Eko dan Budi, ya duduk di depan rumah Eko, ya sambil menikmati minum teh dan makan kue, ya kali ini kuenya buatan Purnama, ya kue bolu. Purnama, ya cewek yang pinter, kreatif dan akhlaknya baik, ya bisa menyenangkan cowok yang di sukai, ya Eko dengan cara membuat kue saja sudah cukup. Eko dan Budi, ya menikmati kue buatan Purnama yang enak.
"Hari minggu. Biasa saja. Tv acara film anak-anak. Ya sekedar obrolan lulusan SMA," kata Budi.
"Kalau acara Tv sih. Acara anak-anak, ya film, ya masih di tayangkan dengan baik. Acara juga bagus-bagus," kata Eko.
"Teringat masa anak-anak. Ya tiap hari minggu. Ya nonton acara kartun di Tv, ya acara kartunnya bagus-bagus," kata Budi.
"Masa anak-anak bermain dan bergembira. Ya menonton acara Tv yang di sukai dengan baik," kata Eko.
"Emmmm," kata Budi.
"Ya kalau begitu. Aku yang bercerita pake wayang!" kata Eko.
"Ya. Aku jadi penonton yang baik!" kata Budi.
Eko mengambil wayang yang di taruh kursi. Wayang di mainkan dengan baik sama Eko, ya bercerita dengan baik pula lah. Budi menonton pertunjukkan wayangnya Eko, ya dengan baik lah.
Isi cerita yang di ceritakan Eko :
Di St. Petersburg, Florida, Mary Adler yang berusia enam tahun tinggal bersama paman dan wali de factonya, Frank. Sahabatnya adalah tetangganya yang berusia 43 tahun, Roberta Taylor. Pada hari pertamanya di kelas satu, ya dia menunjukkan bakat matematika yang luar biasa, yang mengesankan gurunya, Bonnie Stevenson.
Di sana, terlepas dari penghinaan awalnya untuk anak-anak rata-rata seusianya dan kebosanannya dengan pekerjaan kelas mereka, Mary mulai terikat dengan mereka ketika dia membawa kucing bermata satu, Fred, untuk pertunjukan dan cerita. Kemudian, dia membela teman sekelasnya dari seorang pengganggu di bus sekolah dengan memukul wajah si pengganggu. Setelah kejadian itu, kepala sekolah mendorong Frank untuk mengirim Mary ke sekolah swasta untuk anak-anak berbakat, menawarkan kesempatan beasiswa. Namun, Frank menolaknya. Berdasarkan pengalaman keluarganya dengan sekolah serupa, dia takut dia tidak akan memiliki kesempatan di masa kecil yang "normal".
Tampaknya ibu Mary, Diane, telah menjadi ahli matematika yang menjanjikan, didedikasikan untuk masalah Navier Stokes (salah masalah hadiah milenium yang belum terpecahkan) sebelum mengambil nyawanya sendiri ketika Mary berusia enam bulan. Dia telah tinggal bersama Frank, seorang mantan profesor perguruan tinggi yang menjadi tukang reparasi kapal, sejak itu.
Kepala sekolah menghubungi ibu Frank yang terasing dan nenek dari pihak ibu Mary, Evelyn, yang berusaha mendapatkan hak asuh Mary dan memindahkannya ke Massachusetts. Evelyn percaya bahwa dia adalah keajaiban matematika "satu-dalam-miliar" yang harus diajari secara khusus dalam persiapan untuk kehidupan yang dikhususkan untuk matematika, seperti halnya Diane. Namun, Frank bersikeras bahwa saudara perempuannya ingin Mary bersekolah di sekolah umum yang normal dan memiliki masa kanak-kanak yang tidak dia miliki.
Di pengadilan, Frank berpendapat bahwa pengasuhan Evelyn membuat Diane kehilangan kehidupan normal; Evelyn telah mengusir seorang anak laki-laki yang Diane cintai, saat itulah dia pertama kali mencoba bunuh diri. Evelyn berpendapat bahwa Frank tidak dalam posisi untuk menjadi wali, bekerja pekerjaan bergaji rendah tanpa asuransi kesehatan. Khawatir hakim akan memutuskan melawan dia dan dia akan kehilangan Mary sepenuhnya, Frank menerima kompromi yang ditengahi oleh pengacaranya yang melihat Mary ditempatkan di panti asuhan dan menghadiri sekolah swasta tempat Evelyn ingin mendaftarkannya. Orang tua asuh tinggal 25 menit dari rumah Frank, dia berhak atas jadwal kunjungan, dan Mary akan dapat memutuskan di mana dia ingin tinggal setelah ulang tahunnya yang ke-12.
Mary hancur karena ditempatkan di panti asuhan, dan ayah angkatnya mengatakan dia menolak untuk melihat Frank. Ketika Bonnie melihat foto Fred untuk diadopsi, dia memberi tahu Frank. Dia mengambil kucing dari pon dan, belajar bahwa Fred dibawa karena masalah alergi, menyadari bahwa Evelyn, yang alergi terhadap kucing, mengawasi pendidikan Mary di wisma rumah asuh Mary.
Frank kemudian mengungkapkan kepada Evelyn, yang telah menjadi ahli matematika sendiri, bahwa Diane telah memecahkan masalah Navier-Stokes tetapi menetapkan bahwa solusi itu harus ditahan sampai kematian Evelyn. Mengetahui bahwa itu berarti segalanya baginya untuk melihat Diane memecahkan masalah, dia menawarkan dia kesempatan untuk menerbitkan karya Diane jika dia menolak keberatan dia memiliki hak asuh atas Mary. Evelyn setuju. Ya akhirnya dengan Mary kembali dalam tahanan Frank, kembali ke sekolah umum dan bersosialisasi dengan anak-anak seusianya sambil mengambil kursus tingkat perguruan tinggi.
***
Eko cukup lama bercerita pake wayang, ya akhirnya selesai. Budi memuji pertunjukkan wayangnya Eko, ya begitu juga dengan ceritanya bagus gitu. Eko menaruh wayang di kursi kosong.
"Main catur!" kata Budi.
"OK. Main catur!" kata Eko.
Eko mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja papan catur. Eko dan Budi menyusun bidak catur di atas papan catur.
"Manusia tetap berlomba-lomba jadi pemimpin. Ya berita di Tv," kata Budi.
"Manusia yang mampu dengan ilmu dan harta, ya berusaha sebaik mungkin jadi pemimpin," kata Eko.
"Seperti pemain catur, ya peperangannya untuk jadi pemimpin. Pion saja punya andil untuk menunjukkan pemimpin mampu memimpin atau tidak," kata Budi.
"Pion itu...rakyat kecil. Pion yang punya kemampuan dari ilmunya bisa menjadi pemimpin, ya bisa jadi benteng, kuda, peluncur, ster dan luar biasa jadi raja," Kara Eko.
"Permainan," kata Budi.
"Emmmm," kata Eko
"Generasi seperti anak-anak, ya harus di didik dengan baik dengan tujuan meraih mimpi jadi kenyataannya. Menjadi pemimpin di negeri ini, ya harus karena negeri ini harus di wariskan pada generasi ke generasi dengan baik. Kalau itu tidak berjalan dengan baik, ya hancur karena tidak bisa mempertahankan apa yang telah di bangun oleh pemimpin terdahulu," Kara Budi.
"Anak-anak harus di bentuk akhlaknya dengan baik ilmu agama," kata Eko.
"Emmmm," kata Budi.
Budi dan Eko main catur dengan baik lah.
No comments:
Post a Comment