Budi duduk di pinggir pantai di bawah pohon rindang, ya sedang baca cerpen yang ceritanya menarik gitu, ya sambil menikmati minum kopi botolan dan juga keripik singkong.
Isi cerita yang baca Budi :
Polisi meminta Purva Rana, kepala PR Institute (lembaga rehabilitasi penjahat muda), untuk menjaga Tejas, yang pengalaman orang lain sampai saat ini hanya bersama ayahnya dan buku-buku yang dia sediakan untuknya. Tejas mulai menunjukkan tanda-tanda Teleksenesis, dan dijauhi oleh anak laki-laki lain di institut tersebut, mengakibatkan kecelakaan yang hampir fatal dari seorang penjaga keamanan dan kematian seorang siswa lainnya.
Tejas menebus dirinya di mata ayah kaya Purva, Pushkar, ketika dia mampu membangunkan istrinya, Gayatri Rana, dari koma kondisi seperti Sepertinya Tejas telah diterima di rumah tangga Rana, namun dia kemudian diganggu oleh dokter dan ilmuwan yang ingin melakukan percobaan padanya. Ketika Tejas dan Pushkar sama-sama menolak untuk menjadi bagian dari eksperimen ini, Tejas diculik dan ditahan di ruang kaca oleh Dr. Richard Dyer, yang ingin mengendalikan pikirannya untuk keuntungannya sendiri.
Purva menyadari bahwa Tejas telah diculik, dan terluka parah oleh Dr. Dyer dalam upaya penyelamatan. Melihat hal ini, kemarahan Tejas menyebabkan kekuatannya melonjak, menghancurkan sangkar kaca, membunuh Dr. Dyer dan menyetrum Purva. Tejas mencoba menghidupkannya kembali tetapi tidak berhasil. Dia kembali ke rumah bawah tanahnya dengan ingatannya dengan kegelapan rasa bersalah.
***
Budi selesai baca cerpen, ya buku di tutup dan buku di taruh di dalam tas. Budi menikmati keadaan pantai dengan baik sambil menikmati minum kopi botolan dan makan keripik singkong. Eko berhenti memancing ke tempat Budi duduk di bawah pohon rindang. Eko duduk di sebelah Budi.
"Dapat ikannya Eko?" kata Budi.
"Dapet ikannya, ya dua ekor," kata Eko.
Eko menunjukkan ikan hasil mancing.
"Ikannya kecil yang dapatkan," kata Budi.
"Nama juga rezeki yang di usahakan dan diiringi doa. Hasilnya kecil, ya di syukurin dengan baik," kata Eko.
"Memang harus di syukurin hasilnya" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
Eko mengambil kopi botolan di dalam tas, ya di minum dengan baik kopi dan juga Eko makan keripik singkong, ya keripik singkongnya punya Budi gitu. Kedua menikmati keadaan pantai dengan baik, ya sambil menikmati minum kopi botolan dan keripik singkong.
"Laut yang luas banget," kata Budi.
"Memang laut yang luas," kata Eko.
"Aku teringat dengan baik dengan film yang terkenal dan fenomenal banget. Film tentang tenggelamnya kapal Titanic," kata Budi.
"Film Titanic," kata Eko.
"Kisah cintanya bagus banget gitu," kata Budi.
"Intrik-intrik ceritanya film Titanic bagus," kata Eko.
"Ya memang sih. Intrik-intrik cerita film Titanic....bagus," kata Budi.
"Budi ngomongin tentang film Titanic, ya apa ada kaitan dengan berita di Tv tentang kapal selam Titanic?" kata Eko.
"Ada sih kaitannya sih. Karena aku baca berita di koran. Jadi aku teringat dengan film Titanic saja dan juga kita berada di pinggir pantai, ya jadinya masih berkaitan gitu. Ya sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Ok. Sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Eko.
"Hidup ini, ya enaknya terlahir kaya, ya kan Eko?" kata Budi.
"Memang hidup ini, ya enak terlahir kaya. Ya menikmati hidup lebih baik dari pada orang miskin, ya bersusah payah demi hidup ini. Contohnya : orang miskin yang mengkais rezeki di tempat sampah, ya mengumpulkan barang bekas demi hidup ini. Jalan baik yang di jalankan," kata Eko.
"Dengan keadaan kaya, ya bisa mendapatkan cewek yang di sukai dengan status kaya. Cowok dan ceweknya, ya sederajat gitu," kata Budi.
"Cinta dengan status kaya," kata Eko.
"Dalam cerita film Titanic, ya cowok miskin mendapatkan cewek kaya," kata Budi.
"Karena cowoknya pinter, ya mengambil hati cewek kaya," kata Eko.
"Dengan kepintaran meluluhkan hati cewek dengan baik," kata Budi.
"Sebenarnya sih. Kalau aku sih teringatnya, ya karena berada di pinggir pantai. Ya film tentang hiu," kata Eko.
"Film tentang hiu. Banyak versi ceritanya, ya kan Eko?" kata Budi.
"Memang banyak versi film tentang hiu. Sampai versi hiu purba, yang besar banget. Megalodon," kata Eko.
"Film Megalodon, ya bagus ceritanya," kata Budi.
"Intrik-intrik ceritanya memang bagus," kata Eko.
Keduanya tetap menikmati minum kopi botolan dan keripik singkong. Abdul selesai mancing, ya ke tempat Budi dan Eko yang di bawah pohon rindang. Ya Abdul duduk bersama dengan Eko dan Budi. Abdul mengambil kopi botolan di dalam tas, ya di minum dengan baik kopi botolan dan juga makan keripik singkongnya punya Budi gitu.
"Abdul dapet ikan?" kata Budi.
"Dapat ikan dari usaha diiringi doa," kata Abdul.
Abdul menunjukkan ikan hasil mancing sama Budi dan Eko.
"Abdul dapat ikan tiga ekor. Cukup besar," kata Budi.
"Rezeki Abdul dapat ikan yang cukup besar lebih baik dari aku," kata Eko.
Abdul melihat ikan hasil mancing Eko, ya dua ekor, ya kecil gitu.
"Rezeki masing-masing. Dari usaha yang di iringi doa, ya kan Eko?" kata Abdul.
"Iya rezeki masing-masing," kata Eko.
"Tuhan," kata Budi.
"Tuhan," kata Eko dan Abdul bersamaan.
Abdul dapet ikan yang cukup besar, ya tiga ekor dari hasil mancing di tambah punya Eko yang hasil dari mancing ikan dua ekor, ya kecil. Sedangkan Budi, ya tidak mancing jadi membeli ikan sama nelayan gitu. Hasil dari usaha nelayan diiringi doa, ya ikannya besar-besar gitu. Jadi ketiganya sepakat bakar ikan gitu. Setiap manusia menjalankan usahanya dengan diiringi doa, ya telah di tentukan rezekinya banyak dan sedikitnya sama Tuhan Pencipta Alam Semesta.
No comments:
Post a Comment