Eko dan Budi, ya duduk di teras mesjid setelah sholat dzuhur. Kewajiban sebagai umat Islam, ya ibadah, ya sholat untuk menyembah kepada Tuhan Yang Menciptakan Langit Seisinya. Eko dan Budi menjalankan dengan baik, ya ibadah, ya sholat sampai puasa karena umat Islam. Ya bagi umat agama lain, ya menyembah Tuhan dengan tata cara ajarannya masing-masing berdasarkan keyakinan dari manusia yang meyakini ajaran agama. Hidup ini, ya tetap sama, ya masih ada perselisihan tentang agama karena antara orang pinter dan juga orang bodoh. Perselisihan seperti cerewetnya Ibu-Ibu, ya ngobrol ini dan itu dari urusan rumah tangga sampai hal apa pun.
"Hidup di nikmati dengan baik. Kesederhanaan," kata Budi.
"Kesederhanaan itu lebih baik. Kalau ke masa lalu, ya masa orang-orang dulu banget, ya banyak orang-orang menjalankan hidup ini dengan penuh kesederhanaan. Sedangkan masa sekarang, ya lebih banyak menikmati hidup ini, ya pilihan lah. Ada yang kesederhanaan, ya ada yang bermewah-mewahan karena di pengaruhi kemampuan ekonomi mampu, ya kaya," kata Eko.
"Bagi kita dasar kelahiran miskin dan berusaha mampu. Ya tetap menikmati hidup dengan kesederhanaan," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Sejarah manusia ada kejujuran ada juga kebohongan, ya kan Eko?" kata Budi.
"Ya memang isinya dunia ini. Antara jujur dan bohong," kata Eko.
"Untuk mengetahui kebenaran masa lalu gimana ya?" kata Budi.
"Ya dengan proses penelitian ini dan itu. Atau dengan cara mendengarkan Roh. Ya Roh menceritakan semuanya tentang ini dan itu, ya sampai seluruh kitab ajaran agama yang di yakini manusia," kata Eko.
"Penelitian ini dan itu, ya itu sih tingkat Universitas. Sedangkan mendengarkan Roh, ya itu sih manusia yang melampaui batasan manusia," kata Budi.
"Emmmm," kata Eko.
Eko dan Budi beranjak dari duduknya di teras mesjid.
"Lebih asik ngobrol di rumah!" kata Budi.
"Ayo. Ke rumah Budi!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Budi dan Eko pun berjalan menuju rumah Budi lah.
"Bagi yang punya uang, ya kaya. Pasti mengikuti perubahan yang ada. Ya beli motor dengan tenaga listrik, ya motor listrik atau mobil listrik," kata Budi.
"Ya nama juga orang kaya. Lebih dulu menikmati hidup ini, ya perkembangan teknologi ini dan itu. Sedangkan orang miskin, ya masih berkutat dengan keadaan kemiskinannya. Ya kalau tidak di usahakan dengan baik mendapatkan rezeki, ya tidak bisa makan orang miskin," kata Eko.
"Orang miskin masih terus berjuang demi hidup ini. Ya bisa makan gitu," kata Budi.
"Maka itu. Manusia berlomba-lomba dengan segala kepintaraan, ya dengan tujuannya kaya dan kaya. Tidak mau miskin. Karena miskin itu susah banget, ya sampai puasa atau tidak makan," kata Eko.
"Orang kaya yang dermawan, ya pasti membagikan sedikit rezekinya pada orang miskin, ya tujuannya menolong orang miskin yang kesusahan hidup," kata Budi.
"Orang kaya dermawan. Contohnya : berita di Tv saja," kata Eko.
"Seperti BLT. Program pemerintahan untuk menolong orang miskin," kata Budi.
"Tepat banget BLT, ya menolong orang miskin," kata Eko.
Eko dan Budi, ya sampai di rumah Budi. Keduanya duduk di teras depan rumah Budi.
"Ya urusan cinta. Dia ku cintai. Ternyata harus pergi untuk selamanya," kata Budi.
"Dia ku cintai. Ternyata harus pergi untuk selamanya. Ini urusan cewek, kerabat atau binatang?" kata Eko.
"Ya urusan cewek lah!" kata Budi.
"Cewek toh. Padahal kan Budi jomlo," kata Eko.
"Ya memang aku jomlo. Cuma sekedar obrolan lulusan SMA saja!" kata Budi.
"OK. Sekedar obrolan lulusan SMA saja. Ya kisah cinta. Tentang ceweknya pergi untuk selamanya. Ya ikhlas saja, ya kontrak hidupnya sudah selesai. Tuhan yang memutuskan Takdir manusia, ya hidup dan mati," kata Eko.
"Kenangan manis itu susah untuk di lupakan," kata Budi
"Kenangan manis, ya pelan-pelan saja untuk di lupakan. Ya ketika dapat cinta yang baru, ya jalankan dengan baik. Masih hidup ini, ya masih merasakan cinta," kata Eko.
"Benar lah omongan Eko!" kata Budi.
"Emmmm," kata Eko.
"Kalau begitu. Aku bercerita pake wayang saja. Ya sekedar cerita lah!" kata Budi.
"Ya aku jadi penonton yang baik!" kata Eko.
Budi mengambil wayang yang di taruh di kursi. Wayang di mainkan dengan baik sama Budi, ya bercerita dengan baik lah. Eko menonton pertunjukkan wayang Budi dengan baik lah.
Isi cerita yang ceritakan Budi :
Pada hari ulang tahunnya, Putri Annika membuat khawatir orang tuanya dengan pergi ke luar untuk bermain seluncur es tanpa izin, dan membawa pulang seekor anak beruang kutub yang "mungkin berbahaya" bernama Shiver. Akibatnya, Raja dan Ratu yang terlalu protektif melarangnya bermain skating lagi.
Kesal, Annika menyelinap keluar untuk mengikuti festival skating di desa malam itu. Seorang penyihir kuat bernama Wenlock muncul, dan memerintahkan sang putri untuk menikah dengannya. Raja dan Ratu tiba dan menghadapi Wenlock, tetapi dia tertawa dan secara samar mengingatkan raja dan ratu tentang nasib "putri lain" mereka. Ketika Annika menolak lamarannya, Wenlock membantu seluruh penduduk desa, termasuk orang tua Annika. Annika diselamatkan oleh seekor kuda bersayap bernama Brietta, tetapi Wenlock memperingatkannya bahwa dia memiliki tiga hari untuk menikah dengannya ; jika tidak, mantra akan menjadi permanen.
Brietta membawa Annika ke Kerajaan Awan, yang diperintah oleh Ratu Rayla. Annika menemukan bahwa "putri lain" orang tuanya sebenarnya adalah Brietta, yang diubah menjadi pegasus oleh Wenlock ketika dia menolak untuk menikah dengannya. Ini menjelaskan mengapa orang tua mereka begitu protektif terhadap Annika begitu dia lahir. Ratu Awan memberi tahu Annika bahwa satu-satunya hal yang dapat mengalahkan Wenlock adalah "Tongkat Cahaya" ; dibangun dari ukuran keberanian, cincin cinta, dan permata es yang diterangi api abadi harapan. Meskipun keengganan Brietta karena upaya yang gagal di masa lalu, Annika meyakinkannya bahwa mereka dapat membuat tongkat bersama.
Annika, Brietta, dan Shiver melakukan perjalanan ke Hutan Terlarang, di mana mereka bertemu Aidan, seorang pandai besi. Saat Shiver jatuh ke panci rebusan raksasa, Annika menggunakan pita rambutnya untuk membantu mereka melarikan diri. Pita, tinggi persis Annika, adalah "ukuran keberanian", dan berubah menjadi tongkat untuk Tongkat Cahaya. Setelah mendapatkan peta dari penjual permata Ferris, kelompok tersebut menemukan sebuah gua besar yang penuh dengan permata es, di mana Annika dan Aidan masing-masing mengambil satu. Aidan mengungkapkan bahwa dia melarikan diri dari orang tuanya setelah dia kehilangan semua uang perjudian mereka. Dia mengambil permata ekstra untuk dibawa ke orang tuanya, sehingga mereka akan memaafkannya. Brietta menawarkan tiaranya untuk cincin cinta. Dengan ketiga objek tersebut, Aidan membuat "Tongkat Cahaya" dan Annika menggunakannya untuk mengubah Brietta kembali menjadi manusia.
Dalam perjalanan kembali ke Kerajaan Awan, Annika dan Brietta dikejar oleh Wenlock, dan Brietta pingsan dalam pengejaran. Marah, Annika memerintahkan tongkat untuk menghancurkan Wenlock, tetapi tidak berhasil. Tanpa pilihan lain, dia menyerah dan akhirnya setuju untuk menikah dengannya. Wenlock menolak, menyebutnya menyebalkan, sama seperti mantan istrinya, semua sekarang dikutuk menjadi troll. Dia mengambil tongkatnya, dan mengubur Annika dalam longsoran salju.
Aidan membantu menggali Annika. Setelah dia sembuh, kelompok itu menyelinap ke istana Wenlock. Annika menemukan tongkat itu, tetapi tongkat itu rusak dan permata itu pecah dan jatuh ke laut. Aidan menawarkan permatanya sebagai pengganti ; menyadari bahwa tongkat tidak dapat digunakan untuk membalas dendam, Annika mematahkan semua mantra Wenlock demi cinta keluarga dan rakyatnya. Wenlock dilucuti dari kekuatannya, mantan istrinya dikembalikan ke bentuk aslinya, dan mantra di kerajaan Annika rusak. Annika dan Brietta dipertemukan kembali dengan orang tua mereka, sementara Aidan berdamai dengan ayahnya. Di Kerajaan Awan, Annika dan Aidan berseluncur bersama, sementara Ratu Awan mengangkat tongkat ke langit untuk menjadi bintang.
***
Budi cukup lama bercerita pake wayang, ya akhirnya selesai juga gitu. Ya wayang di taruh Budi di kursi kosong. Eko memuji pertunjukkan wayangnya Budi, ya begitu juga dengan cerita bagus, ya cerita Barbie gitu. Ya keduanya melanjutkan acara main catur lah dengan baik lah.
No comments:
Post a Comment