CAMPUR ADUK

Friday, January 6, 2023

FROST/NIXON

Budi duduk di depan rumahnya, ya sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan gitu. 

"Baca buku ah!" kata Budi. 

Budi mengambil buku di bawah meja, ya buku di buka dengan baik. Di pilih-pilih dengan cerpen yang ingin di baca. Terpilih salah satu cerpen yang di baca Budi dengan baik gitu. 

Isi cerita yang di baca Budi :

Setelah skandal Watergate tahun 1972 dan pengunduran dirinya berikutnya pada tahun 1974, 400 juta orang di seluruh dunia menonton di televisi saat Nixon meninggalkan Gedung Putih dengan Marine One. Di antara mereka yang menonton adalah jurnalis Inggris David Frost, ya yang sedang merekam acara bincang-bincang di Australia pada saat itu, dan memutuskan hari itu untuk mewawancarai Nixon.

Agen sastra Nixon, Irving Lazar, percaya bahwa wawancara tersebut akan menjadi kesempatan bagi Nixon untuk menyelamatkan reputasinya dan mendapatkan keuntungan secara finansial. Lazar menuntut $500.000 dan akhirnya mendapatkan $600.000 setelah Frost menerimanya.

Setelah meyakinkan teman dan produsernya John Birt bahwa wawancara bisa sukses, Frost pergi bersama Birt ke California untuk bertemu dengan Nixon. Di atas pesawat, Frost menggoda seorang wanita muda bernama Caroline Cushing, dan pasangan itu memulai hubungan saat dia ikut serta dalam perjalanan.

Frost berjuang untuk menjual wawancara ke jaringan Amerika, dan memutuskan untuk membiayai proyek tersebut dengan uang pribadi. Dia menengahi kesepakatannya sendiri dengan pengiklan dan stasiun TV lokal untuk mensindikasikan siaran wawancara. Dia dan Birt menyewa dua penyelidik — Bob Zelnick dan James Reston Jr. — untuk membantu Frost bersiap. Frost tidak yakin dengan apa yang dia inginkan dari wawancara; Reston mendorongnya untuk meminta pengakuan dari Nixon.

Di bawah pengawasan kepala staf pasca-presiden Nixon, Jack Brennan, Frost dan Nixon memulai tiga sesi rekaman pertama. Frost dibatasi oleh jangka waktu yang telah disepakati dan, di bawah tekanan dari timnya sendiri, mencoba mengajukan pertanyaan sulit. Namun, Nixon mendominasi sesi mengenai Perang Vietnam dan pencapaiannya dalam kebijakan luar negeri. Di belakang layar, tim redaksi Frost gugup dengan kapasitas Frost sebagai jurnalis dan marah karena Nixon tampaknya membebaskan dirinya sendiri.

Empat hari sebelum wawancara terakhir, yang akan berfokus pada Watergate, Frost menerima panggilan telepon dari Nixon yang mabuk. Dalam kata-kata kasar saat mabuk, Nixon menyatakan bahwa mereka berdua tahu wawancara terakhir akan membuat atau menghancurkan karier mereka. Dia membandingkan dirinya dengan Frost, bersikeras bahwa mereka berdua berasal dari latar belakang yang sederhana dan harus berjuang untuk mencapai puncak bidang mereka, hanya untuk dijatuhkan kembali. Frost mendapatkan wawasan baru tentang subjeknya, sementara Nixon meyakinkan Frost bahwa dia akan melakukan segala daya untuk muncul sebagai pemenang wawancara terakhir.

Percakapan tersebut mendorong Frost untuk bertindak. Selama tiga hari berikutnya, dia bekerja tanpa henti untuk mempersiapkan saat Reston mengejar petunjuk di perpustakaan Gedung Pengadilan Federal di Washington. 

Saat wawancara terakhir dimulai, Frost menyergap Nixon dengan transkrip percakapan yang memberatkan antara Nixon dan Charles Colson yang digali Reston di Washington. Saat timnya sendiri menyaksikan dengan ngeri dari kamar sebelah, Nixon mengakui bahwa dia melakukan hal yang tidak etis, menambahkan, "Ketika Presiden melakukannya, itu berarti itu tidak ilegal." Frost yang tertegun hampir membuat pengakuan saat Brennan menerobos masuk dan menghentikan rekaman. Setelah Nixon dan Brennan berunding, wawancara dilanjutkan. Frost dengan agresif melanjutkan pertanyaan aslinya; Nixon mengakui bahwa dia berpartisipasi dalam penyamaran dan bahwa dia "mengecewakan rakyat Amerika".

Beberapa saat setelah wawancara ditayangkan, Frost dan Cushing melakukan kunjungan perpisahan ke Nixon di vilanya. Frost berterima kasih kepada Nixon untuk wawancaranya dan Nixon, dengan anggun mengakui kekalahan, berterima kasih kepada Frost sebagai balasannya dan berharap dia baik-baik saja. Frost memberi Nixon sepasang sepatu Italia yang identik dengan yang dikenakan Frost selama wawancara. Dalam momen pribadi, Nixon bertanya tentang malam dia menelepon Frost dalam keadaan mabuk, menyiratkan bahwa dia tidak ingat kejadian itu. Untuk pertama kalinya, Nixon memanggil Frost dengan nama depannya. Nixon melihat Frost dan Cushing pergi sebelum meletakkan sepatu di pagar batu vila dan dengan sungguh-sungguh memandangi matahari terbenam. Sebuah wawancara tersebut sangat sukses dan bahwa Nixon tidak pernah lepas dari kontroversi hingga kematiannya akibat stroke pada tahun 1994.

***

Budi selesai baca bukunya, ya buku di taruh di bawah meja. Budi menikmati minum kopi dan makan gorengan. 

"Eko belum dateng juga. Kalau begitu aku baca koran ah!" kata Budi. 

Budi mengambil koran di bawah meja, ya koran di baca dengan baik gitu. Ya berita di koran, ya ceritanya menarik-menarik untuk di baca gitu. Cerita dari urusan pemerintahan di dalam sampai luar negeri, ya cerita olahraga juga menarik. Apalagi cerita seputar selebritis, ya serba serbi ceritanya. Cukup lama Budi baca koran gitu. Ya Eko dateng ke rumah Budi, ya memarkirkan motornya di depan rumah Budi dengan baik. Eko duduk dengan baik dekat Budi. Ya Budi berhenti baca koran, ya koran di taruh di meja. 

"Manusia itu ulahnya ada-ada saja, ya kan Eko?!" kata Budi. 

"Nama juga manusia. Ya tingkahnya, ya begini begitu, sesuai dengan keinginannya dan ada tujuannya, ya masih di kaitkan ini dan itu," kata Eko. 

"Demi hidup ini. Manusia dengan segala cara ingin jadi kaya," kata Budi. 

"Ingin kaya boleh sih. Ya harus berpikir dengan baik, ya cara jadi kaya. Ya harus berjalan di jalan kebaikan. Jangan di jalan buruk kalau ingin jadi kaya, ya merugikan orang lain," kata Eko. 

"Ya memang sih. Jalan buruk tidak boleh di lakukan. Tapi ada cerita sih, ya kisah orang Lampung. Ketika menjalankan usaha, ya di jalankan baik. Ketika jatuh dari usaha yang di jalankan, ya bangkrut. Jalan yang di jalankan, ya memakan segalanya. Halal dan haram di makan yang penting kaya," kata Budi. 

"Jadi buta itu namanya. Makan segalanya. Halal dan haram di makan," kata Eko. 

"Aturan agama di tolak apalagi aturan hukum ini dan itu di tolak. Jadi buta menjalankan hidup demi kaya," kata Budi. 

"Obrolan kita ini sekedar obrolan lulusan SMA kan Budi?!" kata Eko. 

"Memang sekedar obrolan lulusan SMA!" kata Budi. 

"Emmmm," kata Eko. 

"Kalau ngomongin tentang cerita kebiasaan manusia, ya memilih jalan main kesyirikan," kata Budi. 

"Percaya pada dukun atau orang pinter, ya kan Budi?!" kata Eko. 

"Iya sih. Percaya dukun atau orang pinter. Tujuannya, ya jual benda-benda yang membawa keberuntungan ini dan itu. Urusan pekerjaan jadi lancar sampai urusan percintaan jadi lancar gitu," kata Budi. 

"Hidup bisa di bilang pilihan manusia. Manusia yang punya akal yang berpikir baik, ya meninggalkan urusan yang berkaitan dengan dukun atau orang pinter. Bagi manusia yang lainnya, ya susah untuk di omongin kalau sudah urusan dengan ekonomi. Contoh : ya cerita berita ini dan itu, ya tentang kesulitan ekonomi ini dan itu," kata Eko. 

"Memang hidup ini pilihan manusia. Mau jalan ini dan itu," kata Budi. 

Eko melihat dengan baik foto di koran, ya berkata "Foto cewek di koran."

"Ya memang sih. Foto cewek cantik. Ya artis gitu," kata Budi. 

"Artis," kata Eko. 

"Artis Natasha Willona, ya memang cantik pembawaannya," kata Budi. 

"Cerita sinetron dan film yang mainkan Natasha, ya bagus-bagus ceritanya," kata Eko. 

"Itu sih bentuk pujian," kata Budi. 

"Nama juga penonton. Ya hal biasa memuji. Atau hal yang lain, ya bisa di bilang hal tidak suka gitu, ya gimana Budi?!" kata Eko. 

"Hidup ini tetap pilihan manusia. Boleh memilih suka. Boleh juga memilih tidak suka, ya berkaitan dengan apa yang di tonton gitu. Lumrah sih. Jadi bisa bentuk kritikan membangun," kata Budi. 

"Kalau kritikan membangun itu di kritik bagian yang menurut kurang bagus dan di saran ini dan itu, ya untuk lebih baik lagi," kata Eko. 

"Kalau omongan Eko seperti itu. Kaya lulusan Sarjana. Padahal, ya Eko cuma lulusan SMA!" kata Budi. 

"Walau cuma lulusan SMA, ya tetap saja aku banyak belajar dari membaca ini dan itu, ya jadi aku jadi pinter. Ada kata orang pinter "Orang pinter itu di cari orang, ya untuk urusan kerjaan ini dan itu. Maka rezekinya lancar. Beda dengan orang bodoh, ya tetap mencari pekerjaan dan tidak di cari orang".....," kata Eko. 

"Omongan Eko bener lah!" kata Budi. 

"Kalau begitu main catur saja!" kata Eko. 

"OK. Main catur saja!" kata Budi. 

Budi mengambil koran di meja, ya koran di taruh di bawah meja. Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. 

"Ngomongin tentang berita olahraga, ya beritanya bagus-bagus kan Eko. Ya termasuk berita tentang sepakbola?!" kata Budi. 

"Memang beritanya tentang olahraga bagus-bagus, ya sesuai dengan di lapangan gitu," kata Eko. 

Eko dan Budi, ya main catur dengan baik gitu. 

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK