Budi duduk di pinggir pantai di bawah pohon yang rindang.
"Indahnya keadaan pantai. Baca buku ah!" kata Budi.
Budi mengambil buku di dalam tas, ya buku di buka dengan baik, ya di pilih dengan baik cerpen yang ingin di baca. Terpilihlah salah satu cerpen yang di baca Budi dengan baik gitu.
Isi cerita yang di baca Budi :
Pada tahun 1994 di Long Beach, California, Erin Gruwell telah di terima untuk mengajar bahasa Inggris bagi siswa berisiko di Woodrow Wilson High School —sekolah yang dulu sangat terkenal yang telah menurun sejak integrasi sukarela diberlakukan dan di mana ketegangan rasial meningkat sejak Los Angeles. Kerusuhan Angeles dua tahun sebelumnya. Erin berjuang untuk membentuk hubungan dengan murid - muridnya dan mengamati banyak perkelahian di antara beberapa dari mereka, yang berada di geng saingan.
Suatu malam, ya siswa Amerika Latin Eva Benitez pergi ke toko serba ada sementara pacarnya Paco, ya yang merupakan sesama anggota geng, dan dua teman lainnya tinggal di dalam mobil. Teman sekelas Eva dan saingannya, Sindy Ngor, yang merupakan pengungsi Kamboja, pacarnya, dan teman lainnya juga masuk ke toko. Siswa Afrika - Amerika Grant Rice, frustrasi karena kehilangan permainan arcade, menuntut pengembalian uang dari pemilik toko. Saat Grant keluar, Paco, sebagai pembalasan karena kalah melawannya sebelumnya selama perkelahian besar - besaran di sekolah, ya mencoba membunuhnya, tetapi meleset dan secara tidak sengaja membunuh pacar Sindy sementara Grant melarikan diri dari tempat kejadian dan kemudian ditangkap karena pembunuhan itu. Sebagai saksi, Eva harus bersaksi di pengadilan ; dia bermaksud untuk menjaga "miliknya" dalam kesaksiannya.
Keesokan harinya di sekolah, Erin memeriksa gambar rasis oleh salah satu siswa Amerika Latinnya dan menggunakannya untuk mengajar kelas tentang Holocaust, yang tidak diketahui semua orang, kecuali siswa kulit putih Ben Samuels. Dia secara bertahap mulai mendapatkan kepercayaan mereka dan membeli buku komposisi untuk mereka gunakan sebagai buku harian, di mana mereka menulis tentang pengalaman mereka diusir, dilecehkan, dan melihat orang yang mereka cintai mati.
Bertekad untuk mereformasi murid - muridnya, Erin mengambil dua pekerjaan paruh waktu untuk membayar lebih banyak buku dan kegiatan, dan menghabiskan lebih banyak waktu di sekolah, banyak kekecewaan suaminya, Scott. Sebuah transformasi secara khusus terlihat pada salah satu siswa, Marcus. Erin mengundang beberapa orang Yahudi yang selamat dari Holocaust untuk berbicara dengan kelasnya tentang pengalaman mereka dan mengharuskan siswa untuk menghadiri kunjungan lapangan ke Museum Toleransi. Para siswa mulai menyadari bahwa menjadi rival satu sama lain, hanya berdasarkan warna kulit, tidak boleh menjadi alasan untuk melarang persahabatan mereka satu sama lain. Sementara itu, metode pelatihannya yang unik dicemooh oleh rekan-rekan dan ketua departemennya Margaret Campbell.
Tahun ajaran berikutnya datang dan Erin mengajar kelasnya (sekarang kelas dua) lagi, menjadikannya tahun kedua dia menjadi guru mereka. Pada hari pertama, Erin membuat kelasnya mengusulkan "Bersulang untuk Perubahan", memungkinkan semua orang untuk terbuka tentang perjuangan mereka dan apa yang ingin mereka ubah tentang diri mereka sendiri. Kemudian, kelas menghasilkan cukup uang untuk membuat Miep Gies datang ke Amerika Serikat dan menceritakan kisahnya tentang dia membantu Anne Frank, ya keluarganya, dan Van Pels bersembunyi dari Nazi ; dia kemudian juga meyakinkan para siswa bahwa mereka adalah pahlawan dan bahwa mereka "dengan cara mereka sendiri yang kecil, [dapat] menyalakan lampu kecil di ruangan gelap."
Kedua peristiwa ini menginspirasi Eva untuk mengatakan yang sebenarnya, melepaskan diri dari tuntutan ayahnya untuk selalu melindungi dirinya sendiri. Di persidangan Grant, dia mengejutkan ruang sidang dengan mengungkapkan bahwa Paco benar-benar membunuh pacar Sindy di tempat kejadian ; Grant terhindar dari hukuman sementara Paco di hukum, Sindy kemudian memaafkan Eva. Setelah itu, Eva diserang dan diancam, tetapi akhirnya diselamatkan oleh sesama anggota gengnya, yang memisahkan diri darinya, dan dia pindah dengan bibinya untuk keselamatan.
Sementara itu, Erin meminta murid-muridnya untuk menulis buku harian mereka dalam bentuk buku. Dia mengkompilasi entri dan menamakannya The Freedom Writers Diary. Suaminya menceraikannya, karena dia merasa seperti Erin mencurahkan terlalu banyak waktunya untuk murid - muridnya dan tidak cukup waktu untuk pernikahan mereka. Margaret mengatakan kepadanya bahwa dia tidak bisa mengajar anak-anaknya untuk tahun pertama mereka. Setelah di dorong oleh ayahnya, Erin melawan keputusan ini, akhirnya meyakinkan pengawas untuk mengizinkannya mengajar anak-anaknya selama tahun-tahun junior dan senior mereka, yang membuat mereka sangat gembira. Ya akhirnya dengan catatan bahwa Erin berhasil mempersiapkan banyak siswa sekolah menengah untuk lulus dan kuliah — bagi banyak orang, yang pertama di keluarga mereka yang melakukannya.
***
Budi selesai baca bukunya, ya buku di taruh di dalam tasnya. Budi mengeluarkan makanan berupa roti yang murah meriah dari dalam tas dan minum gelas. Budi menikmati makanan dan minuman dengan baik. Eko menghampiri Budi yang sedang duduk santai di bawah pohon rindang. Eko pun duduk di dekat Budi. Ya Budi menawarkan makan dan minuman dengan baik. Keduanya menikmati makanan dan minuman, ya sambil menikmati keadaan pantai yang bagus gitu.
"Ada sebuah cerita," kata Budi.
"Terus!!!" kata Eko.
"Cerita tentang orang pinter yang pernah dapet beasiswa di Universitas, ya sampai mendapatkan gelar Sarjana. Orang tersebut lebih memilih hidup di pinggir pantai, ya cuma kerja jadi nelayan saja. Ya yang di sayangkan kemampuannya itu. Dengan punya kepintaran, ya bisa mendapatkan kedudukan di Pemerintahan kaya orang-orang di berita di Tv. Atau kedudukan di Perusahaan gitu," kata Budi.
"Hidup ini pilihan!" kata Eko.
"Memang hidup ini pilihan. Keputusan manusia yang mau menjalankan hidup ini," kata Budi.
"Manusia dengan kepintarannya, ya belajar dengan baik sampai dapet gelar ini dan itu, ya untuk mendukung urusan pencapaiannya di kerjaan di Pemerintahan atau Perusahaan. Perlombaan itu terlihat jelas banget dari berita orang-orang di Tv. Kalau di lihat dari latar belakang dari data orang - orang yang ini dan itu, ya obsesinya untuk mendapatkan kedudukan," kata Eko.
"Ambisi," kata Budi.
"Memang ambisi. Maka itu. Hidup ini. Antara baik dan buruk," kata Eko.
"Ambisi di jalan dengan cara baik ada. Ambisi dengan cara buruk juga ada," kata Budi.
"Emmnmm," kata Eko.
"Orang tersebut, ya seorang cowok, ya tidak punya ambisi lagi. Maka itu tinggal di pinggir pantai dan kerja jadi nelayan demi hidup ini saja. Alasannya, ya karena cewek yang di sukainya telah meninggal dunia karena penyakit mematikan gitu," kata Budi.
"Tampa cinta terasa hampa hidup ini. Ambisi pun di buang. Memilih jalan biasa - biasa saja," kata Eko.
"Memang tampa cinta, ya hidup ini hampa terasa. Kisah cinta, ya jadi kenangan bagi cowok tersebut," kata Budi.
"Emmm," kata Eko
"Sekedar obrolan lulusan SMA saja!" kata Budi.
"Memang sekedar obrolan lulusan SMA saja!" kata Eko.
"Kalau begitu main catur saja!" kata Budi.
"Memangnya Budi bawa papan catur?" kata Eko.
"Bawa papan catur, ya tapi tidak besar sih. Bawa yang kecil," kata Budi.
Budi mengeluarkan papan catur dari dalam tas. Eko melihat dengan baik papan catur di bawa Budi.
"Kalau begitu main catur!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Budi menaruh papan catur di tanah berpasir putih. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik, ya sambil menikmati keadaan pantai yang baik dan indah gitu.
No comments:
Post a Comment