Budi duduk santai di depan rumahnya sedang membaca cerpen yang cerita menarik, ya sambil menikmati minum kopi dan makan singkong rebus.
Isi cerita yang di baca Budi :
Pada tahun 1850, penulis Herman Melville mengunjungi pemilik penginapan Thomas Nickerson, orang terakhir yang selamat dari tenggelamnya kapal paus Essex, menawarkan uang sebagai imbalan atas ceritanya. Nickerson awalnya menolak, tetapi akhirnya setuju ketika istrinya campur tangan. Cerita beralih ke tahun 1820: sebuah perusahaan penangkapan ikan paus di Nantucket telah memasang kembali Essex untuk berpartisipasi dalam perburuan paus dan mendapatkan kembali minyak ikan paus yang menguntungkan, dan Nickerson yang berusia 14 tahun mendaftar sebagai anak kabin.
Pemilik menyewa pemburu paus veteran Owen Chase sebagai pasangan pertama, meskipun dia kecewa karena tidak menerima komisi kapten. Kaptennya adalah George Pollard, seorang pelaut berpengalaman dari keluarga Pemburu mapan yang iri dengan keterampilan dan popularitas Chase. Chase dan Pollard bentrok, membuat Pollard berlayar ke badai melawan saran Chase. Keduanya setuju untuk mengesampingkan perbedaan mereka, daripada mempertaruhkan reputasi mereka dengan kembali ke pelabuhan tanpa keuntungan, dan segera, para kru membunuh paus sperma banteng pertama mereka.
Tiga bulan berlalu tanpa keberhasilan lebih lanjut, dan Pollard menyadari bahwa Samudra Atlantik tidak memiliki penampakan paus. Kapal Essex berlayar melewati Tanjung Tanduk ke Pasifik, berharap lebih beruntung dalam menangkapnya. Di Atacames, Ekuador, para perwira bertemu dengan seorang kapten Spanyol yang memberi tahu mereka bahwa krunya menemukan "Lapangan Lepas Pantai" yang melimpah 2.000 mil ke barat, tetapi mengklaim bahwa "paus putih" yang pendendam menghancurkan kapalnya, menewaskan enam anak buahnya. Menolak cerita sebagai mitos, Pollard dan Chase memimpin ekspedisi ke barat. Mereka menemukan tempat yang tidak terganggu, tetapi ketika mereka meluncurkan kapal penangkap ikan paus, seekor paus sperma banteng yang besar, kulitnya memutih karena bekas luka, serangan; merusak kapal dan menghidupkan kapal.
Chase menombaknya dari dek Essex, tetapi paus itu menabrak lambung kapal, menewaskan dua orang. Dengan kompor lambung dan pompa tidak bekerja, kru meninggalkan Essex tenggelam di tiga kapal penangkap ikan paus utuh, dan harus berlayar ratusan mil ke pantai dengan persediaan yang sangat terbatas. Paus mengikuti dan menyerang lagi, tetapi mereka melarikan diri ke Pulau Henderson kecil, George Pollard menganggap itu bisa menjadi Pulau Duice, dan mengakui tidak ada cara untuk memastikan tanpa instrumen. Saat mengumpulkan makanan, Chase menemukan mayat lama dari orang-orang buangan sebelumnya, setelah itu para kru takut bahwa mereka mungkin mati menunggu di pulau itu sebelum kapal lain lewat. Hanya empat orang yang memutuskan untuk tinggal, sementara sisanya berlayar lagi di atas kapal, dengan harapan hanyut di sepanjang angin perdagangan dan menemukan tanah yang lebih baik. Segera setelah itu, salah satu pria meninggal, dan kru yang tersisa dengan enggan memutuskan untuk mengkanibal dia.
Nickerson yang lebih tua diliputi penyesalan atas kanibalismenya dan menghentikan ceritanya, berpikir istrinya tidak bisa mencintainya jika dia mengetahuinya; namun, ketika istrinya menghiburnya, meyakinkannya bahwa dia masih mencintainya, dia merasa cukup terdorong untuk menyelesaikannya. Kembali pada tahun 1820-an, tiga perahu dipisahkan oleh arus dan satu hilang. Dua lainnya lebih lanjut menggunakan kanibalisme untuk bertahan hidup, dengan sepupu Pollard, Henry Coffin, mengorbankan dirinya sendiri.
Paus putih tiba-tiba kembali, dan Chase bersiap untuk serangan terakhir. Paus itu menerobos sejenak, memungkinkan Chase untuk mengamati sebagian dari tombaknya yang sebelumnya dilemparkan masih tertanam di atas mata paus. Chase ragu-ragu, dan menatap mata kiri paus itu, saat paus itu balas menatap Chase. Setelah berpikir sejenak, Chase menurunkan tombaknya, memutuskan untuk tidak membunuh makhluk itu. Setelah pertemuan ini, paus berenang menjauh dengan damai, dan tidak pernah terlihat lagi.
Sebuah kapal yang lewat menyelamatkan perahu Pollard, tetapi perahu Chase terus hanyut tanpa makanan atau air. Akhirnya, dengan para penyintas di ambang kematian, perahu yang terakhir mencapai Pulau Alejandro Selkirk Chili. Semua yang selamat dibawa kembali ke Nantucket, di mana mereka akhirnya bersatu kembali dengan keluarga mereka yang putus asa. Pemilik kapal Nantucket meminta Pollard dan Chase untuk menutupi cerita untuk melindungi reputasi industri, tetapi Chase, memutuskan bahwa dia sudah cukup dengan ketidakjujuran mereka dan bahwa dia tidak lagi peduli dengan mereka, menolak untuk ikut dan mengundurkan diri. Pollard mengungkapkan kebenaran dalam penyelidikan, yang membuat mereka marah.
Nickerson menceritakan bahwa sebuah kapal dikirim ke Pulau Henderson untuk menyelamatkan orang-orang yang masih hidup di sana, Chase terus mengarungi lautan dan menjadi kapten pedagang, yang istrinya katakan sebelumnya tidak akan mengubah cintanya padanya, dan Pollard memimpin ekspedisi lain untuk menemukan dan membunuh paus. Namun, dia tidak pernah dapat menemukan hewan itu dan kapalnya kandas di Kepulauan Hawaii dan terpaksa pensiun. Melville berangkat untuk mengarang novelnya, Moby-Dick, dimulai dengan menulis baris pertamanya: "Panggil aku Ismail".
***
Budi selesai baca cerpen yang cerita menarik, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja gitu.
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi.
"Seperti biasa hidup ini di jalankan keadaan sederhana," kata Eko.
"Ya realitanya begitu. Kalau kaya, ya lebih enak lagi nikmati hidup, ya kan Eko?" kata Budi.
"Kaya memang enak. Tapi cuma khalayan," kata Eko.
"Cuma khayalan.....kaya. Hidup ini harus berjuang dengan baik, ya untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Salah satunya...kaya," kata Budi.
"Ada kemauan, ya pasti ada jalan untuk mencapai yang diinginkan. Terus berjuang dan pantang menyerah," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
Budi berpikir sesuatu, ya tentang acara Tv sinetron dan berkata "Bubur ayam".
"Apa maksud omongan Budi tersebut?" kata Eko.
"Aku teringat sinetron yang berkaitan bubur ayam," kata Budi.
"Sinetron toh. Padahal perkiraan aku, ya Budi...ngidam bubur ayam gitu," kata Eko.
"Kepengen ada sih!" kata Budi.
"Yaaa aku juga ada sih kepengen juga," kata Eko.
"Ngomong-ngomong gimana pendapat Eko tentang sinetron yang berkaitan bubur ayam?" kata Budi.
"Bagus," kata Eko.
"Bagus. Sama dengan aku, ya pendapatnya... bagus," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Aku punya cerita yang berkaitan bubur ayam," kata Budi.
"Budi punya cerita toh. Ya silakan Budi bercerita seperti biasanya. Aku mendengarkan cerita Budi seperti biasanya, ya mendengarkan sandiwara radio!" kata Eko.
"Begini ceritanya!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Owan, ya pemuda yang ganteng, keren, dan kaya karena orang tuanya pemilik perusahaan. Ayahnya Owan meninggal karena serangan jantung, ya jadi yang gantiin pemimpin perusahaan, ya Owan otomatis. Owan suka dengan cewek cantik yang bernama Janna. Ya Janna kerjaannya pemilik toko kelontong di pasar gitu. Karen suka pada cewek yang di sukai, ya Owan pendekatan sama Janna dengan baik. Usaha yang baik, ya hasilnya Owan jadi jadian sama Janna. Ketika Janna di temui sama Ibunya Owan di rumah Owan gitu, ya ternyata oh ternyata....Janna di tolak sama Ibu Owan karena Janna tidak selevel dengan Owan. Janna dari keluarga miskin dan Owan dari keluarga kaya raya gitu. Owan kecewa dengan Ibunya yang menolak Janna. Seminggu berlalu, ya Janna memberikan surat undangan pada Owan. Janna yang sakit hati karena di tolak Ibu Owan, ya memilih untuk menikah dengan Fildan, ya pemuda pilihan orang tua Janna. Owan hanya bisa melepaskan Janna dengan ikhlas untuk selama, ya menikah dengan Fildan dan hidup bahagia gitu. Owan bertengkar sama Ibunya karena tidak ingin di atur urusan cinta, ya jadi meninggalkan rumahnya. Owan tinggal di kontrakan Jirayut, ya teman dan sekaligus karyawan di perusahaan milik Owan. Ya Jirayut di suruh Owan untuk mengawasi Ibunya gitu. Owan berjualan bubur ayam demi hidup yang ia pilih dengan baik. Ya Jerayut, ya ikutin saja maunya Owan gitu. Setiap hari, ya Owan bekerja keras berjualan bubur ayam. Suatu ketika di taman, ya Owan bertemu dengan cewek cantik bernama Novia. Ya Novia bersedih hatinya karena baru di putusin sama pacarnya yang bernama Afan gitu. Novia tidak sengaja nabrak gerobak Owan gitu. Dari pertemuaan tersebut Owan dan Novia jadi teman gitu. Novia jadi tahu kenapa dirinya di putus sama Afan? Ya karena Mely. Jadi Mely jadian sama Afan. Ya Mely pemilik perusahaan, ya tempat Novia kerja gitu. Novia yang sakit hati, ya jadinya berbuat ulah dengan traktir teman-teman makan bubur ayam di depan perusahaan, ya karena kebetulan Owan lewat di depan perusahaan gitu. Sebenarnya, ya sudah di larang tidak boleh ada jualan di depan perusahaan. Novia melanggar aturan perusahaan, ya yang ngatur agar karyawan disiplin adalah Afan. Ya Afan memecat Novia, ya atas perintah Mely gitu. Novia menerima dirinya di pecat. Di rumah, ya Novia ngomong sama Ibu tentang dirinya telah tidak bekerja di perusahaan. Ibunya senang Novia keluar dari kerjaan karena sakit hati sama Afan gitu. Novia yang tidak kerja, ya nganggur gitu, ya jadi berusaha dengan baik untuk mencari pekerjaan. Karena mencari kerjaan susah. Ya Novia jadi ikutan dengan Owan karena di tawarin Owan jadi asistennya dalam jualan bubur ayam. Novia senang dapat kerjaan, ya jual bubur ayam sama Owan. Ya Owan dan Novia bekerjasama dengan baik jualan bubur ayam, ya lama-lama keduanya ada perasaan suka sama suka. Owan dan Novia, ya jadian gitu. Mely yang sedang kencan dengan Afan di kafe, ya sambil makan dan minum gitu. Ketika Afan ke toilet, ya kebetulan Mely bertemu dengan Ibunya Owan dan keduanya ngobrol dengan baik, ya urusan perjodohan gitu. Obrolan Mely dan Ibu Owan cuma sebentar dan Ibu Owan yang masih ada urusan meninggalkan kafe. Afan selesai dari toilet, ya melanjutkan urusan kencan gitu. Mely yang jadian sama Afan, ya jadi ingin putus gitu karena diri Mely bisa lebih bahagia dengan Owan karena kaya raya dari pada Afan cuma karyawan. Mely tahu tentang Owan yang jadian sama Novia. Ya Novia dapat kerjaan di perusahaan, ya jadi tidak jadi asisten Owan dalam jualan bubur ayam gitu. Mely yang ingin jadian sama Owan, ya menyuruh orang untuk Novia putus sama Owan. Usaha Mely yang ingin jadian sama Owan, ya jadinya ketahuan Afan. Jadi Afan memilih putus dengan Mely dan menggagalkan usaha Mely yang ingin memutus hubungan Novia dengan Owan. Ibu Owan, ya tahu bahwa Owan tinggal bersama Jirayut dan jualan bubur ayam. Owan bicara dengan baik sama Ibunya. Akhirnya Ibunya mengerti Owan, ya tahu kesalahan Ibu. Owan pun kembali pulang ke rumahnya, ya tidak jualan bubur ayam lagi. Novia pun bertemu Owan di perusahaan miliknya. Ya Novia baru tahu kalau Owan kaya raya gitu. Novia dan Owan tetap pacaran dengan baik. Ketika Novia di pertemukan sama Ibunya Owan. Ketakutan Owan, ya di tolak Novia sama Ibu. Ya Ibu belajar dari kesalahan ya jadi menerima Novia demi Owan karena kedua saling mencintai gitu. Owan senang Novia di terima Ibu, ya jadi hubungan cinta berjalan lancar sampai rencana pernikahan gitu. Begitulah ceritanya!" kata Budi.
"Cerita yang bagus," kata Eko.
"Sekedar cerita saja. Dunia ini masih banyak yang lebih baik dari aku, ya berkaitan tentang cerita. Yaaa yang lebih baik itu...film dan sinetron," kata Budi.
"Aku paham omongan Budi!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Gagal urusan cinta karena di tolak Ibu," kata Eko.
"Begitulah ceritanya," kata Budi.
"Waktu juga yang mengobati dari kegagalan cinta," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Belajar dari kegagalan cinta. Mendapatkan cinta yang baik dan di terima Ibu," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Lika liku kisah cinta," kata Eko.
"Begitulah ceritanya," kata Budi.
"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA, ya Budi?" kata Eko.
"Memang sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Ya kalau begitu. Main permainan ular tangga saja!" kata Eko.
"Ya oke main permainan ular tangga!" kata Budi.
Budi mengambil permainan ular tangga di bawah meja, ya permainan di taruh di atas meja. Eko dan Budi main permainan ular tangga dengan baik gitu.
"Ngomongin orang-orang yang buruk karena pergaulan ini dan itu. Susah jadi baik," kata Budi.
"Di dalam diri orang-orang yang buruk, ya masih menolak jadi baik. Jadi susah jadi baik," kata Eko.
"Liar kelakuannya," kata Budi.
"Realitanya begitu," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
Eko dan Budi terus main permainan ular tangga dengan baik gitu.
No comments:
Post a Comment