Budi duduk di depan rumahnya, ya teras rumahnya. Budi menunggu Eko dan Abdul dateng kerumahnya, ya biasa main gitu. Ya jadinya baca koran, ya sambil menikmati minum teh dan makan kue kering. Sekitar lima belas menit, ya Budi baca koran. Eko dan Abdul dateng ke rumah Budi, ya memarkirkan motornya di depan rumah Budi dengan baik. Eko dan Abdul, ya duduk di teras depan rumah Budi. Karena Eko dan Abdul, ya telah dateng, ya Budi berhenti baca korannya, ya koran di taruh di bawah meja. Abdul dan Eko, ya melihat ada kotak di meja.
"Budi kotak apa itu?" kata Abdul.
"Tidak biasanya di meja, ya di taruh kotak," kata Eko.
"Kotak ini. Isi hadiah untuk pemenang permainan gitu," kata Budi.
"Hadiah toh. Kaya dream box saja, ya acara Tv," kata Abdul.
"Lebih tepatnya sih untuk urusan Budi. Kotak di meja. Ya misteri kotak!" kata Eko.
"Permainan sederhana sih. Jadi Eko dan Abdul harus ikut permainannya!" kata Budi.
"Kok. Dipaksa harus main?!" kata Abdul.
"Cuma permainan Abdul. Main saja. Ikutin maunya Budi!" kata Eko.
"OK. Aku ikut permainan Budi!" kata Abdul.
"Kalau gitu. Aku mulai permainannya. Ya permainannya cuma jawab pertanyaan ku dari soal tingkat SD sampai tingkat SMA!" kata Budi.
"Pelajaran masa sekolah. Apa masih ingat ya?" kata Eko.
"Iya aku juga. Apa masih ingat pelajaran masa sekolah? Aku sibuk kerja, ya agar usaha ku berjalan dengan baik, ya sukses!" kata Abdul.
"Ya di coba lah. Eko dan Abdul mengingat pelajaran masa sekolah!" kata Budi.
"Aku coba permainan dari Budi!" kata Eko.
"Iya harus di coba permainan Budi juga!" kata Abdul.
"Jadi aku mulai permainannya. Babak pertama, ya pelajaran tingkat SD. Permainan ini sebatas sepuluh pertanyaan. Yang tahu jawabannya, ya langsung jawab!" kata Budi.
"Baik!!!" kata Eko.
"OK!!!" kata Abdul.
Budi pun memberikan soal dari tingkat SD dengan baik. Eko dan Abdul berebut jawab dari soal yang di berikan Budi. Nama juga permainan, ya lebih banyak becandaan dari pada seriusnya. Yang penting itu bergembira. Permainan berlangsung dengan baik banget, ya menang dalam permainan menjawab soal tingkat SD, ya adalah Abdul karena cepat menjawab dari Eko.
"Permainan ke babak ke dua, ya soal tingkat SMP, ya cuma sepuluh soal!" kata Budi.
"SMP. OK!" kata Eko.
"Baik lah!!!" kata Abdul.
"Aku mulai permainannya!" kata Budi.
Budi memberikan soal-soal tingkat SMP, ya yang harus di jawab Eko dan Abdul dalam permainan babak kedua. Ya permainan tidak di bawa serius lah, ya jadi becandaan gitu. Eko dan Abdul bersaing ketat menjawab soal dari Budi, ya pelajaran SMP gitu. Ya akhirnya yang menang adalah Eko lah karena memang Eko mengingat dengan baik pelajaran SMP, ya jadi jawab cepat dari Abdul gitu.
"Babak ketiga dalam permainan. Soal-soal SMA!" kata Budi.
"SMA. Mulai berat ini!" kata Eko.
"Memang. SMA, ya mulai berat. Apalagi kalau urusan hitung menghitung, ya pake rumus ini dan itu?!" kata Abdul.
"Aku mulai permainannya. Eko dan Abdul!" kata Budi.
"OK!!!" kata Eko.
"Baik lah!!!" kata Abdul.
Budi membacakan soal-soal tingkat SMA pada Eko dan Abdul dengan baik. Ternyata perhitungan Abdul benar, ya Budi mengeluarkan soal hitung-hitungan tingkat pendidikan SMA. Abdul dan Eko, ya mulai menghitung dengan cara masing-masing, ya agar bisa menjawab soal dari Budi lah. Walau begitu namanya permainan, ya jadinya lebih banyak becandaan. Permainan babak ketiga, ya hasilnya yang menang adalah Abdul. Ya Abdul biasa hitung-hitung dalam urusan usahanya jadi bisa menjawab soal Budi dengan baik.
"Permainan selesai. Yang menang Abdul dari nilai yang di peroleh tinggi dari Eko!" kata Budi.
"Kok. Tidak ada babak bonus?!" kata Eko.
"Permainannya. Selesai. Tidak ada babak bonus?!" kata Abdul.
"Sebenarnya. Ada babak bonus sih. Cuma?" kata Budi.
"Cuma apa?" kata Eko.
"Iya cuma apa Budi?" kata Abdul.
"Ya soal tingkat Universitas. Karena kebiasaan kita sudah kerja, ya biasanya di pengaruhi keadaan ruang lingkup kerja gitu," kata Budi.
"Soal tingkat Universitas toh!" kata Eko.
"Ya tingkat Universitas lebih baik sih tidak usah saja!" kata Abdul.
"Tidak usah saja, ya babak bonus!" kata Eko.
"Yang penting itu. Kita main sebatas SMA saja!" kata Abdul.
"Baiklah. Tidak ada babak bonus. Permainan selesai!" kata Budi.
"Jadi kotak di meja itu. Untuk aku kan Budi?!" kata Abdul.
"Iya!!!" kata Budi.
Budi menyerahkan kotak ke Abdul. Ya kotak di buka dengan baik sama Abdul dan isinya makan, ya kue kering setoples gitu.
"OK. Hadiahnya kue kering satu toples!" kata Abdul.
"Aku kirain. Mainan atau satu bungkus bakso gitu. Ternyata satu toples kue kering. Tetap ok juga hadiahnya!" kata Eko.
Toples di taruh di meja. Kotak di taruh di lantai sama Abdul.
"Kalau begitu. Aku yang bercerita pake wayang, ya minjem wayangnya Budi!" kata Abdul.
"OK. Yang mau bercerita Abdul," kata Budi.
Budi mengambil wayang yang di taruh di kursi, ya di berikan pada Abdul. Ya Abdul mengambil wayang yang di berikan Budi.
"Aku jadi penonton yang baik!" kata Eko.
"Aku juga jadi penonton yang baik!" kata Budi.
Abdul memainkan wayang dengan baik dan bercerita dengan baik pula lah. Budi dan Eko, ya menonton pertunjukkan wayang Abdul dengan baik lah.
Isi cerita yang di ceritakan Abdul :
Pada akhir tahun senior sekolah menengah mereka. Lloyd Dobler yang berprestasi rendah jatuh cinta pada Diane Court dan berencana untuk mengajaknya berkencan, meskipun mereka berasal dari kelompok sosial yang berbeda.
Orang tua Lloyd ditempatkan di Jerman untuk Angkatan Darat, jadi dia tinggal bersama saudara perempuannya Constance, seorang ibu tunggal, dan belum memiliki rencana untuk masa depannya. Diane berasal dari pendidikan akademis yang terlindung, tinggal bersama ayahnya yang bercerai, Jim, yang memiliki panti jompo tempat dia bekerja. Dia akan mengambil beasiswa bergengsi di Inggris pada akhir musim panas.
Lloyd menawarkan untuk membawa Diane ke pesta kelulusan mereka. Dia setuju, yang mengejutkan semua orang. "Kencan" mereka berikutnya adalah makan malam di Diane's, di mana Lloyd gagal membuat Jim terkesan, dan Internal Revenue Service memberi tahu yang terakhir bahwa dia sedang diperiksa.
Diane memperkenalkan Lloyd kepada penghuni panti jompo dan dia mengajarinya mengemudikan hadiah kelulusan Ford Tempo transmisi manual. Mereka tumbuh lebih dekat dan menjadi akrab, perhatian ayahnya. Sahabat musisi Lloyd, Corey, yang tidak pernah melupakan mantan pacarnya yang selingkuh, Joe, memperingatkannya untuk menjaga Diane.
Jim mendesak Diane untuk putus dengan Lloyd, merasa dia bukan pasangan yang cocok, dan menyarankan agar dia memberi Lloyd pena sebagai hadiah perpisahan. Khawatir tentang ayahnya, Diane memberi tahu Lloyd bahwa dia ingin berhenti melihatnya dan berkonsentrasi pada studinya, memberinya pena. Hancur, ia mencari nasihat dari Corey, yang mengatakan kepadanya untuk "menjadi seorang pria". Sementara itu, Jim menemukan IRS memotong kreditnya saat kartu kreditnya ditolak saat penyelidikan berlanjut.
Saat fajar, Lloyd memainkan "In Your Eyes" oleh Peter Gabriel, yang diputar ketika mereka menjadi intim, di boombox, berdiri di bawah jendela kamarnya yang terbuka. Keesokan harinya, Diane bertemu dengan penyelidik IRS, yang mengatakan bahwa mereka memiliki bukti yang memberatkan Jim dengan penggelapan dana dari penghuni panti jomponya. Dia menyarankan dia menerima persekutuan karena masalah dengan ayahnya akan memburuk.
Diane menemukan uang tunai yang disembunyikan di rumah dan menghadapkan Jim, yang mengatakan kepadanya bahwa dia mengambilnya untuk memberikan kemandirian finansialnya. Jim merasa dibenarkan melakukannya karena dia memberikan perawatan yang lebih baik kepada penghuninya daripada keluarga mereka. Bingung, dia berdamai dengan Lloyd di gym kick-boxing-nya.
Pada akhir musim panas, Jim dipenjara dengan hukuman 9 bulan. Lloyd mengunjunginya di penjara, mengatakan bahwa dia akan pergi bersama Diane ke Inggris; Jim bereaksi dengan marah. Lloyd memberinya surat dari Diane, tapi dia datang untuk mengucapkan selamat tinggal dan mereka berpelukan. Dia memberinya pena yang dia berikan kepada Lloyd, memintanya untuk menulis kepadanya di Inggris. Lloyd menghibur Diane, yang takut terbang, ya dalam penerbangan mereka.
***
Abdul cukup lama bercerita pake wayang, ya akhirnya selesai juga. Eko dan Budi memuji pertunjukkan wayang Abdul, ya begitu juga dengan ceritanya bagus gitu. Abdul menaruh wayang di taruh di kursi kosong. Ya ketiganya lanjut acara main kartu remi dengan baik lah, ya permainannya cangkulan lah.
No comments:
Post a Comment