Setelah beberapa waktu, Singham dan Avni saling jatuh cinta. Namun, kemudian terungkap bahwa Singham belum mengundurkan diri dan datang ke Shivgarh dalam misi penyamaran untuk menemukan bukti terhadap Babaji. Ketika mereka kembali ke Mumbai, Babaji mulai mengancam keluarga Singham. Di sisi lain, Rao merugikan semua calon Guruji, termasuk Avni, karena kakaknya Kishore adalah salah satu calon. Singham berhasil menyelamatkan semua orang tetapi sebelum mereka mengundurkan diri, salah satu antek Babaji, Altaf Khan, bangun dari koma dan bersaksi melawannya. Singham menangkap Babaji dan Rao. Namun, beberapa pekerja partai melakukan serangan di luar pengadilan, membunuh para saksi. Hal ini menyebabkan Babaji dan Rao bebas dari hukuman. Singham dan timnya mencapai rumah mereka tanpa mengenakan seragam polisi, bergabung dengan polisi dari seluruh Mumbai.
Mereka berhasil melawan anak buah Babaji dan Rao. Tim Singham menyerbu ke dalam rumah Babaji, dan secara lucu menyiksa Babaji dan Rao dengan menembakkan peluru langsung ke kedua pantat mereka masing-masing. Rao dan Baba yang terluka dan dipermalukan mengatakan yang sebenarnya, pengakuan mereka diam-diam difilmkan dan disiarkan di televisi dan radio langsung. Beberapa minggu kemudian, partai Guruji memenangkan pemilihan. Saat di angkut ke penjara dengan sebuah van, Rao dan Baba sekali lagi mengancam dan mengejek Singham. Tiba-tiba, van berhenti dan pengemudi pergi. Sebuah tanker air menabrak van, mengirimkannya ke pembangkit listrik, membunuh keduanya. Salah satu sekutu Singham, Inspektur Dev Phadnis mengatakan kepada media bahwa ada kegagalan rem, dan insiden itu dianggap sebagai kecelakaan (rencana yang dibuat oleh Singham yang menyerupai cara Mahesh terbunuh).
***
Eko selesai baca bukunya, ya buku di taruh di bawah meja. Ya Eko menikmati minum kopi dan makan gorengan. Budi dateng ke rumah Eko, ya memarkirkan motornya di depan rumah Eko. Budi duduk di dengan baik, ya dekat Eko.
"Eko," kata Budi.
"Apa?" kata Eko.
"Orang pinter itu. Mampu membuat skripsi dengan baik, ya kan Eko?" kata Budi.
"Iya memang sih orang pinter itu bisa membuat skripsi dengan baik. Kecuali orang itu kemampuannya di bawah rata-rata, ya skripsi di buatin orang. Apalagi kalau orang itu anak orang kaya yang kuliah, ya kerjaan bayar orang untuk mengerjakan tugas sampai skripsi lah," kata Eko.
"Orang pinter itu. Bidang bisa merambah ke bidang lain gitu, ya kan Eko?" kata Budi.
"Ya memang sih. Orang pinter bisa merambah bidang lain. Contoh : kuliah ia bidang pemerintahan. Karena orang itu pinter, ya bisa ke bidang teknik elektro atau mesin gitu, ya bisa mengerjakan tugas-tugas kuliah dengan baik, ya sampai skripsi," kata Eko.
"Berarti orang pinter itu, ya bisa merambah ke bidang agama atau kedokteran," kata Budi.
"Ya iya lah bisa lah," kata Eko.
"Kalau orang biasa-biasa, ya cuma satu bidang saja sampai ia kerja," kata Budi.
"Realita kehidupan ini. Orang-orang yang biasa gitu," kata Eko.
"Kadang orang tua Sarjana. Ya anaknya kuliah dengan baik. Orang tua, ya tidak bisa bantuin anaknya menyelesaikan skripsi anaknya. Jadi anaknya, ya minta bantuan orang lain," kata Budi.
"Kadang memang bisa terjadi seperti omongan Budi. Jika anaknya pinter, ya anaknya yang bantuin orang tuanya, ya dapetin gelar S2," kata Eko.
"Orang pinter itu, ya memang bakat kecerdasan dari kecil sampai dewasa," kata Budi.
"Ngomong-ngomong tumben ngomongin tentang skripsi, ya berkaitan dengan urusan orang-orang yang kuliah di Universitas gitu?" kata Eko.
"Ya aku kan tidak selama jadi buruh di perusahaan. Harapan ke depan, ya aku kuliah sampai selesai, ya dapet gelar Sarjana. Ya ingin jadi pejabat di pemerintahan gitu, ya lewat jadi PNS dulu atau partai politik gitu," kata Budi.
"Tujuan keinginan Budi di masa depan toh!" kata Eko.
"Jadi sekedar obrolan lulusan SMA saja. Karena prosesnya masih jauh sih, ya masa depan yang aku inginkan," kata Budi.
"Ya memang sekedar obrolan lulusan SMA!" kata Eko.
"Main permainan dan-daman Eko!" kata Budi.
"OK. Main permainan dam-daman," kata Eko.
Eko mengambil papan permainan dam-daman di bawah meja, ya di taruh di atas meja. Eko dan Budi, ya main permainan dam-daman dengan baik gitu.
No comments:
Post a Comment