Budi duduk di depan rumahnya sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan.
"Baca buku ah!" kata Budi.
Budi mengambil buku di bawah meja. Buku di buka dengan baik, ya di pilih-pilih dengan cerpen yang ingin di baca. Terpilih salah satu cerpen yang di baca Budi dengan baik.
Isi cerita yang di ceritakan Budi :
Setelah upaya bunuh diri membuat seorang pria bernama Roary lumpuh sebagian, dia mendapati dirinya tinggal di sebuah rumah kumuh di Oakland, California. Dia menghabiskan banyak waktu di bar lingkungan, yang penuh dengan orang cacat lainnya, dan berteman baik dengan Jerry bartender dengan kaki yang sakit.
Jerry mendapatkan perhatian dan rasa hormat dari Golden State Warriors saat dia melakukan latihan sepak bola terhadap seorang pemain dan kalah tipis. Setelah pemilik bar mengalami serangan jantung, seorang pelayan baru bernama Louise dipekerjakan. Roary mengembangkan perasaan romantis untuk Louise.
Keberuntungan Jerry berbalik ketika salah satu pemain bola basket profesional meminjamkan uang untuk operasi memperbaiki kakinya. Begitu dia sembuh total, Jerry kemudian menjadi bintang bola basket, memenuhi impian seumur hidupnya. Namun, dia meninggalkan teman lamanya dengan berpura-pura mereka tidak pernah ada.
Belakangan, teman-teman lama Jerry mulai membencinya karena kelalaiannya, Roary mengunjungi Jerry dan menekannya untuk mengunjungi bar. Jerry memberikan alasan setengah hati atas ketidakhadirannya, dan terlepas dari perasaan Roary, mulai melihat Louise secara rahasia.
Roary akhirnya mengonfrontasi Jerry tentang perilakunya, dan memberikan beberapa pemikiran terakhir tentang persahabatan mereka, dan apa arti bar dan pelanggannya selama pemulihannya. Setelah Roary pergi, Jerry dengan marah merenungkan keputusannya di masa lalu.
Roary bertemu kembali dengan Louise. Jerry kembali ke bar dan mengungkapkan rasa tidak amannya kepada teman-teman lamanya, yang langsung mengerti.
Untuk pertama kalinya dalam dua puluh lima tahun, Max menutup bar, sehingga semua orang dapat menghadiri pertandingan basket Jerry.
***
Budi selesai baca buku, ya buku di taruh di meja. Budi tetap masih asik menikmati minum kopi dan makan gorengan. Eko dateng ke rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi.
"Ngomong-ngomong sih Eko?" kata Budi.
"Ngomong saja!" kata Eko.
"Film-film itu cenderung cewek cantik dan seksi gitu," kata Budi.
"Ngomongin artis cantik dan seksi. Ya tujuannya untuk menonjol hal kecantikan cewek dan seksinya cewek. Daya tarik gitu," kata Eko.
"Daya tarik cewek yang menggoda banget," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Kadang kalau kepengen apa yang di tonton di film itu. Ya pacaran dengan cewek cantik dan seksi seperti artis film yang menggoda banget gitu," kata Budi.
"Dosa. Dosa. Dosa. Aku tidak mau tergoda dengan rayuan dari siluman yang berwujud cewek cantik," kata Eko.
Budi terkejut dengan omongan Eko, ya berkata "Kok. Ngomongnya Eko. Kaya biksu Tang?"
"Ya jaga-jaga saja," kata Eko.
"Takut tergoda toh," kata Budi.
"Budi kan. Jomlo. Masih bebas pilih-pilih cewek. Apalagi ngomongin cewek yang cantik ini dan itu. Sedang aku. Aku kan ada urusan dengan Purnama. Kalau aku macam-macam dengan cewek selain Purnama. Bisa saja aku bertengkar gitu, ya rasa cemburu Purnama gitu," kata Eko.
"Omongan Eko. Berlebihan. Kaya orang sudah nikah saja," kata Budi.
"Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Ya salah ngomong gitu. Mencegah lebih baik dari pada terjadi pertengkaran," kata Eko.
"Ya tetap jaga-jaga dari omongan sampai perbuatan, ya agar tidak terjadi masalah lah," kata Budi.
"Emmmm," kata Eko.
"Sekedar obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Ya memang obrolan lulusan SMA!" kata Eko.
"Kalau begitu main catur saja!" kata Budi.
"Ok. Main catur!" kata Eko.
Budi mengambil buku di meja, ya di taruh di atas meja. Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur.
"Dia," kata Budi.
"Dia siapa Budi?" kata Eko.
"Dia, ya artis cantik, ya Selfi gitu," kata Budi.
"Artis Selfi toh!" kata Eko.
"Kalau permainan seandainya gitu," kata Budi.
"Seandainya. Permainan Budi," kata Eko.
"Biasa sih. Cerita yang pernah aku ceritakan selalu tokoh cowoknya, ya kerjaannya biasa-biasanya," kata Budi.
"Ya terserah Budi yang membuat ceritanya lah," kata Eko.
"Ya kalau begitu. Ya tokoh cowoknya, ya kerjaannya jadi tentara," kata Budi.
"Terus!!!" kata Eko.
"Ceritanya di buat cerita singkat saja. Nama tokoh cowok, ya Kasino. Kasino menyukai Selfi, teman SMA gitu. Selfi menolak Kasino, ya dua kali. Yang ketiga kalinya Kasino di terima sama Selfi. Setelah lulus SMA, ya Kasino masuk tentara. Selfi, ya ikut ajang menyanyi gitu. Ya hubungan Kasino dan Selfi, ya bisa di bilang tidak ada hubungan lagi karena sibuk urusan masing-masing demi masa depan. Kasino sibuk jadi tentara yang baik. Sampai Selfi jadi juara, ya artis menyanyi dan menelurkan lagu-lagu yang bagus gitu, ya karya gitu. Terkadang saat Selfi menyanyi di panggung menyanyi, ya masuk Tv gitu. Selfi melihat Kasino di antara penonton. Selfi memang ada kaitan dengan artis Nazar untuk kisah cinta di acara Tv. Selfi berkata "Dia". Para artis menganggap, ya lagu gitu atau sekedar celotehan menuju pada Nazar gitu. Selfi diam tidak mau menjelaskan apa pun tentang cowok yang ia sukai gitu. Kasino yang masih ada urusan tugas, ya meninggalkan tempat tersebut. Cuma sekedar nonton acara artis Tv Ibukota di studio Tv. Selfi pun melihat Kasino pergi dan berkata dalam hatinya "Dia datang untukku. Dia pergi untuk menjalankan tugasnya sebagai tentara". Selfi menjalankan kerjaannya jadi artis dengan baik, ya bergembira dengan para artis yang mengisi acara Tv. Begitulah ceritanya," kata Budi.
"Cerita yang bagus," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Artis penyanyi dan tentara," kata Eko.
"Sekedar cerita. Dia datang untuk Selfi. Dia pergi untuk tugasnya sebagai tentara," kata Budi.
"Kisah cinta yang menarik!" kata Eko.
"Permainan seandainya selesai," kata Budi.
"Emmmm," kata Eko.
Eko dan Budi main catur dengan baik gitu.
No comments:
Post a Comment