Eko duduk di teras depan rumahnya.
"Nyanyi ah!" kata Eko.
Eko mengambil gitar di samping kursinya, ya gitar di mainkan dan bernyanyi dengan baik gitu.
Lirik lagu yang dinyanyikan Eko dengan judul 'Kamulah Satu-satunya' :
Saat berlayar, Sinbad menemukan tablet emas yang dijatuhkan oleh makhluk terbang misterius. Malam itu, ia bermimpi tentang seorang pria berpakaian hitam, berulang kali memanggil namanya, serta seorang gadis cantik dengan tato mata di telapak tangan kanannya.
Badai tiba-tiba membuat kapal keluar jalur, dan Sinbad dan anak buahnya menemukan diri mereka berada di dekat kota pesisir di negara Marabia. Berenang ke pantai, Sinbad bertemu pria dari mimpinya, seorang penyihir jahat bernama Koura, yang menuntut agar dia menyerahkan jimatnya. Sinbad lolos ke kota dan bertemu Wazir Agung Marabia, yang telah bertindak sebagai wali setelah kematian sultan, ya yang tidak memiliki ahli waris. Wazir, yang memakai topeng emas untuk menyembunyikan wajahnya yang rusak, menjelaskan bahwa jimat Sinbad hanyalah salah satu bagian dari teka-teki, di mana Wazir memiliki yang lain. Wazir berhubungan dengan Sinbad sebuah legenda, yang mengklaim bahwa tiga bagian, ketika digabungkan bersama, akan mengungkapkan peta yang menunjukkan jalan ke Fountain of Destiny yang terkenal di benua Lemuria yang hilang. Dia yang membawa tiga potong ke Air Mancur akan menerima "masa muda, perisai kegelapan dan mahkota kekayaan yang tak terhitung".
Sinbad setuju untuk membantu Wazir dalam usahanya mencari Air Mancur dan mereka bergabung melawan Koura, yang bertekad menggunakan hadiah Air Mancur untuk menaklukkan Marabia. Koura sebelumnya mengunci Wazir di sebuah ruangan dan membakarnya, yang mengakibatkan wajah Wazir rusak. Makhluk yang menjatuhkan tablet emas itu adalah antek Koura, seorang homunculus yang diciptakan oleh ilmu hitamnya. Koura menggunakan makhluk itu untuk memata-matai Sinbad dan Wazir dan mempelajari rencana mereka. Ketika Sinbad dan Wazir menemukan dan menangkap homunculus, itu menghancurkan dirinya sendiri.
Tak lama kemudian, Sinbad bertemu wanita dalam mimpinya, seorang gadis budak bernama Margiana. Tuannya mempekerjakan Sinbad untuk menjadikan seorang pria dari putranya yang malas dan tidak baik, Haroun. Sinbad setuju dengan syarat bahwa Margiana ikut. Koura menyewa kapal dan krunya sendiri dan mengikuti Sinbad, menggunakan sihirnya beberapa kali untuk mencoba menghentikan Sinbad. Namun, setiap upaya menguras sebagian dari kekuatan hidupnya, dan dia terlihat menua setiap saat.
Dalam perjalanannya, Sinbad menghadapi banyak bahaya, termasuk boneka sirene kayu di kapalnya, yang digerakkan oleh sihir Koura, yang berhasil mencuri peta, memungkinkan Koura menemukan Lemuria. Penyihir menggunakan homunculus lain untuk mendengar Oracle of All Knowledge menjelaskan kepada Sinbad apa yang akan dia hadapi dalam pencariannya untuk Air Mancur. Koura menyegel orang-orang di dalam gua Oracle, tetapi Sinbad menggunakan tali darurat untuk mengeluarkan semua orang. Haroun berhasil menghancurkan homunculus saat menyerang Sinbad. Setelah dia di tangkap oleh penduduk asli yang bermusuhan, Koura menghidupkan patung Kali. yang berlengan enam, menyebabkan penduduk asli membebaskannya. Sinbad dan anak buahnya tiba segera setelah itu, melawan dan mengalahkan Kali. Saat dia jatuh dan pecah, mereka menemukan potongan terakhir dari teka-teki di dalam sisa-sisa Kali yang hancur. Penduduk asli menangkap Sinbad dan krunya, tetapi setelah mereka melihat tato mata di tangan Margiana, mereka malah memutuskan untuk mengorbankannya kepada centaur bermata satu, Dewa Mata Tunggal penduduk asli dan Penjaga Kejahatan Air Mancur.
Koura tiba di Fountain of Destiny. Ketika dia menjatuhkan potongan pertama dari tablet ke dalam Air Mancur, kekuatan hidupnya dipulihkan. Dia kemudian memanggil centaur, yang melawan Penjaga Kebaikan Air Mancur, seorang griffin. Sementara itu, Sinbad dan yang lainnya melarikan diri, menyelamatkan Margiana dan mencapai Air Mancur. Mereka menyaksikan centaur membunuh griffin dengan bantuan Koura, lalu Sinbad membunuh centaur itu. Koura menjatuhkan potongan kedua ke Air Mancur, yang membuatnya tidak terlihat ("perisai kegelapan"), dan melibatkan Sinbad dalam pertarungan pedang. Sinbad hampir tidak mampu menangkis musuh yang tak terlihat, sampai Koura membuat kesalahan fatal dengan menginjak Air Mancur itu sendiri, yang mengungkapkan siluetnya, memungkinkan Sinbad untuk membunuhnya. Sinbad kemudian turun di bagian ketiga, dan mahkota bertatahkan permata muncul dari kedalaman. Alih-alih mengenakannya, Sinbad memberikan mahkota kepada Wazir. Ketika Wazir mengenakan mahkota, topengnya larut, memperlihatkan wajahnya yang dipulihkan dan tidak terluka.
Pencarian mereka selesai, Sinbad dan krunya kembali ke Marabia. Ketika Margiana bertanya mengapa dia tidak mengambil mahkota sendiri, Sinbad menjelaskan bahwa dia menikmati kebebasannya lebih dari raja. Dengan Margiana sebagai istrinya, dan Haroun sebagai anggota baru krunya, mereka berlayar menuju matahari terbenam.
***
Eko selesai baca bukunya, ya buku di taruh di meja. Eko menikmati minum kopi dan makan gorengan. Budi dateng ke rumah Eko, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Eko. Budi duduk dengan baik, ya dekat Eko.
"Ngomong-ngomong, ya Eko. Berita di Tv, ya berkaitan dengan horor," kata Budi.
"Perayaan Halloween atau hari raya semua orang kudus, ya ajaran Kristen?" kata Eko.
"Ya Halloween. Sampai tragedi gitu," kata Budi.
"Oooo Halloween toh. Ya ulah manusia yang mengisi dunia. Merayakan perayaan dengan berkumpul. Ada pun berita di Tv sampai tragedi. Mau di omongin apa, ya jika sudah terjadi?" kata Eko.
"Memang tidak bisa diomongin apa-apa, ya sudah terjadi tragedi gitu," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Sekedar obrolan saja!" kata Budi.
"Memang sekedar obrolan lulusan SMA!" kata Eko.
"Cerita horor," kata Budi.
"Emang Budi punya cerita horor?" kata Eko.
"Ada sih," kata Budi.
"Cerita dong!" kata Eko.
"Ceritanya. Aku jadi tokohnya, ya nama Budi saja. Budi pulang kemalaman, ya dari rumah Eko. Budi berjalan kaki menuju rumahnya, ya lewat sebuah rumah gitu. Budi mengingat dengan baik, ya di daerah itu tidak ada rumah gitu. Di rumah itu ada anak-anak cewek yang bermain congklak di teras depan rumahnya. Budi senang melihat anak-anak cewek bermain congklak. Tiba-tiba ada yang nepuk pundak Budi gitu. Ya Budi menoleh ke belakang gitu. Ternyata anak-anak cewek itu di belakang Budi dengan wujud yang menyeramkan dan terbang. Budi ketakutan banget, ya langsung langkah seribu, ya lari dengan baik begitu. Budi berteriak "Hantu". Budi berlari dengan baik, ya tidak ke rumahnya tapi ke mesjid gitu. Ya di mesjid, ya ada Abdul gitu. Ya Abdul membimbing Budi, ya untuk menghilangkan ketakutannya bertemu hantu. Anak-anak cewek itu menghilang begitu juga rumahnya. Ternyata daerah itu, ya kuburan gitu," kata Budi.
"Cerita yang bagus. Horor," kata Eko.
"Kalau ngomongin tentang urusan cinta. Ya cewek itu bisa saja pura-pura cinta sama cowok, ya kan Eko?" kata Budi.
"Nama juga manusia. Ya ada sifat berpura-pura untuk mencintai cowok," kata Eko.
"Seiring waktu bersama. Pasti tumbuh cinta. Ya pura-pura cinta, ya akhirnya cinta beneran," kata Budi.
"Bisa jadi sih sesuai omongan Budi. Ada juga tetap berpura-pura. Menipu cowoknya, ya cewek pinter dan licik gitu," kata Eko.
"Kaya cerita film saja," kata Budi.
"Emm," kata Eko.
"Kalau urusan cinta sampai beda agama?" kata Budi.
"Kalau cinta beda agama. Contoh : Kristen cowoknya. Ceweknya Islam. Jadi tidak perlu di bahas!" kata Eko.
"OK. Tidak perlu di bahas, ya di omongin gitu!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Main permainan dam-daman saja Eko!" kata Budi.
"OK. Main permainan dam-daman!" kata Eko.
Eko mengambil buku di meja, ya di taruh di bawah meja. Papan permainan dam-daman, ya di ambil dari bawah meja, ya di taruh di atas meja sama Eko. Budi dan Eko main dam-daman dengan baik gitu.
No comments:
Post a Comment