CAMPUR ADUK

Sunday, November 20, 2022

BORG VS McENROE

Budi dan Eko duduk di teras depan rumahnya Budi, ya sambil menikmati makan gorengan dan minum kopi. 

"Hidup ini terkadang demi cewek yang di suka. Harus berjuang menjaga dan melindunginya dengan baik," kata Budi. 

"Terkadang demi cewek, ya seperti omongan Budi," kata Eko. 

"Seperti contoh cerita yang aku buat. Bisa di bilang permainan seandainya gitu," kata Budi. 

"Oooo permainan Budi. Permainan seandainya," kata Eko. 

"Ceritanya, ya tokohnya, ya namanya? Budi saja!. Ya Budi berjalan menuju rumahnya. Di tengah jalan ada seorang cewek di ganggu sama beberapa cowok gitu. Cewek itu, ya Rara, ya teman sekelas Budi, ya SMA. Budi pun langsung menolong Rara, ya dan bertarung, ya mengajar cowok-cowok yang mengganggu Rara. Budi berhasil mengalahkan cowok-cowok berengsek tersebut gitu. Ya Rara senang di tolong Budi. Budi mengantarkan Rara, ya pulang ke rumahnya. Setelah urusan Rara selesai, ya Budi pulang ke rumahnya. Sampai di rumah, ya Budi berlatih bela diri dengan Ayah yang pernah juara silat gitu. Ya Budi kalah bertarung dengan Ayah. Setelah latihan, ya Budi mandi, makan dan istirahat dengan baik di kamarnya. Esoknya, ya Budi sekolah seperti biasa. Di sekolah SMA, ya Rara masih di ganggu sama Gilang yang suka Rara. Sebenarnya Rara telah menolak Gilang gitu. Tetap Gilang, ya ingin jadian sama Rara. Budi, ya berhadapan Gilang untuk menyelesaikan masalah Rara. Gilang menantang Budi, ya untuk menyelesaikan permasalahan dengan main tenis. Budi menerima tantangan Gilang. Budi dan Gilang di lapangan tenis. Semua murid SMA, ya menonton pertandingan tenis antara Gilang melawan Budi. Gilang juara tiga tingkat SMA. Budi, ya bisa main tenis dan biasa main sama Ayahnya saja. Demi Rara, ya Budi harus bisa mengalahkan Gilang. Budi bermain tenis dengan baik, ya begitu juga dengan Gilang. Ya Gilang mengerahkan semua kemampuannya dengan baik demi mengalahkan Budi. Ya Budi bisa beradaptasi dengan permainan Gilang. Sampai akhirnya, ya Gilang kalah. "Aku di kalahkan Budi. Yang tidak pernah juara dalam pertandingan tenis," kata Gilang. Gilang menerima kekalahannya, ya jadinya menjauh dari Rara. Rara berterima kasih pada Budi, ya sudah di bantu dalam menyelesaikan masalahnya. Semenjak itu, ya Rara dan Budi lebih dekat lagi. Karena Budi berhasil mengalahkan Gilang juara tiga tingkat SMA, ya juara-juara tenis pun menantang Budi untuk menantang pertandingan tenis. Budi meladenin satu persatu penantangnya. Hasil pertandingan Budi melawan juara-juara tenis tingkat SMA, ya ada yang menangnya. Ketika Budi kalah, ya Budi berlatih dengan baik untuk meningkatkan kemampuan permainan tenisnya. Ketika kemampuannya berkembang, ya Budi menantang juara tingkat SMA yang pernah mengalahkannya. Usaha Budi, ya ternyata berhasil, ya membalas kekalahannya dan menang. "Usaha keras dengan penuh kedisiplinan. Hasilnya tidak pernah mengecewakan," kata Budi. Budi terus bertanding dengan para juara-juara tenis yang menantangnya. Sampai akhirnya, ya Budi ikut pertandingan tenis yang sebenarnya. Budi pun berhasil jadi juara pertama, ya semua berkat latihan yang keras dan penuh kedisiplinan. Budi pun sedang duduk di santai di taman. Rara menemani Budi, ya sambil memainkan alat musik biola. Ya Budi menikmati permainan biola Rara dengan baik....," kata Budi.

"Cerita yang bagus," kata Eko.

"Emmm," kata Budi.

"Demi dia. Aku berusaha menjaga dan melindunginya dengan baik," kata Eko. 

"Sekedar cerita. Dunia ini masih banyak lebih baik bercerita, ya cerita yang masih di kaitkan tema olahraga. Seperti film dan sinetron. Permainan seandainya selesai," kata Budi.

"Emmm," kata Eko.

"Sekedar obrolan lulusan SMA!" kata Budi.

"Memang sekedar obrolan SMA!" kata Eko.

"Kalau begitu aku bercerita pake wayang!" kata Budi.

"Seperti biasa. Aku jadi penonton yang baik!" kata Eko.

Budi mengambil wayang yang di taruh di kursi. Wayang di mainkan dengan baik, ya bercerita dengan baik Budi lah. Eko menonton pertunjukkan wayangnya Budi dengan baik gitu.

Isi cerita yang di ceritakan Budi :

Pada tahun 1980, juara tenis Swedia yang disiplin Bjorn Borg dan petenis Amerika pemula John McEnroe bersiap untuk berkompetisi di Wimbledon. Sebagai petenis peringkat satu dunia, Borg berada di bawah tekanan besar untuk memenangkan gelar Wimbledon kelima berturut-turut. Tinggal di Monako dengan tunangannya Mariana, Borg merasa tidak nyaman dengan selebritisnya, dan Mariana bergumul dengan kurangnya kendali atas hidup mereka.

Mengambil tenis pada usia dini, Borg muda diskors karena ledakan kemarahan di lapangan. Pensiunan juara dan kapten Piala Davis Lennart Bergelin memperhatikan potensi Borg dan backhandnya yang tidak biasa, dan menjadi pelatihnya. Borg bergumul dengan emosinya dan berselisih dengan Bergelin, yang dipaksa memasukkan Bjorn yang berusia 15 tahun sebagai pemain Piala Davis termuda. Bergelin mengalah, tetapi mendesak Borg untuk menyembunyikan emosinya dan menyalurkannya ke dalam permainannya.

Sebagai seorang anak, McEnroe mengidolakan Borg, dan merupakan siswa yang berbakat tetapi bergumul dengan ekspektasi tinggi orang tuanya. Pada usia 21, McEnroe adalah pemain peringkat dua tenis dan bintang yang sedang naik daun, bertekad untuk memenangkan gelar Wimbledon pertamanya. Berbeda sekali dengan Borg yang terkenal tidak tergoyahkan, McEnroe rentan terhadap ledakan agresif dan konfrontasi dengan wasit, seperti Borg di masa mudanya.

Sesampainya di London, Borg memulai rutinitas Wimbledonnya yang sangat teliti, dan McEnroe menggambar braket turnamennya sendiri di dinding kamar hotelnya. Mereka melanjutkan putaran pertama dan kedua, dan McEnroe serta sesama pemain Vitus Gerulaitis mendiskusikan rumor tentang kebiasaan takhayul Borg, termasuk menyempurnakan raketnya dan mendinginkan ruangan untuk menurunkan detak jantungnya.

Ketika pertandingan putaran ketiganya dihentikan karena hujan, Borg yang kewalahan menyerang Bergelin dan Mariana. Kilas balik ke Borg memenangkan Prancis Terbuka pertamanya pada tahun 1974 dan Wimbledon dua tahun kemudian, sebagai pemain termuda di setiap turnamen, menekankan tekanan yang diberikan kariernya padanya. Malam itu, Bergelin dan Mariana bersimpati atas kerugian yang ditimbulkan oleh kesuksesan Björn dalam hidup mereka.

Di perempat final, McEnroe menghadapi pasangan gandanya sendiri Peter Fleming. Pada hari pertandingan, dia mencemooh Fleming, yang menuduhnya mencuri penyangga pergelangan kakinya. McEnroe menang dan mencoba untuk berdamai, tetapi Fleming memperingatkan John bahwa dia tidak disukai dan hanya akan dikenang karena temperamennya, bukan keahliannya. Ayah McEnroe tiba di London untuk menontonnya bermain.

Borg memenangkan pertandingan semifinalnya, tetapi masih kesulitan mengatasi tekanan. Setahun sebelumnya, dia setuju untuk membuat ulang film rumahan untuk wawancara televisi — bermain tenis di luar rumah masa kecilnya di Stockholm — tetapi menjadi gelisah ketika dia tidak dapat menghidupkan kembali pengalaman yang sebenarnya, dan pergi. Di Wimbledon, Borg dihibur oleh Bergelin, dan menegaskan kembali komitmennya untuk menang.

Reputasi dan sikap konfrontatif McEnroe membuatnya dicemooh oleh penonton sepanjang pertandingan semifinalnya. Dia menang, tetapi keluar dari konferensi pers pasca-pertandingan yang kontroversial, dan kemudian menyelesaikan braket buatan tangannya: Borg menghadapi McEnroe di final Wimbledon.

Pertandingan terakhir dimulai, dengan kepercayaan publik yang tinggi untuk gelar kelima yang diantisipasi Borg, sementara McEnroe dicemooh lagi. McEnroe secara tak terduga mendominasi set pertama, tetapi Borg memenangkan set kedua. McEnroe memilih untuk tidak bereaksi berlebihan terhadap seruan yang diperdebatkan, dan menerima kata-kata singkat penyemangat dari Borg, yang memenangkan set ketiga. Set keempat menghasilkan tie break yang belum pernah terjadi sebelumnya dan menghukum, dimenangkan oleh McEnroe. Meski menghadapi tujuh match point, Borg bangkit untuk memenangkan set kelima dan gelar, sementara sikap sportif McEnroe mendapat tepuk tangan meriah.

Di bandara, Borg dan McEnroe berpisah dengan bersahabat. Sebuah epilog mengungkapkan bahwa John mengalahkan Bjorn di kejuaraan Wimbledon berikutnya, dengan Borg pensiun tahun itu pada usia 26 tahun, tetapi mereka kemudian menjadi teman dekat — "Mantan saingan, musuh terbaik".

***

Budi bercerita pake wayang, ya cukup lama dan akhirnya selesai gitu. Budi menaruh wayang di kursi kosong. Eko memuji dengan baik, ya pertunjukkan wayang Budi, ya begitu juga dengan ceritanya, ya bagus.

"Main catur Budi!" kata Eko.

"OK. Main catur!" kata Budi.

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di taruh di atas meja. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. 

"Ngomong-ngomong acara perlombaan nyanyi, ya acara Tv. Seperti biasanya bagus, ya kan Eko," kata Budi. 

"Ya bagus seperti biasanya. Acara Tv ini bagus. Acara Tv itu juga bagus," kata Eko. 

Keduanya pun main catur dengan baik. 

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK