Eko duduk di depan rumahnya, ya sedang mendengarkan radio, ya musik gitu.
"Emmm," kata Eko.
Eko menikmati minum kopi dan makan gorengan gitu.
"Lagu bagus!" kata Eko.
Yaaa terus mendengar radio dengan baik gitu.
"Emmm. Baca cerpen saja!" kata Eko.
Eko mengambil buku di bawah meja, ya buku di buka dengan baik dan di baca dengan baik, ya cerpen yang ceritanya menarik gitu.
Isi cerita yang di baca Eko :
Ninja musuh dari Negeri Langit tiba di Konoha dan dengan cepat mulai menyerang desa tersebut dengan melakukan tindakan balas dendam atas serangan dahsyat Desa Daun di Negeri Langit selama Perang Besar Dunia Ninja Kedua. Sementara Naruto Uzumaki, Sakura Haruno dan Hinata Hyuga mengawal Amaru dan Dokter Shinno ke desa mereka, Sai dan Shino Aburame menghancurkan pangkalan kapal ninja langit. Orochimaru, ya yang kini menderita karena tubuhnya yang sudah kadaluarsa, memerintahkan Sasuke untuk mencari pria yang dapat membantunya menyempurnakan reinkarnasinya.
Di desa yang sekarang terbakar, Amaru mencari penduduk desa, dengan jebakan yang tampaknya membunuh Shinno. Setelah Amaru pulih dan sadar, sekutu yang tersisa terus berusaha menemukan penduduk desa yang hilang. Setelah Hinata terpisah dari tim, Amaru dirasuki oleh monster Ekor Nol, Reibi. Naruto hampir berubah menjadi monster berekor, tetapi segel tersebut menekan chakra Rubah Eko Sembilan di dalam dirinya dan Amaru menolak kekuatan Reibi. Di benteng terapung Ancor Vantian, Naruto mengetahui bahwa Shinno yang pulih telah mengkhianati mereka, menggunakan Amaru untuk meneliti kekuatan kegelapan lima belas tahun yang lalu, serta gulungan rahasia desa.
Setelah Shinno mengaktifkan Teknik Kebangkitan Tubuh untuk sementara, Naruto menghentikan Amaru untuk bunuh diri. Sasuke muncul dan campur tangan, menyuruh Shinno yang lemah untuk membantu Orochimaru, tapi Shinno menolak, memberikan gulungan Jutsu reinkarnasi ke Sasuke sebelum jatuh ke pintu jebakan. Naruto dan Sasuke menghadapi Shinno, mengungkapkan kepompong raksasa itu sebagai Ekor-Nol dan berubah menjadi monster penyerap chakra. Setelah Sasuke melepaskan tanda kutukan dan chakra Naruto si rubah, mereka membebani Shinno dengan chakra, menghancurkannya dengan Pedang Petir dan Rasengan Tornado.
Karena benteng tidak lagi mempunyai kekuatan, Ancor Vantian jatuh. Sementara beberapa ninja daun mencoba menyusup dan menghancurkan benteng, Amaru, Hinata dan penduduk desa yang dibebaskan bersiap untuk pergi. Setelah Naruto menghancurkan benteng yang tersisa dengan Rasengan dan jatuh ke langit, Amaru menaiki pesawat layang untuk menyelamatkannya. Mereka kemudian mendarat dengan selamat di Gamabunta. Kembali ke tempat persembunyian dan memberikan gulungan itu kepada Orochimaru, Sasuke melanjutkan pelatihan, merenungkan kata-kata terakhir Naruto kepadanya.
***
Eko selesai baca cerpen, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja. Yaaa Eko masih mendengar radio dengan baik, ya sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan. Budi datang ke rumah Eko, ya motor di parkirkan di depan rumah Eko. Yaaa Budi pun duduk dengan baik dekat Eko.
Budi melihat benda di meja.
"Eko. Hp mainan kan?" kata Budi, ya sambil di tunjuk benda tersebut.
"Iya Hp mainan," kata Eko.
"Hp mainan. Tapi mengeluarkan suara seperti radio. Yaaa Eko asik mendengarkan lagu-lagu yang bagus gitu," kata Budi.
"Hp mainannya, ya aku ubah menjadi radio," kata Eko.
"Oooo Eko mengubah mainan Hp menjadi radio toh. Kreatif!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Lalu. Radio yang Eko buat dengan baik, ya casingnya dari kardus. Di mana sekarang?" kata Budi.
"Yaaa ada, ya di taruh di kamar lah!" kata Eko.
"Oooo di kamar toh!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Bisa di bilang koleksi radio, ya hasil dari kreatifitas, ya buat sendiri, ya kan Eko?" kata Budi.
"Bisa di bilang begitu sih. Koleksi radio karya sendiri!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Ngomong-ngomong Budi dari rumah Budi langsung ke rumah aku atau dari tempat lain?" kata Eko.
"Yaaa aku sebenarnya sih. Aku abis dari rumah teman. Setelah urusan selesai, ya ke rumah Eko. Tujuannya main!" kata Budi.
"Oooo dari rumah teman. Baru ke rumah aku," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Urusan apa Budi main ke rumah teman Budi?" kata Eko.
"Mau tahu aja Eko. Yaaa urusan aku dengan teman aku itu?" kata Budi.
"Enggak ngasih tahu juga tidak apa-apa?" kata Eko.
"Sebenarnya sih Eko. Urusan ku sekedar ngobrol saja sih!" kata Budi.
"Oooo ngobrol toh!" kata Eko.
"Ngobrol tentang apa?" kata Budi.
"Pemerintahan daerah!" kata Eko.
"Pemerintahan daerah. Berarti urusan Budi, ya masih urusan keinginan Budi ingin kerja di pemerintahan, ya tidak selamanya jadi buruh," kata Budi.
"Tidak selamanya jadi buruh. Yaaa ingin kerja di pemerintahan toh!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Jangan-jangan teman Budi. Yaaa orang kerja di pemerintahan, ya Budi?" kata Eko.
"Ya memang teman ku kerjaannya di pemerintahan," kata Budi.
"Jadi begitu. Budi masih belajar dan mengumpulkan data ini dan itu dengan baik," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Esok?" kata Eko.
"Esok apa Eko?" kata Budi.
"Apa yang di usahakan demi keinginan Budi, ya kerja di pemerintahan. Esok hari, ya berhasil atau tidak kerja di pemerintahan?" kata Eko.
"Berhasil atau tidak? Misteri. Masa depan itu," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Ya sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Memang sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Kalau begitu main kartu remi saja!" kata Eko.
"Okey main kartu remi!" kata Budi.
Eko mengambil kartu remi di bawah meja, ya kartu remi di kocok dengan baik dan di bagikan dengan baik kartu remi. Budi dan Eko main kartu remi dengan baik, ya sambil mendengarkan radio.
"Baik dan buruk tentang manusia, ya yang kerja di pemerintahan dan swasta," kata Budi.
"Realita hidup ini," kata Eko.
"Siapa yang tahu isi hati manusia? Yang tahu itu adalah Tuhan!" kata Budi.
"Omongan Budi bener!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Budi dan Eko terus main kartu remi dengan baik gitu.
No comments:
Post a Comment