ya lebih baik minum jamu untuk Kesehatan," kata Bagong.
"Laris manis yang jual jamu," kata Petruk.
"Zaman sekarang ini banyak penyakit ya kan Petruk?!" kata Bagong.
"Karena banyak berdoa untuk melancarkan urusan jalan rezeki tuh," kata Petruk.
"Maksudnya?!" kata Bagong.
"Dokter dan perawat, ya mendoakan lancar segala urusan kerjaan," kata Petruk yang niat tidak serius.
"Berarti sama dengan penjual jamu dong. Doanya kan, ya lancarkan segala urusan kerjaan," kata Bagong mengikuti alurnya Petruk.
"Bedalah....kalau penjual jamu, jadi doanya di kabulkan, ya jualannya laris manis. Kalau Dokter dan perawat kalau di lancarkan urusan kerjaannya, ya memang urusan kerjaannya lancar. Kenyataannya pasien banyak di rumah sakit. Harus doanya itu semoga tidak ada yang sakit, jadi rumah sakit kosong tidak ada pasiennya. Ya masalah tentang pandemi yang ini dan itu," kata Petruk.
"Kenyataannya....program kerjanya terus berlangsung sampai vaksin ini dan itu," kata Bagong.
"Manusia itu takut mati. Maka mencegahnya dengan cara ini dan itu," kata Petruk.
"Bener sih manusia takut mati. Umur manusia itu pendek. Andai ada obat yang panjang umur. Ya jadi kan umur panjang dan bisa menikmati kehidupan ini lebih lama lagi," kata Bagong.
"Kalau obat umur panjang mustahil. Yang ada obat seperti vaksin cuma menangkal penyakit ini dan itu. Katanya dunia tidak seteril lagi alias kotor," kata Petruk.
"Makanya banyak orang bergerak untuk higienis," kata Bagong.
"Sebenar urusan menanggulangi tentang penyakit ini dan itu adalah urusan ekonomi ini dan itu," kata Petruk.
"Jadi tidak jauh-jauh dari ekonomi toh," kata Bagong.
"Kadang aku ingin hidup di zaman dulu saja dari pada zaman sekarang. Ribet urusan Kesehatan ini dan itu. Zaman dulu cuma ada tabib saja yang ngobatin orang sakit, ya sembuh juga dari penyakit. Sekarang sudah ada Dokter dan perawat di bayar mahal, ya tetap saja masih ribet menanggulangi penyakit," kata Petruk.
"Banyak orang yang paham agama. Ya pilihan surga dan neraka. Maka itu banyak yang berperang membela agama dan Negara, ya mati muda alias mati sahit di terima tuh...jaminannya surga. Sekarang, pada takut mati semuanya," kata Bagong.
"Ekonomi dan ekonomi semuanya. Biasa kerjaan orang pemerintahan di balik ini semuanya. Ribet," kata Petruk.
"Memang hidup jadi ribet sekarang ini. Ah lebih baik hidup di zaman dulu aja. Banyak tabib dari pada Dokter dan perawat di gajinya mahal. Tabib, ya di bayarnya ala kadarnya," kata Bagong.
"Kenyataannya kan tidak ada pilihan. Harus mengikuti zaman sekarang yang ribet alias higienis gitu," kata Petruk.
"Higienis. Kata orang itu penyakit prilaku, ya jadi kenyataan sekarang. Semua orang jadi higienis. Takut mati semuanya. Berharap pada vaksin agar umur panjang untuk menikmati hidup ini lebih lama, ya kenyataannya mustahil," kata Bagong.
"Sudah tidak perlu di bahas lagi. Aku baca buku lagi!" kata Petruk.
"Aku nonton Tv aja!" kata Bagong.
Bagong ke ruang tengah dan segera menghidupkan Tv pake remot. Bagong nonton acara Tv yang bagus banget. Petruk melanjutkan baca buku tradisional dengan penuh kesantaian.
"Nambah ilmu siapa tahu jadi tabib, bisa ngobatin manusia?!" celoteh Petruk.
Petruk asik baca buku di ruang tamu.
No comments:
Post a Comment