CAMPUR ADUK

Friday, January 26, 2018

PROSES BELAJAR MENGAJAR

Pagi itu Bu Atik sedang mengajar IPA. Bu Atik tengah mengajarkan pelajaran yang berhubungan dengan kehidupan burung. Murid-murid termasuk Lestari menyimaknya dengan sungguh-sungguh. Selama Bu Atik menerangkan, murid-murid memperhatikan dengan seksama. Selain sabar, cara mengajarnya juga baik. Tidak mengherankan jika maka pelajaran IPA di sukai oleh murid kelas 1.

"Siapa yang bisa menyebutkan macam-macam burung yang hidup di Negara kita?." tanya Bu Atik sambil menatap muridnya satu-persatu.

Hampir semua murid-murid mengacungkan tangannya. "Saya Bu !" "Saya Bu !" "Saya Bu !"

"Coba Jaja ! Sebutkan satu persatu burung yang hidup di Indonesia ! 1"

"Burung pipit, Burung Merpati, Burung Elang, Burung Cendrawasih,"

"Burung Cendrawasih hidup di pulau apa?" tanya Bu Atik.

Jaja termenung. Ia melirik ke kiri dan kanan minta di beritahu oleh kawan sebangkunya.

"Lihat ke depan ! Burung dan jawaban ada pada otakmu bukan di sampingmu ! ujar Bu Atik.

Murid-murid yang lain menahan tawa.

"Ini menandakan bahwa kamu jarang menghapal mata pelajaran IPA," kata Bu Atik sambil mendekati tempat duduk Jaja.

"Suka suka menghapal kok, Bu! " sanggah Jaja.

"Kalau begitu jawablah pertanyaan tadi! Di mana Burung Cendrawasih hidup? "

Jaja berpikir keras sehingga keningnya nampak berkerut. "Di Sumatera!" jawabnya pasti. Murid-murid yang lain tidak dapat lagi menahan tawanya. Namun Bu Atik segera mengetuk meja sehingga suasana menjadi hening kembali. 

"Diaam! Kalian jangan menertawakan kawanmu yang salah! Tetapi kalian sekarang tahu,  bahwa Jaja jarang menghapalkan IPA." kata Bu Atik.

"Baik, siapa di antara kalian yang tahu ? Coba Mimim!"

"Di Irian Jaya!" jawab Mimin.

"Bagus! Resahkan baik-baik, Jaja! Burung Cendrawasih hidupnya di Irian Jaya. Menurut cerita, burung Cendrawasih karena cantiknya disebut juga burung penjelmaan dewata dan sampai sekarang ada yang menyebutnya Burung Dewata. Asal usulnya dari Benua Australia, bukan dari Sumatera" kata Bu Atik sambil menatap Jaja.

"Nah, coba perhatikan gambar ini! Burung yang ada di gambar ini, namanya burung Cendrawasih." kata Bu guru sambil menunjuk gambar Burung Cendrawasih." kata Bu guru sambil menunjuk gambar Burung Cendrawasih.

"Coba burung apa lagi yang  hidup di Indonesia?"

"Burung Unta, Burung Perkutut, Burung Kuntil, Burung hantu, Burung manyar." jawab Lestari.

"Bagus! Sekarang perhatikan ke papan tulis! Ibu akan menerangkan mengenai anatomi burung! 1" ujar Ba Atik sambil menggambarkan anatomi burung.

"Marilah kita amati sistem percernaan pada burung. Gambar ini adalah gambar burung unta dan burung merpati. Coba perhatikan dengan cermati!"

"Saluran pencernaan burung merpati berupa mulut, kerongkongan,  lambung, usus halus dan usus besar. Kelenjar pencernaan terdiri dari hati dan pankreas. Perhatikan gambar ini baik-baik!" ujar Bu Atik sambil menunjukkan pencernaan pada gambar burung merpati.

"Mulut burung mempunyai paruh yang terbuat dari zat tanduk. Lidahnya kecil dan meruncing di lapisi zat tanduk. Burung tidak mempunyai gigi. Kerongkongannya panjang, ujung bawahnya membesar membentuk kantung yang disebut tembolok. Tembolok berfungsi untuk menyimpan makanan buat sementara waktu. Dinding tembolok bersifat sebagai kelenjar. Sebagian dari sel-sel tembolok dapat mengelupas. Sel-sel yang terkelupas itu bersifat sebagai zat lemak, yang bila bercampur dengan makanan akan membentuk cairan pekat yang disebut susu merpati. Pada burung merpati yang mempunyai anak, susu tersebut sering disuapkan pada anaknya. Hampir tak berbeda dengan binatang lain yang menyusui.

Lambung merpati terdiri dari dua bagian, yaitu lambung kelenjar dan lambung pengunyah. Lambung kelenjar menghasilkan enzim untuk mencernakan makanan. Lambung pengunyah disebut juga empedal. Dindingnya tersusun oleh sel-sel otot yang tebal dan kuat, berfungsi untuk mencernakan makanan secara mekanis.

Merpati sering menelan kerikil atau pasir untuk membantu pencernaan. Usus halus dimulai dengan usus 12 jari yang berbentuk huruf U. Pada lekukannya terdapat pankreas. Enzim dan pankreas dialirkan ke duodenum melalui tiga saluran yang disebut saluran pankreatikus. Dari semua kelompok Empedu yang dihasilkan oleh hati langsung dialirkan ke duodenum. Pencernaan berakhir di usus halus. Burung merpati mempunyai dua usus buntu, yang terletak pada perbatasan antara usus halus dan usus besar. Bagian usus besar disebut rektum dan bermuara pada kloaka. Kloaka merupakan muara dari tiga saluran, yaitu saluran dari usus dan urine dari ginjal bersama-sama dikeluarkan melalui kloaka. Perhatikanlah gambar ke dua ini baik-baik. Dengan mengamati cara kerja pencernaan pada binatang,  kalian akan menyadari betapa kuasanya Tuhan menciptakan makhluknya," kata Bu Atik sambil menunjukkan satu persatu anatomi pada ke dua gambar burung tersebut.

"Burung merpati termasuk burung pemakan apa?" tanya Bu Atik. 

"Pemakan biji-bijian !" jawab Erni.

"Bagus!"

"Burung yaitu hewan yang bisa bergerak cepat. Oleh sebab itu burung harus mempunyai penglihatan yang tajam dan keseimbangan yang baik, sehingga dapat berubah arah dengan cepat. Bagian yang mengatur gerak dan keseimbangan adalah olah otak besar dan otak kecil yang berkembang dengan baik."

Otak kecil burung berlipat-lipat sehingga dapat menampung sel-sel saraf cukup banyak. Pusat penglihatannya juga besar. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya alat penglihatan pada burung. Sebaiknya pusat pembau kecil, hal ini ada hubungannya dengan indera pembau burung yang kurang sempurna. Perlu diingat bahwa ukuran otak tidak ada kaitannya dengan kecerdasan.

Susunan mata burung sama dengan mata manusia. Sel-sel saraf penglihat ada dua macam, yaitu sel-sel batang dan sel-sel kerucut. Sel batang peka terhadap cahaya yang lemah dan sel kerucut peka terhadap cahaya yang kuat. Burung malam seperti burung hantu lebih banyak memiliki sel batang sehingga dapat melihat jelas pada malam hari. Burung yang berkeliaran siang hari lebih banyak  sel kerucutnya. Mata burung berakomodasi dengan jalan mengubah bentuk lensa. Daya akomodasi lensa matanya sangat baik sehingga ada burung yang dapat melihat dengan jelas benda-benda yang letaknya cukup jauh. Umpamanya saja burung elang. Burung elang bisa melihat mangsa walau jaraknya jauh dari atas. Inilah kelebihan burung elang dibandingkan dengan burung lain.

"Sekarang Ibu akan menjelaskan beberapa ekor burung yang mungkin belum kalian ketahui, " kata Bu Atik.

Murid-murid bersorak riang, sebab mata pelajaran seperti inilah yang mereka sukai.

"Burung Mahkota lebih besar dari pada bebek. Bentuk dan ukurannya lebih menonjol dari pada burung lainnya. Burung Mahkota bisa kita lihat di Taman Margasatwa di Negara kita. Burung Mahkota termasuk jenis burung langka. Oleh sebab itu harus dijaga kelestariannya.
Burung Mahkota terdapat di Irian Jaya dan di sekitarnya. Sedangkan jenis lainnya yaitu Goura victoria terdapat di pulau Kordo, Soek, dan Jabo di sekitar Irian. Burung tersebut memiliki mahkota dan kipas yang tipis.

Warna Burung Mahkota adalah biru kelabu, sayapnya berwarna unggu  atau coklat. Pada bagian tengah sayap berwarna putih, seolah-olah sebagai pita penghias. Burung ini pernah diabaikan pada seri perangko di Indonesia. Nama lain dari burung ini adalah Goura coronata.

Hidupnya suka bergerombol di hutan-hutan dan pulau-pulau di sekitarnya Irian. Mereka mencari buah-buahan yang jatuh dari pohon. Tidurnya di cabang-cabang pohon yang rendah sehingga mudah ditangkap oleh pemburu. Para pemburu biasanya berburu pada malam hari. Telurnya sebesar telur ayam biasa. Telur tersebut ditaruhnya dalam sarang sebanyak satu atau dua butir. Mereka membuat sarang dari ranting-ranting kayu kecil. Sarang tersebut di buat oleh sang jantan dan juga betina. Selain makan bauh-buahan, burung mahkota pun makan biji-bijian. Nah, demikianlah kehidupan burung mahkota."

"Ceritakan lagi burung yang lain, Bu! " ujar Hamidah dan Titin serta Lesih. Bu Atik melihat jam tangannya kemudian berkata.

"Masih ada waktu sebentar, baiklah akan ibu bacakan kehidupan burung Kucica atau bahasa latinnya bernama Copsyhus saularis. Burung ini kalau di daerah Pasudan disebut Burung Haur, dan Kacer di daerah Jawa. Burung Kucica bermukim di kebun-kebun, tidak jauh dari rumah penduduk desa.

Burung Kucica memiliki suara merdu dan mulai bernyanyi ketika matahari terbit. Bila sang jantan bernyanyi  di batang-batang pohon yang tinggi, ekornya berdiri tegak sedangkan sayapnya mengarah ke bawah. Burung Kucica terdiri dari beberapa jenis.

Burung Kucica terdapat di Indonesia bagian barat seperti Jawa, Sumatera, Bangka, Belitung, dan Kalimantan. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur serta Kalimantan terdapat Kucica jenis Copsychus amoenus. Di Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Sulawesi terdapat Kucica Buta atau Kicica Hitam. Nama latinnya Saxico Caprata.

Warna badan dan sayapnya berbulu hitam, bulu punggung dan badan bagian bawah berwarna putih. Bulu pada perut kucica Amoenus berwarna hitam.

Hidupnya berpasang-pasangan dan jarang berpindah-pindah tempat. Burung tersebut senantiasa menjaga sarangnya yang terbuat dari rumput-rumput dan ijuk yang diletakkan di antara cabang semak-semak berduri tidak terlalu tinggi dengan tanah. Sekali bertelur menghasilkan 3 butir yang berwarna biru.

Makanannya berupa serangga, cacing tanah, dan rayap yang dicarinya di tanah. Namun, sekali-sekali juga burung kucica suka makan buah-buahan. 

Mungkin karena hal itulah burung kucica tidak mudah dipelihara dalam sangkar. Kalau dipaksa dipelihara dalam sangkar, burung tersebut tidak akan hidup lama.

"Nah, karena waktunya sudah  habis, pelajaran IPA kita cukupkan hingga di sini dulu. Kalian harus belajar lebih rajin lagi, sebab mata pelajaran IPA termasuk mata pelajaran yang penting," kata Bu Atik sambil menutupkan buku.

"Selamat siang, anak-anak !"

"Selamat siang, Bu!" sahut murid-murid serempak.

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK