Malam hari. Setelah nonton Tv yang acara menarik dan bagus berita di chenel TVRI gitu. Budi duduk santai di depan rumahnya sambil menikmati minum kopi dan makan singkong goreng gitu.
"Baca cerpen saja!" kata Budi.
Budi mengambil buku di bawah meja, ya buku di buka dengan baik dan cerpen di baca dengan baik gitu.
Isi cerita yang di baca Budi :
Dimulai di Lucknow, 1984, cerita ini dimulai dengan Gunjan Saxena muda yang sedang terbang bersama kakak laki-lakinya, Anshuman. Gunjan ingin melihat ke luar jendela pesawat, tetapi Anshuman tidak mengizinkannya. Seorang pramugari yang baik hati menangani masalah tersebut dan membawa Gunjan ke kokpit. Melihat kokpit tersebut langsung memicu keinginan dalam benaknya untuk menjadi pilot karena ia merasa antusias dengan fitur-fitur pesawat tersebut.
Beberapa tahun kemudian, Gunjan diberi selamat atas prestasi akademisnya, dan orang tuanya yang bangga, Anup dan Kirti, berencana untuk menyekolahkannya di sekolah menengah atas. Namun, Gunjan ingin berhenti sekolah menengah atas untuk menjadi pilot. Anshuman, saudara laki-lakinya, merasa bahwa perempuan tidak boleh berada di kokpit, tetapi di dapur untuk memasak bagi keluarga, tetapi ayahnya sangat tidak setuju. Sebagai penganut kuat kesetaraan gender, ia mengizinkan Gunjan untuk bereksperimen dengan keinginannya untuk menjadi pilot. Gunjan mencoba berkali-kali, tetapi semuanya digagalkan oleh kekhawatiran mengenai kualifikasi pendidikannya dan biaya yang tinggi, yang menyebabkannya pulang dengan perasaan kecewa setiap kali. Sementara orang tuanya berbeda dalam pandangan mereka terhadap mimpinya, dengan ibunya berharap putrinya akan segera waspada dan Anup bersikeras mengizinkan putrinya untuk mengejar mimpinya tanpa henti, sebuah iklan di surat kabar untuk diterima di Angkatan Udara India memberi Gunjan kesempatan yang tepat untuk berusaha masuk ke angkatan udara. Anshuman, yang juga bertugas di ketentaraan, sama sekali tidak setuju dan memberi tahu Gunjan bperang ngkatan Udara bukanlah tempat bagi perempuan. Akan tetapi, ia mengabaikannya dan tetap melanjutkan formalitasnya, dan kemudian mengetahui pada hari pengumuman bahwa ia adalah satu-satunya perempuan yang diterima.
Selama tes medisnya, Gunjan mengetahui bahwa tinggi badannya satu sentimeter lebih pendek dan berat badannya tujuh kilogram lebih berat dari persyaratan Angkatan Udara. Ia sangat terpukul dengan hal ini, tetapi mengetahui bahwa ia dapat mengikuti tes ulang dalam dua minggu, dan mendiskusikannya dengan Anup, yang memintanya untuk tidak menyerah, dan bersama-sama mereka membuat program latihan untuk menurunkan berat badan. Selama tes ulang, ia masih kurang memenuhi kriteria tinggi badan, tetapi para perwira menyimpulkan bahwa panjang tangan dan kakinya akan mengimbanginya, dan menerimanya menjadi anggota angkatan. Namun, sementara Anup dan Kirti tidak dapat menahan harga diri mereka, Anshuman masih tetap menyangkal dedikasi saudara perempuannya, tetapi Gunjan memutuskan untuk mengabaikan keraguannya dan memulai pelatihan. Selama pelatihannya, ia mendapati dirinya mengalami beberapa kenyataan pahit dan ketidaknyamanan karena tatanan angkatan udara yang didominasi laki-laki, dan mempertimbangkan untuk meninggalkan kamp, ketika situasi krisis membuatnya mempertimbangkan kembali ketika, pada tahun 1999, perang Kargil dimulai, dan semua pilot Angkatan Udara dibutuhkan. Gunjan bertekad untuk ikut serta dalam perang, dan meskipun Anshuman menemuinya dan melarangnya ikut serta, ia mengabaikan keberatan Anshuman sekali lagi. Ia merasa sangat dibutuhkan dalam sebuah misi dan melanjutkannya, tetapi kemudian diperintahkan untuk membatalkannya karena misi itu terlalu sulit baginya. Ia dengan berat hati mengundurkan diri ke kamp. Tiba-tiba, berita tentang tentara yang terluka parah dalam pertempuran itu tiba, dan kini giliran Gunjan untuk menyelamatkan mereka.
Gunjan dan pilot lainnya naik helikopter terpisah dan pergi untuk menolong para prajurit yang terluka. Kembali ke kamp, para prajurit meminta Gunjan untuk membatalkan misi, tetapi terlepas dari pendapat mereka, Gunjan tetap melanjutkan misi. Tiba-tiba, saat helikopter lainnya ditembak jatuh akibat serangan RPG, Gunjan menyelamatkan pilot lainnya dan para prajurit yang terluka dan berhasil menyelesaikan manuver yang berisiko, meskipun dirinya sendiri terkena peluru. Setelah misi dan perang, Gunjan mendapatkan rasa hormat dari sesama prajurit pria dan dihargai dengan keberanian serta membuat Anshuman dan Anup bangga.
***
Budi selesai membaca cerpen yang ceritanya bagus, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja gitu.
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum kopi dan makan singkong goreng gitu. Eko datang ke rumah Budi, ya motor Eko di parkirkan di depan rumah Budi gitu. Eko duduk dengan baik dekat Budi gitu. Yaaa di meja Eko melihat dengan baik ada anglo kecil di atasnya ada tekok kaleng yang berisi air panas, ya piring yang ada singkong gorengnya, dan mainan gerobak yang terbuat dari kardus gitu.
"Gerobak," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Eko mengambil mainan gerobak gitu.
"Mainan gerobak," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Eko membaca dengan baik tulisan di mainan gerobak.
"Es Cendol. Berarti gerobak Es Cendol toh!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Budi buat mainan gerobak Es Cendol toh!" kata Eko.
"Iya aku buat mainan gerobak Es Cendol!" kata Budi.
"Budi buat mainan gerobak Es Cendol...nilai kreatifitasnya Budi," kata Eko.
"Memang sih Eko...buat gerobak Es Cendol...nilai kreatifitas!" kata Budi.
"Mainan yang buat Budi...bagus!" kata Eko.
"Terima kasih Eko...pujiannya!" kata Budi.
Eko menaruh mainan gerobak Es Cendol di meja.
"Budi buat mainan gerobak Es Cendol...berdasarkan realita dan berita di media ini dan itu kan Budi?" kata Eko.
"Iya sih...Eko...buat mainan gerobak Es Cendol berdasarkan realita dan berita media ini dan itu," kata Budi.
"Hidup ini," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Hidup ini.....banyak cerita tentang kemajuan teknologi, ya teknologi buatan orang-orang pintar di bidangnya. Yaaa hidup ini juga, ya orang-orang yang latar belakangnya tidak mampu, ya berjuang dengan baik jualan Es Cendol demi diri dan keluarga," kata Eko.
"Memang jualan Es Cendol demi diri dan keluarga," kata Budi.
"Ekonomi," kata Eko.
"Yaaa ekonomi," kata Budi.
"Kompetisi tetap terjadi," kata Eko.
"Memang terjadi sih...kompetisi sih," kata Budi.
"Persaingan sengit, ya antara usaha yang satu dengan lain," kata Eko.
"Realitanya memang begitu," kata Budi.
"Seperti biasa sih, ya bagi yang paham agama yang di yakini sih...hasil itu rezeki...masing-masing," kata Eko.
"Omongan Eko benar sekali!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Eko.
"Memang sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Main kartu remi saja Budi!" kata Eko.
"Okey main kartu remi!" kata Budi.
Budi mengambil kartu remi di bawah meja, ya kartu remi di kocok dengan baik dan kartu remi di bagikan dengan baik gitu. Eko dan Budi main kartu remi dengan baik, ya main cangkulan gitu.
"Hidup ini," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Hidup ini...harus di syukurin dengan baik kan Eko, ya karena aku dan Eko kerja dengan baik di perusahaan, ya jadi buruh...kan?" kata Budi.
"Memang Budi...hidup ini harus di syukurin dengan baik karena aku dan Budi kerja dengan baik di perusahaan, ya jadi buruh gitu!" kata Eko.
"Ijazah SMA berguna dengan baik untuk syarat masuk perusahaan gitu," kata Budi.
"Memang ijazah SMA berguna dengan baik untuk masuk perusahaan!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Yaaa kalau ijazah SMA tidak bisa di gunakan untuk syarat masuk perusahaan, ya berarti kita tuntut sekolahan dan dinas pendidikannya, ya kan Budi?" kata Eko.
"Hidup di negeri ini, ya demokrasi di jalankan dengan baik. Yaaa iyalah Eko...kalau ijazah SMA tidak bisa di gunakan untuk syarat masuk perusahaan, ya kita tuntut sekolah dan dinas pendidikan," kata Budi.
"Demonstrasi...di jalankan dengan baik!" kata Eko.
"Heboh ceritanya Demonstrasi!" kata Budi.
"Sampai-sampai ada yang berteriak dengan baik "Reformasi". Heboh luar biasa sih...Demonstrasi..," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
Eko dan Budi, ya asik main permainan kartu remi, ya main cangkulan gitu.
"Hidup ini, ya yang di kasianin cerita tentang orang-orang yang bermasalah tentang ijazah di tahan sama pihak sekolah, pihak di tempat kerja, dan lain-lain....berdasarkan berita media ini dan itu," kata Eko.
"Memang di kasianin sih orang-orang yang punya masalah yang di omongin Eko. Orang-orang yang dasarnya dari keluarga tidak mampu," kata Budi.
"Orang-orang pemerintahan harus bisa menyelesaikan masalah yang terjadi," kata Eko.
"Harus sih...orang-orang pemerintahan menyelesaikan masalah yang terjadi gitu...demi kebaikan ini dan itu," kata Budi.
"Sampai urusan ijazah palsu pun, ya harus di selesaikan dengan baik sama orang-orang pemerintahan!" kata Eko.
"Bener omongan Eko!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Eko dan Budi tetap asik main permainan kartu remi gitu, ya main cangkulan gitu.
No comments:
Post a Comment