Malam yang tenang dan lingkungan tenang gitu. Setelah nonton Tv yang acara film laga, ya seperti biasa sih Budi duduk santai di depan rumahnya sedang membaca cerpen yang cerita menarik, ya sambil menikmati minum kopi dan makan singkong rebus.
Isi cerita yang di baca Budi :
Pencurian dan perampokan kecil-kecilan adalah tema utama drama yang berlatar di Delhi ini. Shukla mengelola sebuah studio foto, yang sebenarnya adalah agen rahasia yang mempekerjakan sekelompok pencuri muda yang bekerja di jalanan dan melakukan kejahatan kecil-kecilan.
Kisah ini berkisar pada Satbir, salah satu pencuri muda yang ingin keluar dari kehidupan kriminal dan menjadi warga negara yang baik. Dalam upayanya untuk mendapatkan pekerjaan normal, ia bertemu dengan seorang wanita muda yang menarik, Neena, yang kemudian ia coba dekati. Ketika teman-temannya dari agensi tersebut menyadari ketertarikan barunya, mereka mencuri tas Neena di mal tempat Satbir sekarang bekerja. Satbir mendapatkan kembali tas itu dan mengembalikannya kepada Neena saat mereka bertemu lagi.
Ketika Neena mengetahui bahwa Satbir mengenal beberapa pencuri kecil secara pribadi, ia sangat ingin bertemu dengan mereka. Ia berjanji kepada Satbir untuk menghabiskan hari bersamanya di jalanan Delhi, jika ia dapat menunjukkan sebagian aksinya. Satbir mempertimbangkan tawaran tersebut, tetapi merasa khawatir tentang gagasan untuk membiarkan orang luar mengetahui cara kerja internal TKP kejahatan kecil-kecilan tersebut. Namun, godaan untuk bekerja sama dengan Neena terlalu kuat untuk ditolak, dan ia setuju. Namun, Satbir tidak tahu bahwa Neena bekerja di stasiun TV lokal sebagai reporter investigasi.
Neena kemudian menghilang dan Satbir kemudian melihatnya di saluran TV lokal dalam sebuah iklan yang mengumumkan laporan investigasi minggu depan tentang kejahatan jalanan di Delhi. Yang membuatnya ngeri, iklan itu juga menampilkan Satbir sendiri, yang telah direkam secara diam-diam sepanjang hari saat ia berkeliling kota dan menunjukkan kepada Neena berbagai insiden kejahatan kecil yang terjadi. Satbir sekarang menyadari bahwa ia telah dijebak oleh Neena dan sebagai akibat dari kebodohannya, semua temannya akan terekspos ke publik di TV.
Akibatnya, Satbir harus bersembunyi, tetapi ia segera ditangkap oleh Shukla dan dibawa ke studio, di mana ia menjelaskan ketidakbersalahannya. Meskipun ia dimaafkan atas kesalahannya, hal itu tidak benar-benar membantu perjuangan geng tersebut, yang kini menghadapi penghinaan di depan publik dan kemungkinan besar akan ditangkap. Satbir bersumpah kepada Shukla bahwa 'apa pun yang terjadi, episode TV tersebut tidak akan ditayangkan minggu depan.'
Namun, keadaan tampak suram bagi geng jalanan kecil yang mencoba menghentikan penayangan episode yang diiklankan secara nasional dengan waktu tersisa hanya seminggu. Namun Satbir mendapat inspirasi, yang mengarah pada rencana yang berkisar pada upaya menciptakan keraguan dalam benak manajer stasiun TV tentang keaslian rekaman Neena.
Agar rencananya berhasil, geng tersebut pertama-tama membobol stasiun TV dan mencuri salinan rekaman yang akan ditayangkan. Mereka kemudian memotong setiap kejadian pencurian jalanan dalam rekaman tersebut dan mengemasnya kembali sebagai bagian dari acara TV realitas palsu yang disebut "Chor, Chor, Super Chor". Setelah setiap kejadian, geng tersebut (yang menyamar sebagai kru TV) sekarang ditampilkan mendatangi rumah korban dan mengembalikan barang-barang yang dicuri beserta akhir cerita "kejutan, Anda muncul di TV". Jadi, apa yang awalnya merupakan rekaman beberapa kejadian pencurian jalanan kecil-kecilan, sekarang menyerupai serangkaian episode acara TV realitas di mana pencurian kecil-kecilan yang "diduga" diikuti dengan kunjungan ke korban dan akhir yang bahagia.
Agar aksi ini berjalan lebih efektif, geng tersebut melacak manajer stasiun TV dan merampok mobilnya di jalan dalam sebuah penipuan yang direncanakan dengan matang. Mereka merekam kejadian tersebut di kamera selama ini, lalu muncul di luar stasiun TV di kemudian hari, berpura-pura menjadi kru TV. Mereka kemudian mengembalikan mobil tersebut kepada manajer TV saat ia akhirnya tiba di tempat kerja setelah seharian penuh frustrasi di jalanan Delhi.
Awalnya, sang manajer kesal dan bingung, terlebih lagi karena ia belum pernah mendengar tentang acara realitas "Chor, Chor, Super Chor". Para kru menjelaskan bahwa mereka masih baru di dunia hiburan dan sebenarnya sedang mencari stasiun yang mau menayangkan acara tersebut. Sang manajer, yang tidak menyadari bahwa para kru sebenarnya adalah penjahat kelas teri di dunia nyata, terkesan dengan penampilan mereka.
Ia mengundang Satbir dan kru ke dalam. Begitu sampai di kantornya, kru tersebut berhasil meyakinkannya bahwa Neena adalah seorang penipu dan seluruh episode tentang kejahatan jalanan yang ia bintangi seharusnya adalah hasil karya film mereka sendiri yang pasti telah ia curi dari mereka. Ia dituduh telah memotong-motong hasil karya mereka dan kemudian menyerahkannya kepada manajer stasiun sebagai laporan investigasi yang sebenarnya. Manajer tersebut awalnya skeptis dengan klaim mereka, tetapi akhirnya yakin karena ia sendiri baru saja menjadi korban lelucon acara tersebut. Ia kini memutuskan untuk membatalkan penayangan laporan tersebut.
Manajer itu kini memecat Neena dan mempekerjakan kru dan acara realitas mereka sebagai gantinya. Acara itu menjadi hit besar di Delhi. Dalam perubahan yang aneh dan ironis, kejahatan kecil-kecilan, alih-alih menurun seperti yang diharapkan Neena, justru meningkat di seluruh kota karena orang-orang di jalan menjadi terbuka menerima perampokan harta benda mereka, berharap orang yang merampok mereka mungkin bagian dari acara TV itu dan akan muncul di depan pintu mereka nanti dengan hadiah dan kesempatan untuk tampil di TV nasional.
***
Budi selesai baca cerpen yang cerita bagus, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja gitu.
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus gitu.
"Eko belum datang kalau begitu...aku nyanyi dan main gitar saja!" kata Budi.
Budi mengambil gitar yang di taruh di samping kursi, ya gitar di mainkan dengan baik dan bernyanyi dengan baik gitu.
Lirik lagu yang dinyanyikan Budi :
***
Budi selesai menyanyi, ya berhenti main gitar dan gitar di taruh di samping kursi gitu.
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus gitu. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi gitu. Di meja ada topeng di atas buku gambar gitu.
"Budi," kata Eko.
"Apa Eko?" kata Budi.
"Apakah Budi pernah di berikan nasehat sama seorang Ustad gitu, ya di suatu mesjid?" kata Eko.
"Pernah. Kenapa gitu Eko?" kata Budi.
"Kita ini..generasi muda kan?" kata Eko.
"Iya...memang kita generasi muda!" kata Budi.
"Sebagai generasi muda yang baik, ya mendengerin dengan baik...nasehat dari Ustad kan Budi?" kata Eko.
"Yaaa iya lah Eko. Mendengerin nasehat dengan baik, ya jadi pemuda yang baik. Walau sebenarnya aku sudah tahu maksud dan tujuan nasehat dari Ustad gitu. Yaaa aku memilih di umpakan seperti gelas kosong yang di isi air saja gitu," kata Budi.
"Hal wajar sih...tahu maksud dan tujuan nasehat Ustad. Budi kan.....mempelajari dengan baik ajaran agama yang di yakini!" kata Eko.
"Memang aku mempelajari dengan baik ajaran agama yang di yakini. Yaaa Ustadnya..kan tidak tahu, ya kalau aku mempelajari 6 ajaran agama dengan baik," kata Budi.
"Memang Ustadnya....tidak tahu. Budi mempelajari 6 ajaran agama!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Budi merasa rendah diri, ya walau punya banyak ilmu kan di hadapan Ustad?" kata Eko.
"Seperti ilmu padi. Aku...rendah diri, ya walau banyak ilmu di hadapan Ustad. Aku menjadi pemuda yang baik, ya menghormati Ustad. Begitu juga Eko...kan menghormati Ustad?" kata Budi.
"Iya...aku menghormati dengan baik Ustad yang memberikan nasehat di mesjid. Aku menggunakan ilmu padi dengan baik," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA...kan Budi?" kata Eko.
"Iya sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Manusia yang punya kegelapan hati...susah untuk di nasehati kan Budi?" kata Eko.
"Memang...Eko. Manusia yang punya kegelapan hati, ya susah untuk di nasehati. Setan mengontrolnya dengan baik, yaaa manusia yang punya kegelapan hati, ya perilaku manusia itu...kan perilaku buruk yang ini dan itu," kata Budi.
"Hanya bisa menunggu...ketika manusia itu sadar...bahwa dirinya punya kegelapan hati," kata Eko.
"Sadarnya....entah kapan?" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
Eko mengambil topeng gitu.
"Budi buat topeng dari kardus lagi, ya Budi?" kata Eko.
"Iya...Eko...aku membuat topeng dari kardus. Nilai kreatifitas aku saja gitu!" kata Budi.
"Nilai kreatifitas Budi!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Topeng...Joker!" kata Eko.
"Iya...topeng Joker. Yaaa Joker musuhnya Batman!" kata Budi.
Eko memakai topeng Joker.
"Aku...jadi Joker!" kata Eko.
"Eko pake topeng Joker...jadi Joker!" kata Budi.
"Mainan topeng!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Eko melepaskan topeng yang di pakainya.
"Joker. Badut...jahat!!!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Cerita Batman...baguskan Budi, ya Batman bertarung dengan Joker?" kata Eko.
"Yaaa memang sih Eko...cerita Batman bagus!" kata Budi.
"Film atau serial kartun Batman...bagus. Acara Tv...masih berkaitan dengan ekonomi!" kata Eko.
"Ekonomi dan ekonomi!" kata Budi.
Eko menaruh topeng di meja dan mengambil buku gambar gitu.
"Budi menggambar apa di buku gambar ya...?" kata Eko.
"Buka saja buku gambar yang di pegang Eko. Yaaa Eko akan tahu sendiri...apa yang aku gambar di buku gambar!" kata Budi.
"Aku buka buku gambarnya!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Eko membuka buku gambar dengan baik gitu. Di buku gambar ada gambar-gambar yang di buat Budi, ya dari gambar Monkey D. Luffy, Roronoa Zoro, Nami, Usopp, Sanji, dan Nefertari Vivi.
"Budi....membuat gambar dari tokoh-tokoh One Piece!" kata Eko.
"Iya...aku membuat gambar di buku gambar tokoh-tokoh One Piece!" kata Budi.
"Ada kemauan pasti bisa membuat gambar yang di sukai!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Gambar yang di buat Budi...bagus!" kata Eko.
"Terima kasih....Eko pujiannya!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Eko menutup buku gambar dan buku gambar di taruh di meja dengan baik.
"Film dan serial...One Piece..bagus kan Budi?" kata Eko.
"Iya Eko. Film dan serial One Piece bagus!" kata Budi.
"Acara Tv....berkaitan dengan ekonomi," kata Eko.
"Ekonomi dan ekonomi," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Main permainan Keluarga Somat dan Hantu saja Budi!" kata Eko.
"Oke. Main permainan Keluarga Somat dan Hantu!" kata Budi.
Budi mengambil permainan di bawah meja, ya permainan di taruh di atas meja gitu. Eko dan Budi main permainan Keluarga Somat dan Hantu dengan baik gitu.
"Ngomong-ngomong...Eko. Yaaa obrolan seandainya gitu," kata Budi.
"Obrolan seandainya!" kata Eko.
"Kita ini...orang Indonesia kan?" kata Budi.
"Memang kita orang Indonesia!" kata Eko.
"Kita ini...menyukai acara Tv yang berkaitan dari Jepang, ya salah satunya...One Piece gitu. Apakah di dunia kenyataan gitu, yaaa Eko ada ketertarikan dengan cewek Jepang gitu, ya jadi pacar atau istri gitu?. Kalau aku..sih...cowok sih, ya jadi ada ketertarikan cewek Jepang gitu!" kata Budi.
"Tertarik cewek Jepang!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Nanti ada yang marah lagi!" kata Eko.
"Obrolan ini kan obrolan seandainya gitu. Obrolan cowok gitu. Jadi jangan di kaitan dengan Purnama!" kata Budi.
"Oke. Oke. Aku tidak mengkaitkan dengan Purnama. Obrolan cowok. Seandainya!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Yaaa ada sih...aku ketertarikan dengan cewek Jepang, ya seperti biasa obrolan aku dan Budi. Artis cewek saja!" kata Eko.
"Ada toh...Eko tertarik dengan cewek Jepang. Yaaa seperti biasa sih...obrolan aku dan Eko. Yaaa artis cewek," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Cewek Jepang di jadiin pacar dan istri...harus satu agama. Tujuannya menjalankan hidup ini...jadi mudah dengan satu ajaran agama saja!" kata Eko.
"Ya memang harus satu agama kalau mau di jadiin pacar dan istri cewek Jepang. Tidak boleh beda agama!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Budi dan Eko tetap asik main permainan Keluarga Somat dan Hantu gitu.
No comments:
Post a Comment