Budi duduk di depan rumahnya, ya sambil minum kopi dan makan gorengan.
"Baca buku ah!" kata Budi.
Budi mengambil buku di meja, ya buku di buka dengan baik, ya di pilih dengan baik cerpen yang ingin di baca. Terpilihlah salah satu cerpen yang di baca Budi dengan baik.
Isi cerita yang di baca Budi :
Ryan Dunne adalah pemain bisbol lokal yang bercita-cita bermain di Liga Utam. Dia membantu ayahnya dengan bisnis lansekapnya dan mengurus Lapangan Veteran, tempat timnya, Chatham A bermain.
Ryan, dalam dedikasinya untuk menjadi profesional, telah menyumpahi gadis-gadis dan minum untuk menghindari gangguan. Ini berubah saat dia melihat Tenley Parrish, saat dia dan ayahnya sedang memotong rumput halaman keluarga Parrish.
Keesokan harinya, A's mengadakan pertandingan pertama mereka musim ini di mana saingannya Van Leemer bersinar dengan menutup lapangan, sementara Ryan disuruh berjalan ke tribun untuk sumbangan. Malam itu Ryan dan Tenley melakukan ciuman pertama mereka.
Malam berikutnya Ryan melempar di pertandingan pertamanya musim ini. Permainan berjalan dengan baik untuk A sampai inning terakhir ketika dia menyerah pada grand slam, membiarkan tim lain memenangkan permainan. Dia kembali ke rumah untuk menemukan ayahnya mabuk dan kesal karena kehilangan itu.
Belakangan, Ryan mengunjungi Tenley, di mana dia curhat tentang hubungannya yang sulit dengan ayahnya dan kekhawatiran tentang kegagalan sebagai pemain bisbol. Malam berikutnya, mereka berenang malam di kolamnya di tengah hujan, jatuh cinta, sebelum dikejar oleh ayahnya.
Ryan terganggu oleh Tenley dan merasakan banyak tekanan dari pengintai, keluarga, keluarga Parrish, dan teman. Dia diberitahu bahwa dia memulai untuk pertandingan besar yang akan datang, di mana Ryan memulai dengan baik, tetapi kemudian berpisah. Kekalahan tersebut menyebabkan dia diturunkan ke bullpen dalam posisi lega. Meskipun jalan-jalan yang buruk, Hugh Alexander, seorang pramuka Philadelphia Phillies yang hadir, menunjukkan minat pada Ryan.
Eric Van Leemer dan Dale Robin dikeluarkan dari tim tidak hanya karena perilaku buruk mereka, tetapi juga karena secara tidak sengaja membakar kotak pers, jadi Ryan ditunjuk untuk memulai permainan terakhir, karena dia memiliki lengan paling segar dan paling banyak istirahat.
Tenley memberi tahu Ryan bahwa dia akan berangkat ke San Francisco untuk bekerja pada malam berikutnya, juga pada malam pertandingan terakhir. Dia mengatakan kepadanya untuk membiarkan dirinya menjadi hebat, sebelum dengan air mata memeluknya selamat tinggal.
Terinspirasi oleh kata-kata penyemangat Tenley, Ryan menampilkan salah satu penampilan terbaik yang pernah dilihat di Cape League, mendominasi permainan dengan tanpa pemukul. Teman-teman, ayah dan saudara laki-lakinya, dan beberapa pengintai liga utama, termasuk Alexander, hadir. Di akhir permainan, dia memperhatikan bahwa Tenley telah mampir dalam perjalanan ke bandara untuk mengawasinya. Dia mulai memukul adonan saat ini, menandai pukulan kesebelasnya dari permainan, dan melihat ke belakang untuk melihat bahwa Tenley telah pergi.
Ryan bergegas ke bandara tempat dia menangkap Tenley sebelum dia naik ke pesawatnya. Mereka berdua menyatakan cinta mereka satu sama lain dan dia setuju untuk melepaskan pekerjaannya di San Francisco dan tinggal. Ayah dan saudara laki-laki Ryan segera tiba dengan pengintai Alexander, untuk memberitahunya bahwa timnya memenangkan pertandingan dengan gabungan tanpa pemukul. Alexander menawarkan Ryan kontrak dengan Phillies yang akan memulainya di afiliasi liga kecil mereka, yang dengan senang hati dia terima.
Nanti, semua orang berkumpul untuk menonton Ryan dalam debutnya di Liga Utama sebagai pelempar bantuan untuk Phillies. Dia memberikan lemparan pertamanya ke Ken Griffey Jr. , yang meluncurkannya ke tribun untuk home run.
***
Budi selesai baca bukunya, ya buku di taruh di meja. Eko dateng ke rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi.
"Budi. Ngomong-ngomong. Daniel gimana Budi. Kan Budi main ke rumah Daniel di jalan Samratulangi gang pisang, kota Bandar Lampung, ya kemarin-kemarin?" kata Eko.
"Baik. Daniel," kata Budi.
"Lingkungan gimana Budi?" kata Eko.
"Ya seperti biasanya. Antara baik dan buruk," kata Budi.
"Baik dan buruk perilaku manusia. Seperti biasa," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Hidup ini terus berusaha dengan baik untuk mencapai tujuan dari keinginan," kata Eko.
"Dari miskin jadi kaya," kata Budi.
"Memang dari miskin jadi kaya," kata Eko.
"Ujiannya. Ya ada ringan, ya ada yang berat," kata Budi.
"Tetap saja di jalankan hidup ini dengan santai dan pintar membaca situasi dalam menyelesaikan masalah yang datang untuk menguji diri. Yang kuat pertahan. Ya tidak kuat, ya bisa terpengaruh. Pentingnya teman di sini untuk saling tolong menolong dalam menyelesaikan masalah," kata Eko.
"Teman yang baik. Saling tolong menolong," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Kalau main seandainya," kata Budi.
"Mulai deh main seandainya," kata Eko.
"Ya sekedar permainan saja," kata Budi.
"Permainan Budi. Permainan seandainya," kata Eko.
"Nama tokohnya, ya siapa ya? Ya Budi saja!. Budi dari tingkat SD, ya di beli buku bela diri karate. Budi suka dengan karate, ya belajar dengan baik, ya dari buku. Budi membimbing dirinya dengan baik sampai SMA. Budi tidak pernah menggunakan ilmu bela diri untuk ke sombongan, ya Budi tetap menjadi orang yang polos saja. Budi tertarik dengan cewek cantik bernama Meli. ya Meli masih duduk bangku SMA. Budi suka sama Meli tapi malu. Budi cuma teman dengan Meli. Suatu ketika. Meli ganggu sama dua pemuda berandalan di jalanan. Kebetulan Budi ada di situ, ya menolong Meli. Budi tidak ingin bertarung, ya tapi dua berandalan menyerang Budi. Ya Budi membela diri, ya menghajar dua berandalan gitu. Setelah dua berandalan kalah, ya Budi meninggalkan tempat tersebut dengan baik. Setelah kejadian Meli di tolong Budi. Ya Meli berusaha dekat Budi. Tapi Budi malu dekat Meli, ya berusaha menjauh gitu. Budi terus menjauh dari Meli, ya ketika Meli dekat. Sampai akhirnya Budi menyerah dan akhirnya mau dekat dengan Meli, ya ada hubungan spesial keduanya gitu. Budi bertemu seorang kakek yang jago karate dan juga pernah juara karate dalam pertandingan karate tingkat nasional sampai Internasional. Budi berguru kakek Heru, ya dengan tujuannya mengembangkan ilmu karatenya sampai sejauh mana. Kakek Heru, ya Budi jadi murid. Budi berlatih dengan baik banget. Kakek Heru memasukkan Budi dalam pertandingan karate tingkat SMA. Ya Budi berlatih dengan baik, ya agar jadi juara. Suatu ketika. Terjadi kejahatan di jalan, ya sebuah pemalakan yang di lakukan dua preman terhadap seorang pemuda cupu. Budi mau menolong pemuda cupu tersebut. Ternyata ada pemuda yang menolong pemuda cupu tersebut. Pemuda itu menghajar dua penjahat dengan teknik karate, ya sampai dua penjahat meninggalkan tempat tersebut. Pemuda cupu berterima kasih telah di tolong sama pemuda yang baik. Budi tidak berbuat apa-apa gitu karena ada jago karate yang menghajar dua penjahat. Budi pun seperti biasa melanjutkan latihannya, ya terkadang Meli menemani Budi latihan karate. Sampai waktu pertandingan karate tingkat SMA. Budi bertanding dengan baik melawan satu persatu lawannya, ya sampai menang dan melanjutkan ke babak final. Budi bertemu dengan si jago karate yang ia pernah berjumpa di jalanan ketika terjadi kejahatan di jalanan. Pemuda itu bernama Ryu. Budi bertarung melawan Ryu dengan baik. Ryu sangat hebat banget, ya Budi berusaha sebaik mungkin gitu. Budi belajar dengan baik dengan guru yang juara karate. Budi pun berhasil mengalahkan Ryu. Budi jadi juara karate tingkat SMA. Kakek Heru murid menjadi juara karate tingkat SMA. Meli senang Budi jadi juara karate. Setelah pertandingan karate, ya Budi dan Meli berkencan gitu, ya dari makan, minum, bermain di taman bermain sampai nonton konser musik gitu," kata Budi.
"Cerita yang bagus," kata Eko.
"Emmmm," kata Budi.
"Yang aku pertanyakan nama Meli, ya tokoh cewek. Meli yang biasa-biasa saja, ya di lingkungan kan ada nama Meli atau nama artis?" kata Eko.
"Ya nama juga permainan seandainya seperti biasanya. Meli itu nama artis lah," kata Budi.
"Nama artis toh," kata Eko.
"Emmmm," kata Budi.
"Kisah cintanya menarik," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA, ya kan Budi?" kata Eko.
"Iya," kata Budi.
"Emmmm," kata Eko.
"Permainan seandainya selesai," kata Budi.
"Kalau begitu main catur saja!" kata Eko.
"Ok. Main catur saja!" kata Budi.
Budi mengambil buku di meja, ya di taruh di bawah meja. Eko mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja papan catur. Budi dan Eko menyusun bidak catur di atas papan catur.
"Kalau dari muda sudah rambut putih. Berarti tuanya rambut putih semuanya. Genetik keturunannya," kata Budi.
"Yang di omongin siapa?" kata Eko.
"Pemuda yang rambutnya, ya ada rambut putih. Sering orang bilang uban. Cenderung orang tua yang punya uban gitu," kata Budi.
"Ooooo pemuda toh. Aku kirain seorang tokoh yang selalu bicarakan di Tv. Ciri khasnya rambut putih gitu," kata Eko.
"Tokoh yang di bicarakan di Tv. Tokoh yang ciri khasnya rambut putih, ya seorang pejabat. Apakah mungkin tokoh tersebut jadi Presiden selanjutnya?" kata Budi.
"Mungkin saja tokoh tersebut jadi Presiden selanjutnya, ya tergantung dari nilai kepercayaan rakyat memilih tokoh tersebut jadi Presiden selanjutnya," kata Eko.
"Siapa jadi Presiden selanjutnya, ya keputusan ada pada rakyat," kata Budi.
"Permainan tetap berjalan sesuai rencana manusia. Sampai waktunya, ya Pemilu," kata Eko.
"Pemilu. Pilih-pilih pemimpin yang terbaik demi negeri," kata Budi.
"Negeri ini maju, ya karena pemimpinya pinter membangun negeri, ya mengikuti perkembangan zaman," kata Eko.
Keduanya main catur dengan baik.
No comments:
Post a Comment