CAMPUR ADUK

Monday, April 21, 2025

MASAAN

Malam yang gelap bertabur bintang di langit dan bulan ada di langit gitu. Setelah nonton Tv yang acaranya menarik dan bagus tentang seni dan kebudayaan Palembang di chenel TVRI Palembang gitu, ya seperti biasa sih...Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang membaca cerpen sambil menikmati minum kopi dan makan singkong goreng gitu. 

Isi cerita yang baca Budi :

Masaan melacak kehidupan dua orang muda di Varanasi, India. Devi Pathak, seorang pelatih di pusat komputer pelatihan dan muridnya, Piyush Aggarwal, tertangkap berhubungan seks di kamar hotel oleh polisi yang telah diberi tahu oleh staf hotel. Inspektur Mishra merekam Devi yang hampir telanjang di telepon genggamnya. Piyush mengunci diri di kamar mandi dan bunuh diri dengan menggorok pergelangan tangannya. Inspektur Mishra mengancam akan menangkap Devi karena membantu bunuh diri Piyush dan meminta suap sebesar ₹ 300.000 (setara dengan ₹ 450.000 atau US$5.400 pada tahun 2023) dari ayah Devi, Vidyadhar Pathak, seorang profesor bahasa Sansekerta yang sekarang menjalankan toko buku dengan pendapatan sekitar Rs 10.000 per bulan. Pathak tergoda oleh permainan taruhan, di mana orang-orang bertaruh pada anak laki-laki kecil untuk menyelam dan mengumpulkan koin sebanyak-banyaknya dari dasar sungai Gangga dalam waktu yang ditentukan. Sebelumnya, ia melarang Jhonta, seorang anak laki-laki yang bekerja di tokonya, untuk ikut serta dalam permainan menyelam, tetapi mengalah setelah ancaman Mishra meningkat. Devi berpindah-pindah pekerjaan di berbagai pusat pelatihan, menghadapi pelecehan dari rekan kerja saat berita perselingkuhannya menyebar. Ia akhirnya mendapat pekerjaan sementara di pemerintahan di Indian Railways, tetapi memberi tahu ayahnya bahwa ia ingin meninggalkan Varanasi untuk belajar di Universitas Allahabad segera setelah uang suap Mishra dibayar lunas.

Deepak Kumar adalah anak bungsu dari keluarga Dom yang bekerja di ghats kremasi. Dia adalah mahasiswa teknik sipil di sebuah perguruan tinggi politeknik. Ayah Deepak tidak ingin melihat putranya meneruskan pekerjaan turun-temurun. Deepak jatuh cinta pada Shaalu Gupta, seorang gadis Hindu kasta tinggi. Mereka mulai bertemu satu sama lain dan selama perjalanan ke Allahabad di tepi Sungai Gangga, mereka berbagi momen intim. Kembali di Varanasi, Deepak bercerita padanya tentang kastanya dan pekerjaan yang dia lakukan membakar mayat. Shaalu tidak keberatan dan mengatakan bahwa dia siap untuk melarikan diri bersamanya jika orang tuanya menolak. Dia memintanya untuk fokus pada ujiannya dan mendapatkan pekerjaan yang bagus.

Dalam perjalanan ziarah bersama keluarganya, Shaalu meninggal dalam kecelakaan bus. Jenazahnya bersama jenazah korban lainnya berakhir di tempat kremasi yang sama tempat keluarga Deepak bekerja. Deepak sangat terpukul melihat jenazah Shaalu. Ia akhirnya berhasil mengatasi kesedihannya dan dipekerjakan oleh Indian Railways sebagai teknisi di Allahabad.

Dalam sebuah kompetisi menyelam khusus, Pathak bertaruh Rs 10000, sebagian besar dari sisa tabungannya, pada Jhonta. Jhonta tenggelam dan dibawa ke rumah sakit oleh Vidyadhar, yang bersumpah tidak akan pernah membiarkan anak itu berpartisipasi dalam kompetisi menyelam lagi. Saat Jhonta sadar kembali, ia diperlihatkan telah menemukan cincin Shaalu, yang telah dilemparkan ke Sungai Gangga oleh Deepak saat sedang berduka. Jhonta memberikannya kepada Vidyadhar, yang menjual cincin itu untuk melunasi Inspektur Mishra.

Sebelum meninggalkan Varanasi, Devi mengunjungi keluarga Piyush, di mana ayahnya membentak dan menamparnya. Ia datang ke tepi Sungai Gangga untuk membenamkan hadiah yang diberikan Piyush padanya pada hari yang menentukan itu di hotel. Deepak, yang berada di tepi sungai, memperhatikannya menangis dan menawarkan air minum. Seorang tukang perahu memanggil, menawarkan mereka berdua tumpangan menuju Sangam. Mereka berdua menaiki perahu dan memulai percakapan.

***

Budi selesai membaca cerpen yang ceritanya bagus, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja gitu. 

"Emmm," kata Budi.

Budi menikmati minum kopi dan makan singkong goreng gitu. 

"Nyanyi saja, ya menghibur diri. Main gitar!" kata Budi. 

Budi mengambil gitar yang di taruh di samping kursi, ya gitar di mainkan dengan baik dan bernyanyi dengan baik gitu. 

Lirik lagu yang dinyanyikan Budi :

"Kadang ku kesal dengan sikapmuYang s'lalu bertanya mana perhatiankuMungkin kau tak pernah merasakanApa yang kulakukan di setiap pengorbananku
S'lalu jadi yang kaumauMenjaga di setiap saatTapi kau tak melihatnya
Mana ada aku cuekApalagi nggak mikirin kamuTiap pagi-malam, ku s'laluMemikirkan kamu
Bukalah pintu hatimuAgar kau tahu isi hatikuSemua perjuangankuTertuju padamu
Mungkin kauTak pernah merasakanApa yang kulakukanDi setiap pengorbananku
S'lalu jadi yang kaumauMenjaga di setiap saatTapi kau tak melihatnya
Mana ada aku cuekApalagi nggak mikirin kamuTiap pagi-malam, ku s'laluMemikirkan kamu
Bukalah pintu hatimuAgar kau tahu isi hatikuSemua perjuangankuTertuju padamu
Ho-oh-oh-ah-yaHo-oh-ohHo-oh-oh-ah-yaHo-oh-oh
Mungkin kau tak merasaYang t'lah kuperlihatkanRasa ingin kumilikimuJanganlah kau merasaBahwa ku hanya main-mainTolong, dengarkanlah
Mana ada aku cuek ('tuk kali ini saja)Apalagi nggak mikirin kamu (kau yang mulai padaku)Tiap pagi-malam, ku s'lalu (hingga ku memilihmu)Memikirkan kamu (semua caraku)
Bukalah pintu hatimu (hingga kau pun merasa)Agar kau tahu isi hatiku(Dan takkan meragu) semua perjuangankuTertuju padamu (uh-uh-yeah)
Bukalah pintu hatimuIzinkanlah ku merayuBukalah pintu hatimuJangan meragu
Bukalah pintu hatimuIzinkanlah ku merayuBukalah pintu hatimuJangan meragu
Mana ada aku cuekApalagi nggak mikirin kamuTiap pagi-malam, ku s'laluMemikirkan kamu
Bukalah pintu hatimuAgar kau tahu isi hatikuSemua perjuangankuTertuju padamu"

***

Budi selesai bernyanyi, ya gitar berhenti di mainkan dan gitar di taruh di samping kursi gitu. 

"Emmm," kata Budi. 

Budi menikmati minum kopi dan makan singkong goreng gitu. Eko datang ke rumah Budi, ya motor Eko di parkirkan dengan baik di depan rumah Budi gitu. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi gitu. Yaaa Eko melihat dengan baik di meja ada anglo kecil di atasnya ada tekok kaleng berisi air panas, piring yang ada singkong goreng, yaaa dan ada mainan pistol dari kardus gitu.

"Pistol," kata Eko sambil menunjuk pistol di meja. 

Budi melihat yang di tunjuk Eko. 

"Pistol yang terbuat dari kardus," kata Budi.

"Budi buat pistol lagi, ya pistol Pindad G2?" kata Eko. 

"Aku tidak buat pistol lagi. Pistol yang di meja, ya pistol yang aku buat kemarin-kemarin," kata Budi. 

"Budi tidak buat pistol toh. Yaaa aku kirain Budi buat pistol lagi, ya pistol Pindad G2 yang kedua gitu," kata Eko. 

"Buat pistol yang kedua, ya tidak masalah kan Eko?" kata Budi. 

"Memang tidak ada masalah sih...buat mainan pistol dari kardus, ya dua gitu," kata Eko. 

"Mainan tetap mainan pistol yang terbuat dari kardus gitu," kata Budi. 

"Omongan Budi bener lah!" kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Extrim," kata Budi. 

"Extrim. Obrolan extrim, ya Budi?" kata Eko. 

"Yaaa Eko...obrolan extrim gitu," kata Budi. 

"Obrolan tentang apa?" kata Eko. 

"Hidup ini....antara baik dan buruk perilaku manusia, ya kan Eko?" kata Budi. 

"Realitanya memang begitu sih...tentang hidup ini....antara baik dan buruk perilaku manusia gitu," kata Eko. 

"Cerita tentang orang yang ngaku-ngaku Imam Mahdi atau Nabi dengan tujuan menyesatkan orang-orang dalam urusan agama yang di yakini gitu," kata Budi. 

"Seperti cerita sinetron atau film atau kisah nyata...tentang orang menyesatkan orang-orang dalam urusan agama yang di yakini," kata Eko. 

"Orang yang ngaku-ngaku itu....aku culik dengan kelompok aku dan di sidang dengan baik gitu. Orang yang ngaku-ngaku di suruh untuk membuktikan kebenaran dirinya dengan melampaui batasan sampai mendengarkan Roh. Kalau tidak bisa melampaui batasan mendengarkan Roh, ya aku tembak pake pistol Pindad G2. Bisa di bilang aku menghukum mati orang yang ngaku-ngaku gitu," kata Budi. 

"Kalau perkara kesesatan tidak parah, ya tidak perlu di hukum mati," kata Eko. 

"Memang sih....Eko...kalau perkara kesesatan tidak parah tidak perlu di hukum mati. Memang masih di boleh kan tobat sih. Yaaa ketegas saja gitu tentang hukum mati di tembak pake pistol Pindad G2!" kata Budi. 

"Tegas sih boleh sih," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Orang yang ngaku-ngaku kan kebanyakan tidak bisa melampaui batasan mendengarkan Roh," kata Eko. 

"Omongan Eko bener sih," kata Budi. 

"Kemungkinan sih...paling yang ia dengar sih, ya suara Setan. Ya Setan memang menyesatkan sih. Orang yang ngaku-ngaku jadi pengikut Setan gitu. Zaman dulu aja, ya Setan menyesatkan manusia dengan Setan mengaku Tuhan," kata Eko. 

"Di sesatkan Setan. Memang Setan bisa ngaku jadi Tuhan," kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Sudah ah obrolan extrimnya!" kata Budi. 

"Obrolan extrim berakhir!" kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Main permainan ular tangga saja!" kata Eko.

"Ya oke main permainan ular tangga!" kata Budi.

Budi mengambil permainan ular tangga di bawah meja, ya permainan di taruh di atas meja. Eko dan Budi main permainan ular tangga dengan baik gitu.

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

SHEHZADA

Malam hari, ya keadaan lingkungan sekitar rumah Budi baik gitu. Setelah nonton Tv yang acara menarik dan bagus Kontes Swara Bintang di chene...

CAMPUR ADUK