Ceritanya sih Budi tinggal di Yogyakarta gitu. Malam yang tenang dan gelap, ya di langit bertabur bintang yang indah gitu. Setelah nonton Tv yang acara olahraga voli, ya seperti biasa sih....Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerpen menarik sambil menikmati minum teh dan makan singkong goreng gitu.
Cerita ini berkisah tentang siswa SMA biasa Kyle, yang membutuhkan skor tinggi pada SAT untuk masuk ke program arsitektur Universitas Cornell. Ia terus-menerus membandingkan dirinya dengan kakak laki-lakinya Larry, yang sekarang tinggal di atas garasi orang tuanya. Sahabat Kyle, Matty, ingin mendapatkan skor tinggi untuk masuk ke perguruan tinggi yang sama dengan pacarnya, tetapi ia adalah seorang yang kurang berprestasi yang sebelumnya menerima skor rendah pada PSAT-nya. Mereka merasa SAT menghalangi masa depan mereka.
Kedua anak laki-laki itu menyadari bahwa ayah Francesca Curtis, sesama siswa, memiliki gedung yang menjadi kantor regional ETS, yaaa tempat jawaban SAT berada. Awalnya, Francesca tidak mau membantu tetapi mempertimbangkan kembali, dengan berkata, "Apa-apaan ini? Kedengarannya menyenangkan." Sementara itu, Kyle tertarik pada Anna Ross, siswa dengan peringkat tertinggi kedua di sekolah, dan Kyle memberi tahu Anna tentang rencananya. Anna gagal dalam SAT sebelumnya dan membutuhkan skor bagus untuk masuk ke Universitas Brown.
Matty tidak suka kenyataan bahwa Anna sekarang tahu tentang rencana dan omelan itu, tepat di depan Roy si tukang ganja, yaaa yang kemudian harus diikutsertakan dalam pencurian itu. Akhirnya, Anna memberi tahu bintang basket sekolah Desmond Rhodes, yang membutuhkan skor 900 atau lebih baik untuk bergabung dengan tim basket di Universitas St. Jhon.
Upaya awal untuk membobol kantor ETS gagal, tetapi mereka kemudian menyusun rencana lain. Menjelang ujian, Francesca akan mengatur agar Kyle dan Matty mengadakan pertemuan di dekat lantai atas, dan tinggal di sana setelah ujian ditutup. Tiga orang lainnya akan menunggu di luar dan mengawasi penjaga malam sampai Francesca, Kyle, dan Matty berhasil mencuri jawaban.
Rencana awalnya berjalan dengan baik, dengan Francesca, Kyle, dan Matty berhasil menghindari kamera keamanan dan penjaga malam. Namun, jawabannya ada di komputer, dan hanya Roy, si jenius teknis, yang dapat memecahkan kata sandinya; ia dan dua orang lainnya masuk ke gedung, dan Roy menebak kata sandinya dengan benar setelah melihat foto seorang karyawan. Namun, jawabannya tidak dapat dicetak, jadi kelompok tersebut memutuskan untuk mengikuti tes dengan pengetahuan gabungan mereka dan mendapatkan jawaban dengan cara itu. Pada dini hari, mereka selesai dan menuliskan semua jawaban.
Tepat saat itu, penjaga menaiki tangga, dan mereka mencoba melarikan diri melalui langit-langit; namun, Francesca tertinggal dan akan segera ditemukan, jadi Matty mengorbankan dirinya untuk menyelamatkannya. Semua orang melarikan diri, tetapi masing-masing menghadapi konfrontasi tertentu sebelum ujian. Kakak Kyle bertanya kepadanya apakah dia benar-benar lebih buruk dari pencuri, Matty ditebus oleh Francesca, Anna menemukan kemandirian dari orang tuanya, dan ibu Desmond meyakinkan Roy untuk berhenti menggunakan narkoba.
Sebelum ujian SAT dimulai, kelompok tersebut menyadari bahwa, meskipun ujian itu akan membantu mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan, akan lebih baik jika mereka tidak menyontek. Roy mengambil jawaban dan membagikannya secara acak di kamar mandi. Setelah keputusan dibuat, Matty berkomentar bahwa "semua ini sia-sia." Kyle menjawab, "Aku tidak akan mengatakan apa-apa", sambil melirik Anna. Matty dan Francesca juga saling berpandangan, karena mereka mungkin juga telah memulai hubungan.
Setiap orang akhirnya mendapatkan skor tes yang diinginkan tanpa jawaban: impian Kyle untuk menjadi seorang arsitek masih hidup dengan menghadiri Universitas Syracuse, yaaa Desmond akhirnya pergi ke St. John, Matty menjadi aktor, Francesca menulis novel (yang tentang enam anak yang bersekongkol untuk mencuri jawaban), dan Anna memutuskan untuk bepergian ke Eropa untuk sementara waktu sebelum memulai kuliah. Roy menjelaskan bahwa ia memperoleh SAT tertinggi di daerah itu, dan, dibimbing oleh ibu Desmond, ia mendapat GED. Ia kemudian menggunakan kecerdasannya yang belum dimanfaatkan untuk digunakan melalui pemrograman, menjadi desainer vidio game yang sukses.
***
Budi selesai baca cerpen yang ceritanya bagus gitu, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja gitu.
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum teh dan makan singkong goreng gitu.
"Nyanyi dan main gitar!" kata Budi.
Budi mengambil gitar yang di taruh di samping kursi, ya gitar di mainkan dengan baik dan bernyanyi dengan baik gitu.
Lirik lagu yang dinyanyikan Budi :
***
Budi selesai bernyanyi, ya gitar berhenti di mainkan dan gitar di taruh di samping kursi gitu.
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum teh dan makan singkong goreng gitu. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan di depan rumah Budi gitu. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi gitu. Di meja ada topeng di atas buku gambar gitu.
"Hidup ini...tetap sama saja Budi!" kata Eko.
"Memang hidup tetap sama aja sih...tinggal di Yogyakarta!" kata Budi.
"Kita menjalankan hidup ini dengan baik, ya sederhana!" kata Eko.
"Ya memang sih, yaaa kita menjalankan hidup ini dengan biasanya sederhana!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Ngomong-ngomong Eko, ya ketika aku jalan-jalan gitu...aku melihat bule cantik, yaaa jadi aku tertarik dengan bule cantik gitu," kata Budi.
"Budi tertarik sama bule cantik, ya berarti tanda-tanda ke lain hati. Tasya mau di kemanain kalau Budi benaran jatuh hati pada bule cantik?" kata Eko.
"Urusan Tasya tetap di hati Eko!" kata Budi.
"Tasya tetap di hati Budi karena Budi cinta Tasya toh!" kata Eko.
"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA saja...Eko, ya aku tertarik melihat bule cantik gitu," kata Budi.
"Okey. Okey. Okey. Sekedar bahan obrolan lulusan SMA saja gitu, ya Budi tertarik dengan bule cantik gitu," kata Eko.
"Bule itu menikmati lingkungan dengan baik, ya happy bersama keluarganya," kata Budi.
"Hidup memang harus di nikmati dengan baik keadaan lingkungan jadi happy bersama keluarga bule cantik yang di maksud Budi gitu," kata Eko.
"Bule cantik itu kembar gitu," kata Budi.
"Bule cantik yang di maksud Budi...kembar toh," kata Eko.
"Kecantikan bule cantik itu, ya seperti pinang di belah dua gitu. Terkesan, ya kaya lagu Lesti gitu!" kata Budi.
"Budi terkesan dengan bule cantik kembar toh. Terkesan gitu," kata Eko.
"Yang buat aku kagum lagi, ya bule cantik itu...tingkah lakunya baik gitu," kata Budi.
"Tata krama bule cantik...baik toh. Berarti bule cantik itu, ya didik dengan baik sama orang tuanya," kata Eko.
"Kalau Eko melihat bule cantik itu...pasti tertarik," kata Budi.
"Mungkin saja aku tertarik sama bule cantik gitu," kata Eko.
"Kalau Eko tertarik sama bule cantik, ya ke lain hati deh Eko. Jadi gimana dengan Purnama Eko?" kata Budi.
"Purnama tetap di hati aku sih, ya cinta aku sama Purnama!" kata Eko.
"Eko tetap cinta Purnama!" kata Budi.
"Sekedar saja tertarik bule cantik, ya tetap bahan obrolan kan Budi?" kata Eko.
"Memang sekedar obrolan!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Eko mengambil topeng gitu.
"Seperti biasanya Budi membuat mainan topeng terbuat dari kardus. Nilai kreatifitas Budi...buat topeng dari kardus. Yaaa topeng Kamen Rider Fourze," kata Eko.
"Membuat mainan topeng Kamen Rider Fourze...karena aku suka," kata Budi.
"Topeng Kamen Rider Fourze....yang di buat Budi bagus!" kata Eko.
"Terima kasih Eko...pujiannya!" kata Budi.
"Cerita dan pertarungan Kamen Rider Fourze di serial acara Tv...bagus kan Budi?" kata Eko.
"Penilaian penonton yang menonton acara Tv yang di sukai. Yaaa memang sih...cerita dan pertarungan Kamen Rider Fourze...bagus!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Eko menaruh topeng di meja gitu dan mengambil buku gambar di meja gitu.
"Di buku gambar yang aku pegang ini. Apa yang di gambar Budi?" kata Eko.
"Seperti biasa sih...Eko. Aku menggambar di buku gambar apa yang aku sukai dengan baik gitu?" kata Budi.
"Yang di gambar Budi di buku gambar, ya apa yang di sukai Budi dengan baik toh? Yaaa apa mungkin, yaaa Budi menggambar di buku gambar....Presiden Indonesia?" kata Eko.
"Aku tidak menggambar Presiden Indonesia di buku gambar. Buka saja buku gambarnya! Ya Eko akan tahu sendiri apa yang aku gambar!" kata Budi.
"Baiklah aku buka saja buku gambarnya!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Eko membuka buku gambarnya dengan baik gitu, yaaa melihat dengan baik...gambar-gambar yang di buat Budi di buku gambar gitu.
"Budi menggambar tokoh-tokoh dari acara Tv....SilverHawks," kata Eko.
"Yaaa aku memang menggambar di buku gambar tokoh-tokoh dari acara Tv....SilverHawks, ya karena aku suka gitu," kata Budi.
"Gambar yang di buat Budi...bagus!" kata Eko.
"Terima kasih Eko...pujiannya!" kata Budi.
"Budi ada pensil kan? Ya aku mau menggambar sesuatu di buku gambar!" kata Eko.
"Ada sih pensil. Eko mau menggambar sesuatu toh. Apa Eko mau menggambar cewek di buku gambar, ya Eko?" kata Budi.
"Cewek. Yaaa kalau aku mau menggambar cewek di buku gambar, ya pasti sih aku menggambar Purnama saja!" kata Eko.
"Menggambar Purnama di buku gambar sih, ya cinta beneran sama Purnama," kata Budi.
"Kalau aku menggambar cewek lain di buku gambar. Di nilainya ke lain hati gitu," kata Eko.
"Cuma penilaian saja kan...ke lain hati. Yaaa becandaan dalam obrolan dari pada serius boring," kata Budi.
"Aku paham omongan Budi!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Pensil Budi!" kata Eko.
"Yaaa aku ambilkan pensilnya!" kata Budi.
Budi mengambilkan pensil di bawah meja, ya dan pensil di berikan Budi ke Eko gitu. Eko mengambil pensil dari tangan Budi gitu.
"Aku mulai menggambar!" kata Eko.
Eko menggambar dengan baik di buku gambar gitu. Budi menunggu Eko selesai menggambar di buku gambar, ya sambil menikmati minum teh dan makan singkong goreng gitu. Cukup lama Eko menggambar di buku gambar gitu, ya pada akhirnya selesai juga menggambar di buku gambar gitu.
"Gambar yang aku buat selesai," kata Eko.
Eko menaruh buku gambar dan pensil di meja gitu. Budi yang penasaran dengan gambaran yang di buat Eko gitu, ya Budi mengambil buku gambar dan pensil di meja gitu. Yaaa pensil di taruh di bawah meja gitu.
"Eko menggambar di buku gambar. Menggambar naga China toh!" kata Budi.
"Karena aku suka dengan naga China, ya jadi aku gambar dengan baik naga China di buku gambar gitu!" kata Eko.
"Ada kemauan pasti bisa membuat gambar naga China di buku gambar," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Gambar yang di buat Eko...bagus!" kata Budi.
"Terima kasih Budi...pujiannya!" kata Eko.
"Eko menggambar naga China di buku gambar, ya apa ada kaitannya dengan acara Tv...film gitu?" kata Budi.
"Yaaa ada sih kaitannya dengan acara Tv..film. Maka itu aku gambar dengan baik naga China di buku gambar gitu!" kata Eko.
"Cerita filmnya...bagus kan Eko?" kata Budi.
"Yaaa penilaian penonton, yaaa bagus sih...cerita film yang berkaitan dengan naga China!" kata Eko.
"Acara Tv...hiburan!" kata Budi.
"Memang acara Tv....hiburan dan masih berkaitan dengan ekonomi," kata Eko.
"Manusia menggerakkan roda ekonomi dengan baik...seperti biasanya. Rezeki masing-masing!" kata Budi.
"Hasil dari apa yang di usahakan? Ya rezeki masing-masing, ya bagi yang memahami ilmu agama," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
Budi menutup buku gambar dan buku gambar di taruh di meja dengan baik gitu.
"Main permainan Halma saja Budi!" kata Eko.
"Okey....main permainan Halma!" kata Budi.
Budi mengambil permainan Halma di bawah meja, ya permainan Halma di taruh di atas meja gitu. Eko dan Budi main permainan Halma dengan baik gitu.
No comments:
Post a Comment