Budi dan Eko duduk di depan rumah Eko, ya sambil menikmati minum kopi dan juga makan gorengan. Keadaan, ya hujan gitu.
"Hidup manusia, ya masih berlomba-lomba dengan baik, ya setiap waktu, hari, bulan dan tahun. Tujuannya yang kaya ingin tetap kaya dan miskin ingin kaya. Semua dengan cara masing-masing. Ada yang mengikuti aturan dan ada yang tidak mengikuti aturan, ya melanggar aturan demi tujuan kaya, ya jauh dari kemiskinan," kata Budi.
"Yang paham ilmu agama, ya berjalan di jalan kebaikan, ya demi diri, keluarga dan orang lain. Ya kalau memang sudah rezekinya, ya apa yang di usahakan dengan baik....pasti kaya. Beda dengan orang-orang yang tidak paham ilmu agama, ya segala cara digunakan untuk kaya. Ya ada cerita kaya lewat jalan buruk, ya tapi di habisi tuh harta dengan cara minum beralkohol, narkoba sampai main perempuan. Kaya cerita di film atau sinetron. Kegilaan manusia gitu," kata Eko.
"Dari kegilaan manusia, ya semau-maunya tanpa aturan. Ya berdampak fatal di mana-mana," kata Budi.
"Karena telah di teliti dengan baik sama orang-orang pinter di bidang keilmuan, ya dampak dari kegilaan manusia. Maka hukum lebih tegas lagi untuk menghukum manusia yang telah melanggar aturan untuk efek jera," kata Eko.
"Hukum jadi tegas. Untuk menghukum manusia yang melakukan pelanggaran hukum," kata Budi.
"Emmmm," kata Eko.
"Kalau di pikir dengan baik. Dengan perubahan zaman sekarang karena ekonomi ini dan itu. Dampak kenaikan harga kebutuhan sehari-hari, ya dari berita Tv. Kasihan juga, ya orang miskin yang terdampak," kata Budi.
"Kita merasa kasihan. Karena kita pernah merasakan kemiskinan itu seperti apa bentuknya. Tapi kita tidak pernah kata menyerah dari keadaan, ya terus berjuang dengan baik demi hidup ini, ya berubah keadaan," kata Eko.
"Memang kita tidak pernah kata menyerah. Terus berjuang demi hidup ini. Ya nasibnya kelahiran miskin. Beda dengan orang-orang yang kelahiran kaya, ya tidak pernah rasanya penderitaan, ya tahunya ada," kata Budi.
"Kaya di uji dengan keadaan kekayaannya. Yang miskin di uji dari kemiskinannya," kata Eko.
"Hidup penuh dengan ujian hidup," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Sekedar obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Emmmm," kata Budi.
"Kalau begitu aku bercerita pake wayang, ya sekedar bercerita dengan baik!" kata Eko.
"OK. Aku jadi penonton yang baik!" kata Budi.
Eko mengambil wayang yang di taruh di kursi. Wayang di mainkan dengan baik sama Eko, ya bercerita dengan baik pula. Budi menonton pertunjukkan wayangnya Eko dengan baik lah.
Isi cerita yang di ceritakan Eko :
Segera setelah penaklukan Mongolia yang sukses atas Bagdad oleh Hulagu Khan, khalifah Hassan lolos dari penahanan, bersama dengan putranya yang masih kecil Ali, ya sementara dia bersiap untuk mengumpulkan kembali sisa-sisa pasukannya. Saat tinggal di rumah Pangeran Cassim, Ali dan putri Cassim Amara, ya takut mereka tidak akan bertemu lagi, bertunangan melalui ikatan darah.
Saat khalifah bersiap untuk pergi, Cassim menghentikannya di saat-saat terakhir. Namun, ini adalah inisiasi untuk penyergapan oleh orang-orang Mongol, kepada siapa pangeran pengecut itu telah bersumpah setia ; khalifah dan pengiringnya dibantai, dan hanya Ali yang lolos. Sendirian dan tersesat di gurun, dia menemukan lereng gunung di mana dia melihat sekelompok pengendara keluar dari gua tersembunyi. Dengan menyimpulkan kalimat pembukanya, dia memasuki gua dan menemukannya penuh dengan harta karun. Ketika 40 pencuri kembali, mereka menemukan bocah itu tertidur di tempat persembunyian mereka. Setelah mengetahui bahwa dia adalah putra khalifah, dan terkesan dengan keberanian dan tekadnya, para pencuri mengizinkannya untuk tinggal, dan pemimpin mereka, Baba Tua, mengadopsinya sebagai putranya, Ali Baba.
Sepuluh tahun kemudian, gerombolan pencuri telah menjadi kelompok pejuang perlawanan ala Robin Hood, menyerang bangsa Mongol dan memberi kepada orang-orang miskin dan tertindas mereka. Suatu hari, mereka mengetahui tentang karavan yang membawa pengantin baru untuk Khan ke Bagdad, yang tampaknya merupakan hasil kaya karena tampaknya hanya dijaga secara longgar. Namun, Ali Baba, yang sekarang sudah dewasa, curiga dan memutuskan untuk mengintai karavan terlebih dahulu, bersama dengan 'pengasuhnya' Abdullah. Pengantin wanita ternyata adalah Amara putri Cassim, yang akan dinikahkan dengan Khan untuk memperkuat posisi Cassim yang agak goyah dengan bangsa Mongol.
Sementara itu, Amara memutuskan untuk mandi di oasis, di mana Ali bertemu dengannya (namun mereka tidak saling mengenal). Mengambilnya sebagai gadis pelayan belaka dan menyamar sebagai seorang musafir, dia bertanya padanya tentang karavan, lalu lebih banyak tentang dirinya sendiri. Tapi ternyata karavan itu sebenarnya dijaga ketat ; Ali disergap dan ditangkap, sementara Abdullah nyaris lolos. Setelah mengetahui bahwa 'gadis pelayan' adalah pengantin Khan, Ali mengutuknya karena pengkhianatannya. Terluka oleh kata-katanya dan dalam kekaguman yang tumbuh untuk dia dan tujuannya, dia meminta pelayan dan pengawalnya, Jamiel, yang pahlawan memuja 40 pencuri, untuk memberi Ali air untuk perjalanan.
Di Bagdad, Ali disajikan kepada Khan, meskipun ia tidak diakui sebagai pemimpin dari 40 Pencuri, dan diikat ke tiang pancang di alun-alun istana untuk eksekusi publik pada hari berikutnya. Cassim mengunjunginya secara pribadi dan menemukan identitas asli Ali, tetapi menyimpan pengetahuan itu untuk dirinya sendiri. Segera setelah itu, para pencuri melakukan penyelamatan, tetapi Baba Tua terluka parah ; Amara, yang pergi menemui Ali untuk menjernihkan kesalahpahaman di antara mereka, diculik, dan Jamiel secara pribadi melepaskan Ali dari ikatannya. Pencuri mundur ke Gunung Sesame.
Keesokan harinya, para pencuri menangkap Jamiel, yang sedang melacak mereka. Ali mengakui dia sebagai teman, dan Jamiel, yang bersumpah setia kepada Ali Baba, ditugaskan sebagai mata-mata di istana. Tugas pertamanya adalah memberikan catatan tebusan kepada Khan : sebagai ganti pengantinnya, Hulagu Khan harus menyerahkan pengkhianat Cassim. Para pencuri melanjutkan ke rumah Cassim untuk menunggu kedatangan pengkhianat. Ketika Amara masuk ke taman, Ali mengenalinya sebagai cintanya yang hilang, dan dengan perasaan yang bangkit kembali untuknya, dia memutuskan untuk melepaskannya tanpa menunggu ayahnya. Ini awalnya membangkitkan kemarahan bandnya, tetapi mereka tetap setia padanya.
Ketika Amara kembali ke Bagdad, ayahnya mengakui identitas asli Ali kepadanya dan Khan. Hulagu Khan memutuskan untuk segera mengadakan pernikahan ; Amara menolak, tetapi melihat ayahnya disiksa (sebenarnya, sebuah tipu muslihat) memaksanya untuk menyerah. Jamiel membawa berita itu kepada Ali, yang memutuskan untuk membebaskan cintanya. Untuk mencapai istana tanpa diketahui, ia menyusun rencana untuk menyamar sebagai pedagang dari Basra yang membawa empat puluh guci besar minyak sebagai hadiah pernikahan. Jamiel kembali ke istana untuk menyampaikan rencananya kepada Amara, tetapi mereka menangkap salah satu pelayannya yang menguping. Gadis itu kemudian menyampaikan berita itu kepada Cassim dan Khan, yang memutuskan untuk menyambut Ali dengan cara yang pantas.
Di hari pernikahan, Ali memang muncul sebagai pedagang dan diterima sebagai tamu. Selama jeda, penari pedang muncul, yang pertama kali melakukan rutinitas mereka dan kemudian tiba-tiba memasukkan senjata mereka melalui penutup topples, ya tetapi toples hanya berisi pasir. Setelah mengetahui rencana awal yang terungkap, Ali memutuskan untuk membuat beberapa perubahan : sebagian besar pencuri datang dengan menyamar di antara kerumunan ; beberapa lainnya disembunyikan di dalam stoples yang tidak dibawa ke hadapan Khan.
Hulagu Khan membunuh Cassim karena kegagalannya dan mengumumkan eksekusi Ali, tetapi kemudian Jamiel membuka pemberontakan dengan mengirim penjaga Ali dengan pisau lemparnya. Sementara pencuri menyerang penjaga istana, dia dan Amara membuka gerbang untuk massa, yang menyerbu masuk dan mengalahkan bangsa Mongol. Hulagu Khan dibunuh oleh Abdullah saat bersiap untuk menghabisi Ali, dan sebagai tanda kemenangan Jamiel mengibarkan bendera Arab di atas menara tertinggi istana.
***
Eko cukup lama bercerita pake wayang, ya akhirnya selesai juga. Ya wayang di taruh Eko di kursi kosong. Budi memuji pertunjukan wayangnya Eko dengan baik lah.
"Kadang di pikir dengan baik. Dari pada jadi buruh di perusahaan. Ya jadi petani, ya tapi sayang aku tidak punya tanah untuk di garap untuk pertanian. Ya tinggal di kota," kata Budi.
"Keinginan Budi. Jadi petani?" kata Eko.
"Ya begitu lah!" kata Budi.
"Memang aku dan Budi tinggal di kota, ya mengikuti perubahan kota. Kalau punya lahan, ya aku juga setuju dengan Budi, ya jadi petani," kata Eko.
"Harga tanah, ya mahal bagi kita yang berusaha dari miskin untuk jadi mampu," kata Budi.
"Apa lagi rumah, ya kan Budi?" kata Eko.
"Rumah juga mahal," kata Budi.
"Yang lahir kaya, ya bisa beli tanah dan rumah. Keinginan bisa di dapatkan dengan mudah banget," kata Eko.
"Memang kelahiran kaya bisa beli ini dan itu," kata Budi.
"Emmmm," kata Eko.
"Sampai-sampai yang kaya, ya bisa mendapatkan cewek kaya, ya kelas artis pun di dapatkan," kata Budi.
"Nama juga orang kaya," kata Eko.
Eko dan Budi, ya melanjutkan acara main catur lah.
No comments:
Post a Comment