CAMPUR ADUK

Friday, September 23, 2022

HARRY POTTER AND THE SORCERER'S STONE

Budi dan Eko duduk di depan rumah Budi, ya di teras depan rumah, ya sambil menikmati minum teh gelas dan makan gorengan lah. 

"Cewek yang di sukai. Bisa saja menikah dengan cowok lain. Surat undangan dateng pada kita," kata Budi. 

"Sekedar obrolan. Apa beneran Budi?" kata Eko. 

"Kalau beneran, ya tidak mungkin. Aku masih jomlo. Eko, ya hubungan masih baik sama Purnama. Erwin, ya fokus kuliah di Jakarta. Sedangkan Abdul, ya urusan kisah cintanya dengan Putri, ya rawan juga sih. Bisa saja Putri, ya menikah dengan cowok yang menyukai Putri. Surat undangan dateng pada Abdul, Eko, Erwin dan aku," kata Budi. 

"Jadi ngomongin kisah Abdul yang seandainya tidak jadi sama Putri?" kata Eko. 

"Ya tidak ngomongin Abdul dan Putri. Ya cuma sekedar obrolan, ya cerita dari sebuah kisah yang mungkin terjadi di lingkungan!" kata Budi. 

"Kisah cinta yang mungkin terjadi di lingkungan, ya tidak masalah. Ya mungkin terjadi, ya cewek yang di sukai, ya menikah dengan cowok lain. Surat undangan dateng pada kita. Biasanya orang tua, ya menolak cowok yang sukai anak ceweknya. Orang tua cewek, ya memaksa anak ceweknya menikah dengan pilihan orang tua lah," kata Eko. 

"Orang tua cewek. Ya bikin ribet saja, ya urusan cinta," kata Budi. 

"Mau di kata apa, ya berhadapan dengan orang tua cewek yang sikapnya begini dan begitu?" kata Eko. 

"Padahal. Aku yang sudah kerja jadi buruh, ya di perusahaan. Orang tua yang punya anak cewek, ya anaknya masih jomblo. Orang tua itu, ya mau deket dengan aku, ya agar jodohin anaknya," kata Budi. 

"Cerita beneran apa seandainya itu Budi, ya sekedar obrolan gitu?" kata Eko. 

"Ya beneran lah. Realita gitu!" kata Budi. 

"Sebenarnya sih. Ya juga sih Budi. Ada orang tua, ya anak ceweknya masih jomlo. Orang tua itu deket dengan aku, ya menjodohkan anak ceweknya gitu. Ya orang tua itu, ya tidak tahu kalau aku sudah ada perjanjian sama Purnama dan orang tuanya. Gara-Gara, ya aku sudah kerja, ya walau kerja jadi buruh di perusahaan gitu. Ujian aku!" kata Eko. 

"Kalau Eko, ya ujian Eko. Sedangkan aku. Keberuntungan apa ujian ya?" kata Budi. 

"Keputusan ada pada ku!" kata Eko. 

"Ya memang sih Eko. Keputusan juga ada pada aku, ya mau menerima atau tidak perjodohan dari orang tua yang punya anak cewek, ya jomlo," kata Budi. 

"Paham agama dan sudah bekerja, ya pasti jadi target orang tua yang punya anak cewek, ya di jodohin!" kata Eko. 

"Kita di anggap sudah mampu. Membimbing, melindungi, menjaga dan bertanggung jawab penuh pada cewek. Hidup baik dan aman gitu," kata Budi. 

"Harapan orang tua yang punya anak cewek pada cowok yang ia pilih. Ya agar anaknya ceweknya bahagia," kata Eko. 

"Kalau aku berhasil dengan keinginan ku jadi pejabat pemerintahan. Tambah banyak lagi orang tua yang punya anak cewek, ya mau di dekat kan dengan aku. Karena paham agama ia, ya punya pekerjaan yang baik pula," kata Budi. 

"Kaya dan kaya dari usaha dan doa. Pastinya, ya banyak orang tua yang punya anak cewek, ya mau dekat dengan kita, ya di jodohkan gitu!" "kata Eko. 

"Sekedar obrolan lulusan SMA saja!" kata Budi. 

"Memang sekedar obrolan lulusan SMA saja!" kata Eko. 

"Kalau begitu. Aku bercerita pake wayang. Ya sekedar cerita!" kata Budi. 

"Ya aku jadi penonton yang baik!" kata Eko. 

Budi mengambil wayang yang di taruh kursi. Ya wayang di mainkan dengan baik, ya sama Budi, ya bercerita dengan baik lah. Eko menonton pertunjukkan wayangnya Budi dengan baik lah. 

Isi cerita yang di ceritakan Budi :

Harry Potter adalah seorang anak yang tampaknya biasa, hidup dengan keluarga yang berhubungan darah dengan-nya, keluarga Dursley di Surrey. Pada ulang tahunnya yang kesebelas, Harry mengetahui dari seorang asing misterius, Rubeus Hagrid, bahwa ia sebenarnya seorang penyihir, terkenal di Dunia sihir karena dapat bertahan dari serangan Lord Voldemort yang jahat ketika Harry masih bayi. Voldemort membunuh orang tua Harry, tetapi serangan kepada Harry gagal dilakukan, kejadian tersebut menyisakan bekas luka petir di dahi Harry dan membuat Voldemort tewas. Hagrid mengungkapkan kepada Harry bahwa ia telah diundang untuk bersekolah di Hogwarts, sebuah Sekolah Sihir. Setelah membeli perlengkapan sekolahnya di Diagon Alley, Harry berangkat dengan menggunakan kereta ke Hogwarts melalui Platform 9 ¾ yang tersembunyi di Stasiun King's Cross di London.

Di kereta, Harry bertemu dengan Ronald Weasley, anak dari keluarga penyihir berdarah murni, dan Hermione Granger, seorang penyihir yang lahir dari orang tua Muggle (bukan penyihir). Begitu mereka tiba di sekolah, Harry dan semua siswa tahun pertama yang lain dibagi ke dalam empat kelompok asrama yang berbeda : Gryffindor, Hufflepuff, Ravenclaw, dan Slytherin. Slytherin terkenal karena menjadi kelompok sihir hitam dan penyihir jahat, Harry berhasil meyakinkan Topi Seleksi yang ajaib untuk tidak menempatkannya di Slytherin. Dia ditempatkan di Gryffindor, bersama dengan Ron dan Hermione.

Di Hogwarts, Harry mulai belajar sihir dan juga menemukan lebih banyak tentang masa lalunya dan orang tuanya. Harry diikutkan dalam tim Gryffindor dalam perlombaan Quidditch (perlombaan dengan menggunakan sapu terbang) dan menjadi seorang Seeker. Ia juga akhirnya mengetahui bahwa ayahnya adalah seorang Seeker.

Suatu malam, Harry, Ron, dan Hermione menemukan anjing berkepala tiga raksasa di Koridor Terlarang di lantai tiga sekolah. Mereka berhasil melarikan diri dari Troll raksasa dan setelah Harry hampir terlempar dari sapunya karena sihir kuat dari seseorang dalam salah satu pertandingan Quidditch, Mereka menganggap bahwa seseorang sedang mencoba untuk melewati anjing tersebut. Harry menemukan Cermin Tarsah yang dapat menunjukkan keinginan hati seseorang. Kepala sekolah Albus Dumbledore memindahkan cermin itu dan menyarankan Harry untuk tidak mencarinya lagi. Dengan menggunakan informasi dari Hagrid yang mengucapkannya tanpa sengaja, Hermione menemukan bahwa anjing itu menjaga Batu Bertuah, sebuah batu yang dapat digunakan untuk memberikan hidup abadi kepada pemiliknya. Harry menyimpulkan bahwa guru ramuannya, Severus Snape, mencoba untuk mendapatkan batu tersebut. Harry tertangkap ketika ia keluar dari asrama pada malam hari dan ia ditahan. Ketika membantu Hagrid di hutan gelap, ia melihat sosok berkerudung meminum darah unicorn untuk penyembuhan. Harry menyimpulkan bahwa sosok berkerudung itu adalah Voldemort dan ia juga menyimpulkan bahwa Snape sedang mencoba untuk mendapatkan batu bertuah tersebut untuk mengembalikan Voldemort dengan kekuatan penuh.

Setelah mendengar dari Hagrid bahwa anjing akan tertidur jika dimainkan musik dan ketika ia kelepasan berbicara tentang hal tersebut kepada seorang pria di bar lokal pada suatu malam, Harry, Ron, dan Hermione mengambi kesimpulan bahwa Snape adalah orang di bar itu dan berusaha untuk memperingatkan Dumbledore. Setelah mengetahui Snape pergi untuk urusan bisnis mereka menyimpulkan bahwa ia akan mencoba untuk mencuri batu malam itu dan memutuskan untuk menemukan batu itu sebelum Snape menemukannya lebih dulu.

Mereka menghadapi serangkaian hambatan seperti : selamat dari tanaman mematikan, terbang untuk menemukan kuci terbang itu dengan sengit, dan memenangkan pertandingan catur yang mempunyai biji catur sebesar manusia. Trio itu menggunakan keahlian mereka untuk mengatasi berbagai rintangan. Hermione menggunakan pengetahuannya tentang mantra untuk melewati tanaman tersebut, Harry menggunakan keterampilan sebagai Seeker untuk mendapatkan kunci terbang itu, dan Ron menggunakan keterampilannya bermain catur untuk memenangkan pertandingan catur. Namun, Ron hampir terbunuh dalam pertandingan tersebut dan Hermione bersama Ron tinggal di tempat pertandingan sedangkan Harry berjalan ke ruang selanjutnya.

Di ruang terakhir, Harry menemukan bahwa tenyata bukan Snape yang menginginkan batu tersebut, tetapi guru Pertahanan terhadap Ilmu Hitam, Profesor Quirrell. Quirrell mengungkapkan bahwa ia yang membebaskan troll itu dan mencoba membunuh Harry dalam pertandingan Quidditch. Dia juga mengungkapkan bahwa Snapelah yang telah melindungi Harry dan mencoba menghentikan Quirrell sepanjang tahun. Karena sesuatu hal yang dilakukan oleh Dumbledore, Harry menemukan batu itu di sakunya setelah melihat dirinya di dekat Cermin Tarsah . Ketika Quirrell mencoba untuk menangkap Harry untuk mendapatkan jawaban dari Harry tentang apa yang dilihatnya pada cermin itu, Quirrell membuka sorbannya dan terlihat bahwa Voldemort tinggal di bagian belakang kepalanya. Harry mencoba untuk melarikan diri tetapi Quirrell mengeluarkan api dengan cara menjentikkan jari-jarinya untuk menjebak dia. Voldemort mencoba untuk meyakinkan Harry untuk memberinya batu tersebut dengan menjanjikan untuk menghidupkan orangtuanya kembali dari kematian, tetapi Harry menolak. Quirrell mencoba untuk membunuhnya tetapi sentuhan Harry mencegah Quirrell untuk menyakiti Harry dan menyebabkan tangannya menjadi debu. Quirrell kemudian mencoba untuk mengambil batu itu tetapi Harry memegang wajahnya, sehingga Quirrell berubah menjadi debu dan mati. Ketika Harry mencoba untuk berdiri, roh Voldemort melewati Harry dan menjatuhkannya hingga Harry menjadi pingsan sebelum menghilang.

Harry menemukan dirinya di rumah sakit sekolah dengan Profesor Dumbledore di sisinya. Dumbledore menjelaskan bahwa batu tersebut telah dimusnahkan, dan juga memberitahukan bahwa Hermione dan Ron baik-baik saja. Quirrell terbakar ketika menyentuh Harry karena, ketika ibu Harry meninggal ketika menyelamatkannya, kematiannya memberi Harry sebuah kekuatan, yaitu kekuatan cinta untuk melindungi Harry dari Voldemort. Pada pesta akhir tahun, Dumbledore memberikan poin asrama pada menit-menit terakhir kepada Harry, Ron, Hermione, dan Neville karena keberanian dan kecerdasan mereka, sehingga Gryffindor memenangkan Piala Asrama. Sebelum Harry dan seluruh siswa berangkat meninggalkan Hogwarts untuk liburan musim panas, Harry menyadari ketika sudah saatnya pulang, bahwa Hogwarts adalah rumahnya yang sesungguhnya.

***

Budi cukup lama bercerita pake wayang, ya akhirnya selesai juga. Wayang di taruh Budi di kursi kosong. Eko memuji pertunjukkan wayangnya Budi, ya begitu juga dengan ceritanya, ya bagus. Ya keduanya, ya melanjutkan acara, ya main catur lah. 

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK