CAMPUR ADUK

Saturday, October 15, 2022

ONWARD

Budi duduk di teras depan rumah. 

"Baca buku ah!" kata Budi. 

Budi mengambil buku di bawah meja, ya buku di buka dengan baik, ya di pilih dengan cerpen yang mau di baca Budi. Terpilihlah salah satu cerpen yang di baca Budi dengan baik. 

Isi cerita yang di baca Budi :

Di dunia yang dihuni oleh makhluk mitos, ya sihir adalah hal biasa ribuan tahun yang lalu, ya meskipun sulit untuk dikuasai. Setelah kemajuan teknologi selama berabad-abad, ya sihir menjadi usang dan sebagian besar dibuang.

Di zaman modern, Ian Lightfoot adalah elf remaja yang berjuang dengan kepercayaan diri; kakak laki-lakinya, Barley, adalah pemain role-playing yang antusias dan impulsif. Pada ulang tahun Ian yang keenam belas, ibu anak laki-laki itu, Laurel, memberi putranya hadiah dari ayah mereka, Wilden, yang meninggal tak lama sebelum Ian lahir: tongkat sihir, permata Phoenix yang langka, dan sebuah surat yang menjelaskan "mantra kunjungan" yang dapat membangkitkan Wilden untuk satu hari. Ian berhasil merapal mantra tetapi, terganggu oleh Barley, tidak dapat menyelesaikannya. Akibatnya, hanya bagian bawah tubuh Wilden yang terbentuk kembali sebelum permata itu hancur. Saudara-saudara memulai pencarian untuk mendapatkan permata lain dan menyelesaikan mantra sebelum matahari terbenam, mengambil van kesayangan Barley "Guinevere." Menemukan anak laki-laki itu pergi, Laurel pergi mencari mereka.

Berharap menemukan peta ke permata lain, Ian dan Barley mengunjungi Manticore's Tavern – yang dulunya merupakan tempat berkumpulnya para calon petualang, sekarang menjadi restoran keluarga yang dikelola oleh Manticore ("Corey"). Saat berdebat dengan Ian tentang peta, Corey menyadari betapa hidupnya telah menjadi tidak terpenuhi dan kehilangan kesabaran, tanpa sengaja membakar restoran dan peta. Satu-satunya petunjuk saudara-saudara untuk permata itu adalah menu anak-anak yang menyarankan "Raven's Point," sebuah gunung di dekatnya. Laurel kemudian tiba di tempat kejadian dan berteman dengan Corey, yang memperingatkan Laurel bahwa permata itu dijaga oleh kutukan yang hanya bisa dikalahkan oleh pedang ajaib. Setelah mencuri pedang dari pegadaian, ya mereka berangkat mengejar Ian dan Barley.

Bepergian ke pegunungan, Barley mengusulkan mengikuti apa yang dia sebut "Jalan Bahaya", tetapi Ian bersikeras untuk mengambil jalan bebas hambatan. Saat mereka melakukan perjalanan, Ian mulai menguasai mantra sihir yang Barley ingat dari permainan perannya. Mereka nyaris lolos dari geng motor pixies di sebuah pompa bensin dan mengalami pertemuan tegang dengan polisi, yang anak laki-laki menyamar sebagai pacar ibu mereka, Colt Bronco, di mana Ian secara tidak sengaja mengungkapkan bahwa ia menganggap Barley menjadi kacau. Untuk meminta maaf, Ian setuju untuk mengikuti Path of Peril. Kepercayaan diri Ian meningkat ketika dia berhasil menggunakan mantra yang memungkinkannya berjalan melintasi jurang maut, di mana, tanpa sepengetahuannya, dia berjalan tanpa tali yang diikatkan Barley padanya melewati paruh kedua lubang. Bronco mengejar anak laki-laki dan memaksa mereka untuk pulang, Ian setuju, tetapi ketika dia menyalakan van, dia pergi, mengarah ke pengejaran polisi liar. Ketika mereka dikejar oleh polisi, Barley mengorbankan Guinevere untuk menyebabkan tanah longsor, menghalangi pengejar mereka.

"Raven's Point" ternyata adalah serangkaian patung gagak yang membawa mereka ke dalam gua. Saat mereka menjelajahi gua, Barley mengaku bahwa dia terlalu takut untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Wilden saat dia sekarat. Saudara-saudara menghindari serangkaian jebakan, termasuk Kubus Gelatin yang melarutkan apa pun yang disentuhnya. Muncul dari gua, mereka menemukan diri mereka kembali di depan sekolah menengah Ian.

Ian mengecam Barley karena memimpin mereka dalam pengejaran angsa liar dan berjalan pergi dengan kaki Wilden untuk menghabiskan waktu apa pun yang tersisa bersama ayahnya. Membaca ulang daftar hal-hal yang ingin dia lakukan dengan Wilden, Ian menyadari bahwa Barley telah menjadi figur ayah baginya sepanjang hidupnya dan kembali untuk menebus kesalahan. Barley, menolak untuk menyerah, menemukan permata yang dibutuhkan di dalam air mancur di seberang jalan dari sekolah dan mengambilnya, tanpa disadari memicu kutukan Corey berbicara tentang: naga batu, dibangun dari potongan-potongan gedung sekolah, bertekad untuk mengklaim permata. Corey dan Laurel tiba dan mengalihkan perhatian naga itu cukup lama hingga Ian menyelesaikan mantra kunjungan, tetapi mereka tidak dapat mengalahkan naga itu sendiri. Ian kabur untuk melawannya, membiarkan Barley mengucapkan selamat tinggal terakhir kepada Wilden. Dia menggunakan keterampilan sihir yang telah dia pelajari untuk mengalahkan naga dengan mendorong pedang Corey ke jantungnya. Terperangkap di balik tumpukan puing, Ian melihat tubuh Wilden sebentar muncul kembali untuk berbicara dengan Barley. Setelah Wilden menghilang, Barley memberi tahu Ian bahwa ayah mereka bangga padanya, dan saudara-saudara berbagi pelukan.

Beberapa waktu kemudian, ketika dunia mulai menemukan kembali seni magis masa lalu, saudara-saudara memulai pencarian baru.

***

Budi selesai baca bukunya, ya buku di taruh di bawah meja. Ya Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah. 

"Emmmm," kata Budi. 

Budi menaruh gelas berisi kopi di meja. 

"Eko. Belum dateng. Janjinya main catur

Ya kalau begitu aku nyanyi saja!" kata Budi. 

Budi mengambil gitar di samping kursi, ya gitar di mainkan dengan baik, ya bernyanyi dengan baik. 

Lirik lagu yang dinyanyikan Budi berjudul 'Lagu Untuk Sebuah Nama' :

"Mengapa jiwaku mesti bergetar?Sedang musik pun manis kudengarMungkin karena kulihat lagiLentik bulu matamu, bibirmu
Dan rambutmu yang kau biarkanJatuh bergerai di keningmuMakin mengajakku terpanaKau goreskan gita cinta
Mengapa aku mesti duduk di sini?Sedang kau tepat di depankuMestinya aku berdiri berjalan ke depanmu
Kusapa dan kunikmati wajahmuAtau kuisyaratkan cintaTapi semua tak kulakukanKata orang cinta mesti berkorban
Mengapa dadaku mesti berguncangBila kusebutkan namamu?Sedang kau diciptakan bukanlah untukku, itu pasti
Tapi aku tak mau peduliSebab cinta bukan mesti bersatuBiar kucumbui bayangmuDan kusandarkan harapanku"

***
Budi selesai main gitar dan menyanyi, ya gitar di taruh di samping kursi. Gelas berisi kopi, ya ambil Budi dari meja, ya di minum dengan baik kopi lah. Eko dateng ke rumah Budi, ya memarkirkan dengan baik motornya di depan rumah Budi. Ya Budi menaruh gelas berisi kopi di meja. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi. 

"Ngomong-ngomong. Erwin suka sama cewek, ya Budi?" kata Eko. 

"Iya. Erwin suka dengan cewek. Nama cewek itu...Tiara. Tapi sayang. Erwin telat menyatakan cinta. Ya Tiara sudah jadian sama cowok yang suka sama Tiara," kata Budi. 

"Sulit juga mencintai cewek yang sudah jadian sama cowok lain," kata Eko. 

"Masih sebatas pacar. Kan masih ada peluang. Sebelum janur kuning melengkung," kata Budi. 

"Pertanyaannya. Apakah Erwin benar-benar suka sama Tiara?" kata Eko. 

"Ya kalau itu mana aku tahu. Erwin benar-benar suka sama Tiara," kata Budi. 

"Kalau belajar dari pengalaman aku yang jadian sama Purnama. Aku mencari tahu apakah aku benar-benar menyukai Purnama? Maka aku ibadah dengan baik, ya minta petunjuk pada Tuhan Maha Yang Kuasa tentang jodoh ku. Hasil ibadah ku, ya aku benar-benar suka dengan Purnama," kata Eko. 

"Jadi Erwin. Untuk mengetahui apakah benar-benar suka dengan Tiara? Ya ibadah dengan baik, ya meminta petunjuk pada Tuhan Yang Maha Kuasa," kata Budi. 

"Kalau berjodoh dengan Tiara. Tuhan mengabulkan doa Erwin, ya Tiara gerakkan ke Erwin. Kalau tidak berjodoh, ya Erwin akan mendapatkan cewek yang lain, ya satu saat datang pada Erwin," kata Eko. 

"Aku paham omongan Eko," kata Budi. 

"Emmmm," kata Eko. 

"Ngomong-ngomong hidup ini tetap sama, ya kan Eko?" kata Budi. 

"Ya hidup ini tetap sama. Antara baik dan buruk," kata Eko. 

"Baik dan Buruk. Orang tua itu tingkahnya ada yang baik dan buruk," kata Budi. 

"Masa muda orang tua, ya ada baik dan buruk. Ketika tua, ya ada yang baik dan buruk juga," kata Eko. 

"Ada yang tobat. Ada juga yang tidak," kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Sekedar obrolan saja!" kata Budi. 

"Memang sekedar obrolan lulusan SMA!" kata Eko. 

Eko dan Budi, ya main catur dengan baik gitu. 

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK