CAMPUR ADUK

Wednesday, November 1, 2023

LAAL SINGH CHADDHA

Budi duduk di depan rumahnya. 

"Nyanyi ah. Main gitar. Menghibur diri!" kata Budi. 

Budi mengambil gitar di samping kursi, ya gitar di mainkan dengan baik dan bernyanyi dengan baik. 

Lirik lagu dinyanyikan Budi :

"Resah dan gelisahMenunggu di siniDi sudut sekolahTempat yang kau janjikanIngin jumpa dengankuWalau mencuri waktuBerdusta pada guru
Malu aku maluPada semut merahYang berbaris di dindingMenatapku curigaSeakan penuh tanya"Sedang apa di sini?""Menanti pacar, " jawabku
Sungguh aneh tapi nyataTakkan terlupaKisah-kasih di sekolahDengan si diaTiada masa paling indahMasa-masa di sekolahTiada kisah paling indahKisah-kasih di sekolah
Malu aku maluPada semut merahYang berbaris di dindingMenatapku curigaSeakan penuh tanya"Sedang apa di sini?""Menanti pacar, " jawabku
Sungguh aneh tapi nyataTakkan terlupaKisah-kasih di sekolahDengan si diaTiada masa paling indahMasa-masa di sekolahTiada kisah paling indahKisah kasih di sekolah
Tiada masa paling indahMasa-masa di sekolahTiada kisah paling indahKisah-kasih di sekolahMasa-masa paling indah(Masa indah)Kisah-kasih di sekolah(Kasih kita)"

***
Budi selesai menyanyi, ya gitar berhenti di mainkan dan di taruh di samping kursi. 

"Emmm," kata Budi. 

Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus. 

"Hidup ini di nikmati dengan baik. Sederhana," kata Budi. 

Budi mengambil mobil mainan di bawah meja, ya beserta jalur kereta api dan di taruh di meja. Jalur kereta api yang terbuat dari kardus di susun dengan rapih menjadi lingkaran. Mobil mainan terbuat kardus, ya rodanya telah di sesuaikan dengan baik untuk berjalan di jalur kereta api. Mobil di hidupkan dan di taruh di rel kereta api sama Budi. Yaaa mobil mainan berjalan dengan baik di jalur kereta api, ya muter-muter gitu. 

"Suasana ku senang. Main mobil mainan yang aku buat sendiri," kata Budi. 

Budi melihat dengan baik mobil mainan berjalan di jalur kereta api dengan baik gitu, ya Budi sambil menikmati minum kopi dan makan singkong rebus. 

"Baca buku ah!" kata Budi. 

Budi mengambil buku di meja, ya buku di buka dengan baik, ya di pilih-pilih dengan baik cerpen yang ingin di baca Budi. Terpilih dengan baik, ya salah satu cerpen yang di baca Budi. 

Isi cerita yang di baca Budi :

Pada tahun 2014, di kereta menuju Karauli, ya seorang pria bernama Laal Singh Chaddha menceritakan kisah hidupnya kepada orang asing yang kebetulan duduk di sebelahnya, sambil makan golgappa. Sebagai seorang anak laki-laki pada tahun 1977, Laal memiliki IQ 75 dan dilengkapi dengan penyangga kaki untuk memperbaiki tulang belakang yang melengkung. Dia tinggal di Karoli, Punjab, bersama ibunya, yang mengelola pertanian dan mendorongnya untuk hidup melampaui kecacatannya. Dia bertemu dengan seorang gadis bernama Rupa D'Souza pada hari pertamanya di sekolah, dan keduanya menjadi sahabat. Suatu hari, sekelompok pengganggu mulai melempari batu ke Laal. Ketika dia berlari untuk melarikan diri dari mereka, penyangga kakinya terlepas, dan dia menyadari bahwa dia adalah seorang pelari cepat. Ayah Rupa ditangkap polisi saat memukuli ibunya hingga tewas. Ketika ibu Rupa meninggal, dia dikirim untuk tinggal bersama neneknya, yang dulu bekerja di rumah Laal. Laal senang karena kini ia dan Rupa bisa selalu bersama. Ketika kerusuhan anti-Sikh tahun, 1984 dimulai, Laal dan ibunya pergi untuk tinggal di rumah bibinya agar Aman. Di sana, Laal bertemu dengan Shah Rukh Khan muda dan mengajarinya langkah dan pose menari yang kemudian ia gunakan dalam film-filmnya.

Untuk menyelamatkan Laal dari perusuh, ibu Laal memotong rambut panjangnya dan melepas sorbannya, untuk menyembunyikan identitasnya sebagai seorang Sikh. Ibu Laal mengirim dia dan Rupa ke Perguruan Tinggi Hindu di Dehli. Di sana, Laal menyaksikan Ram Rath Yatra dari LK Advani. Laal mengambil bagian dalam atletik, dan memenangkan banyak hadiah, sedangkan Rupa mulai mengambil bagian dalam kompetisi modeling, karena dia bermimpi menjadi model di Mumbai dan menjadi kaya. Beberapa waktu kemudian, Laal bergabung dengan tentara, di mana ia bertemu Balaraju Bodi alias Bala, yang ingin memulai bisnis pakaian dalam. Mereka berdua memutuskan untuk memulai perusahaan manufaktur pakaian dalam bersama-sama, setelah mereka keluar dari militer. Rupa pergi ke Mumbai untuk mengejar mimpinya.

Pada tahun 1999, Perang Kargil pecah antara India dan Pakistan. Laal dan Bala berada di batalion yang sama. Rupa telah menyuruh Laal untuk mulai berlari segera setelah nyawanya dalam bahaya. Ketika tentara Pakistan mendapat keuntungan, dia berlari, tapi menyadari bahwa Bala tertinggal. Dia kembali, tetapi setiap kali dia kembali, dia menemukan tentara lain yang terluka dan meminta bantuan. Dia juga menyelamatkan seorang komandan Pakistan, tanpa mengetahui bahwa dia adalah musuh. Dia tidak bisa menyelamatkan Bala, membuatnya patah hati, namun dianugerahi medali oleh Pemerintah India karena menyelamatkan lima tentara.

Rupa tidak pernah membalas surat apa pun yang dikirimkan Laal padanya. Dia telah menjadi simpanan seorang gangster yang mengambil keuntungan darinya dan berbohong kepadanya tentang pemenuhan mimpinya (kesamaan dibuat dengan hubungan kontroversial gangster terkenal Abu Salem dan Monica Bedi). Laal pergi menemuinya dan melihat gangster itu menamparnya; Laal merespons dengan marah dengan memukulinya. Laal mengatakan bahwa dia mencintai Rupa, tapi dia mengatakan kepadanya bahwa mereka tidak memiliki masa depan bersama dan dia harus melupakannya. Laal tiba-tiba melihat Mohammed Paaji, komandan Pakistan yang dia selamatkan selama perang. Dia telah melarikan diri dari rumah sakit sebelum ada orang yang mengetahui identitas aslinya dan sejak itu tinggal sendirian dan menggunakan kursi roda. Keduanya menjalin persahabatan dan Mohammed mencintainya karena kemurnian dan kepolosannya, juga merasa bersalah atas tindakan kekerasan terorisme yang dilakukannya.

Laal akhirnya memulai bisnis pakaian dalam, namun tidak tahu bagaimana cara memasarkan produknya. Kemudian, Mohammed Paaji bergabung dengan tim. Mohammed memberikan gambaran bahwa jika merek tersebut diberi nama perempuan, mungkin penjualannya akan meningkat. Laal hanya mengenal satu gadis, jadi dia mengganti nama perusahaannya Rupa (referensi ke perusahaan pakaian rajut dengan nama yang sama). Penjualannya mulai meningkat, dan tak lama kemudian perusahaan tersebut menjual pakaian dalam ke seluruh India, menjadikan Laal dan Mohammed sebagai pengusaha sukses. Mohammed menginvestasikan uang di Bursa Efek Bombay yang menurut Laal adalah "semacam kandang sapi" dan mereka menjadi lebih kaya. Setelah beberapa waktu, Mohammed kembali ke negaranya dan membuka sekolah untuk anak-anak. Laal memberikan separuh penghasilannya kepada keluarga Bala karena menginspirasi usaha bisnis pakaian dalam. Ibu Laal juga meninggal karena kanker, meninggalkan dia sendirian.

Laal mendedikasikan waktunya untuk merawat tanah yang ditinggalkan ibunya. Rupa kembali untuk tinggal bersamanya. Dia membalas perasaannya dan keduanya bercinta. Beberapa waktu kemudian, polisi datang dan menangkap Rupa, karena dia memiliki hubungan dengan dunia bawah, dan membawanya pergi, tanpa sepengetahuan Laal. Dia dikirim ke penjara selama enam bulan. Laal patah hati dan memutuskan untuk berlari "tanpa alasan tertentu". Dia mengikuti maraton lintas alam selama lebih dari empat tahun. Orang-orang berpikir bahwa dia mungkin mencalonkan diri untuk suatu tujuan besar, dan media mulai meliput perjalanannya. Perjalanannya mencakup hampir setiap jengkal negara. Setelah bertahun-tahun berlari, dia tiba-tiba berhenti. Banyak orang mulai berlari bersamanya, mengira dia berlari untuk suatu tujuan besar. Mereka bertanya mengapa dia berhenti, mengharapkan jawaban filosofis. Laal mengatakan bahwa dia lelah dan dia hanya ingin pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, Laal memakai sorban lagi setelah bertahun-tahun. Dia terkejut mengetahui bahwa Rupa telah menulis banyak surat kepadanya. Dia memberi tahu sesama penumpang di kereta bahwa Rupa telah menjalani hukumannya dan sekarang tinggal di Chandigarh, dan dia akan menemuinya. Laal bertemu kembali dengan Rupa dan mengetahui bahwa dia adalah ayah dari putranya yang bernama Aman. Laal diliputi emosi dan keduanya menikah. Rupa meninggal beberapa waktu kemudian karena suatu penyakit. Laal merawat Aman dan membawanya ke sekolah yang sama dengan tempat dia bersekolah, mengira hidupnya telah menjadi lingkaran penuh.

***

Budi selesai baca cerpen, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja. Yaaa Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan di depan rumah Budi. Yaaa Eko melihat mobil mainan di meja, ya berjalan di jalur kereta api, ya rel gitu. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi. 

"Mobil mainan berjalan di jalur kereta api. Sengaja di buat seperti itu, ya kan Budi?" kata Eko. 

"Iya!" kata Budi. 

"Aku teringat tentang film tentang mobil yang berjalan di jalur kereta api. Apa idenya dari film tersebut?" kata Eko. 

"Dunia ini. Kesamaan cerita tidak ada masalah. Yaaa aku tidak mengambil ide dari film. Aku ingin saja mobil mainan yang aku buat berjalan di jalur kereta api dengan baik gitu," kata Budi. 

"Keinginan toh. Jadi di laksanakan dengan baik. Yaaa mobil mainan berjalan di jalur kereta api dengan baik," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Mobil mainan terbuat dari kardus dan juga jalur kereta api terbuat dari kardus. Yaaa kreatif Budi!" kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Kalau begitu main kartu remi saja!" kata Eko.

"Okey main kartu remi saja!" kata Budi.

Budi mengambil mobil mainan, ya di matikan dan jalur kereta api di bereskan dengan baik, ya di bantu Eko. Mobil mainan dan jalur kereta api di taruh Budi dan Eko di bawah meja. Budi mengambil kartu remi di bawah meja, ya kartu remi di kocok dengan baik dan di bagikan dengan baik gitu. Eko dan Budi main kartu remi dengan baik gitu.

"Kita ini. Lulusan SMA, ya kan Eko?" kata Budi. 

"Realitanya begitu!" kata Eko. 

"Apakah aku pantas mengkritik sesuatu?" kata Budi. 

"Kritik," kata Eko. 

"Orang-orang berpendidikan tinggi, ya lulusan Universitas, ya Sarjana. Wajar sih kritik urusan pemerintahan atau swasta, ya orang-orang ngomong di media ini dan itu," kata Budi. 

"Status pendidikan. Ilmu," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Di buat mudah saja. Sekedar bahan obrolan lulusan SMA!. Budi boleh kritik, ya pantes mengkritik, ya mengeluarkan pendapat di sesuaikan data temuan!" kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Apa yang mau Budi kritik?" kata Eko. 

"Kritik aku sih. Sederhana sih. Antara baik dan buruk tentang orang-orang kerja di pemerintahan dan swasta," kata Budi. 

"Kalau kritik seperti omongan Budi sih. Itu sih hal biasa yang kita omomgin. Hidup ini. Siapa yang tahu isi hati manusia? Ya yang tahu isi hati manusia, ya Tuhan!" kata Eko. 

"Program kerja di buat berdasarkan perhitungan yang tepat, ya penelitian dengan tujuan keberhasilan dari program kerja. Masalahnya, ya manusia yang melaksanakan program kerja. Siapa yang tahu isi hati manusia? Yang tahu isi hati manusia adalah Tuhan!" kata Budi. 

"Urusan punya kepentingan tentang program kerja pemerintahan atau swasta, ya mau berjalan baik atau tidak. Kan ada hukum untuk menghukum manusia yang melanggar aturan ini dan itu," kata Eko. 

"Hukum," kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

Eko dan Budi terus main kartu remi dengan baik gitu. 

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK