CAMPUR ADUK

Saturday, July 2, 2022

LASKAR PELANGI

Budi duduk di depan rumahnya, sedang main gitar dan juga menyanyi lah. Lagu yang dinyanyikan Budi dengan judul 'Kasih Ibu'. 

Lirik lagu yang dinyanyikan Budi :

Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia
Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia
Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia
Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia
Bagai sang surya menyinari dunia
Bagai sang surya menyinari dunia

***
Selesai Budi bernyanyi. Ya Eko dateng ke rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik. Eko membawa kresek plastik yang berisi gorengan dan kopi botolan dan di taruh di meja, ya Eko duduk dengan baik lah.

"Budi dari tadi lagi asik main gitar dan bernyanyi, ya Budi?" kata Eko.

"Ya begitulah Eko. Tapi sekarang udah selesai gitu," kata Budi.

Budi menaruh gitar di kursi kosong. 

"Ooooo udah selesai toh main gitar dan nyanyinya," kata Eko. 

Eko mengambil bakwan goreng di dalam plastik, ya di makan dengan baik lah. 

"Emmmm enak Budi. Gorengan yang aku beli," kata Eko. 

Ya Budi mengambil bakwan di plastik, ya di makan dengan baik bakwan goreng gitu. 

"Enak gorengan ini," kata Budi. 

"Yang masak gorengannya pinter, jadi gorengan rasanya enak gitu," kata Eko, ya memuji gitu. 

"Ngomong-ngomong berita Tv tentang minyak goreng tetap di beritakan dengan baik," kata Budi. 

"Nama juga berita di Tv. Memberitakan dari pokok masalah kecil sampai besar," kata Eko. 

Eko selesai makan satu buah gorengan, ya mengambil kopi botolan di dalam plastik dan di bukalah kopi botolan tersebut dan di minum dengan baik sama Eko. 

"Emang nama juga berita di Tv," kata Budi. 

Budi selesai makan satu buah bakwan goreng, ya mengambil lagi bakwan goreng di plastik dan di makan dengan baiklah bakwan goreng lah. Eko menaruh kopi botolan di meja. 

"Acara Tv, ya hiburan untuk orang-orang yang menonton di rumah. Karena yang menonton Tv, ya menyukai acara tersebut lah. Contohnya : Si Bolang saja. Cerita petualangan anak-anak negeri," kata Eko. 

"Memang cerita anak-anak negeri, ya menarik. Seperti kita kembali ke masa anak-anak yang kerjaan bermain ke sana ke sini dan juga kreatif membuat mainan ini dan itu," kata Budi. 

Budi selesai makan bakwan gorengnya, ya mengambil kopi botolan di plastik, ya di buka dengan baik kopi botolan dan di minum dengan baik sama Budi. 

"Masa anak-anak. Bermain dan bergembira dengan teman-teman baik. Ya sampai sekarang kita tetap berteman dengan baik, ya kan Budi?" kata Eko. 

Budi menaruh kopi botolan di meja. 

"Ya memang kita berteman baik sampai sekarang," kata Budi. 

"Kalau begitu. Aku mau bercerita pake wayang yang di buat Budi dari kardus bekas, ya kreatif, ya cerita anak!" kata Eko. 

"Kalau begitu, ya aku ambil dulu wayangnya. Ya wayang di taruh di meja ruang tamu," kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

Budi mengambil wayang yang di taruh di meja di ruang tamu. Setelah wayang di ambil, ya di berikan sama Eko lah. 

"Wayangnya Eko!" kata Budi. 

"Iya," kata Eko. 

Ya Eko mengambil wayang dari tangan Budi. 

"Kalau begitu aku mulai ceritanya dan main wayangnya!" kata Eko. 

"Aku jadi penonton yang baik, ya nonton pertunjukan wayang yang di mainkan Eko dengan baik!" kata Budi. 

Eko main wayang dengan baik banget, ya begitu juga dengan cerita yang di ceritakan Ekolah. Budi benar-benar jadi penonton yang baik. 

Isi cerita yang ceritakan Eko :

Belitung dikenal dengan kekayaan timahnya, ya menjadikannya salah satu pulau terkaya di Indonesia meskipun birokrasi membuat penduduk asli tidak menikmatinya, ya membuat sebagian besar dari mereka miskin dan beberapa menganggur, ya kebanyakan laki-laki akhirnya bekerja di perusahaan timah milik negara PN Timah. Anak-anak dari rumah tangga miskin distereotipkan sebagai tidak memiliki masa depan yang akan berakhir bekerja di sana.

Pada tahun 1974, SD Muhammadiyah Gantong yang diasuh oleh Bu Muslimah, Pak Harfan, dan Pak Bakri, menunggu sepuluh siswa sesuai ketentuan undang-undang. Sekolahnya kecil dan miskin, sehingga lama tidak memiliki murid. Siswa pertama adalah Lintang, seorang anak laki-laki yang tinggal di daerah pesisir yang ayahnya seorang nelayan, ya meninggalkannya tanpa sekolah. Segera, lebih banyak yang bergabung: Ikal, Mahar, Sahara, A Kiong, Borek, Kucai, Syahdan, dan Trapan. Dengan hanya sembilan siswa, sekolah kehilangan harapan, sampai siswa kesepuluh, Harun tiba. Lima tahun kemudian, para siswa telah membentuk ikatan yang kuat. Suatu hari, mereka melihat pelangi terbentuk, dan Muslimah menjuluki siswa "Laskar Pelangi" ("Pasukan Pelangi"). Melalui Islam Sesi ini, Harfan mengajari mereka berbagai pelajaran tentang ketekunan dan kerendahan hati. Zulkarnaen, asisten Muhammadiyah, meragukan warisan itu setelah siswa lulus kelas enam, tetapi Harfan bersikeras, menyatakan bahwa itu adalah satu-satunya sekolah di sekitar yang tidak memprioritaskan nilai, ya sekolah tersebut menunjukkan tingkat keberhasilan yang lebih pada siswa.

Pak Mahmud, seorang guru di SD PN Timah, memiliki cinta yang tak terbalas kepada Muslimah dan sering memintanya untuk bergabung dengan sekolahnya sambil meremehkan sekolahnya; Muslimah selalu menolak hal ini. Namun diatur bahwa Muhammadiyah memiliki ujian akhir di SD PN. Pada liburan berikutnya, anak-anak bertemu Flo, seorang siswa SD PN yang memberikan Mahar salah satu koleksi National Geografic miliknya yang menampilkan suku Asmat. Mahar yang ahli dalam seni ditugaskan oleh Muslimah untuk membentuk ide untuk Hari Kemerdekaan karnaval, dan dia mengusulkan tarian ala Asmat. Mereka awalnya ditertawakan, tetapi kemudian bertepuk tangan dan dinyatakan sebagai pemenang. Flo, dengan apresiasi tematik terhadap tarian mereka, memutuskan untuk bergabung dengan Muhammadiyah. Sejak saat itu, nilai siswa mulai menurun. Sementara itu, Bakri mengungkapkan kepada Muslimah dan Harfan bahwa dirinya menerima tawaran mengajar di SD Negeri Bangka. Ketika mereka menghadapinya, dia meremehkan sekolah; Muslimah dan Harfan menganggap ini sebagai motivasi yang baik untuk bekerja lebih keras.

Muslimah mengamati wajah Harfan yang pucat. Istrinya mengungkapkan kepadanya bahwa dia menolak untuk mengikuti nasihatnya. Beberapa hari kemudian, ya Muslimah menemukannya tewas di mejanya. Berduka, dia tidak mengajar selama lima hari, ya tanpa pemberitahuan. Meski begitu, ya para siswa terus belajar sendiri dan terus mendorong satu sama lain untuk belajar, ya menghangatkan hati Muslimah dan membawanya kembali mengajar. Beberapa waktu kemudian, turnamen skolastik Gantong diumumkan. Untuk Muhammadiyah, Mahar, Ikal, dan Lintang ikut serta. Berkat kemampuan berhitung Lintang, mereka menang. Selama hari turnamen, bagaimanapun, ayahnya pergi memancing dadakan, dan meninggal saat melakukannya. Karena harus menjaga kedua saudaranya, dia dengan enggan mengumumkan untuk tidak bersekolah lagi, dan mengucapkan selamat tinggal untuk terakhir kalinya.

Pada tahun 1999, Belitung, yang sangat bergantung pada industri timah mereka, sangat terpengaruh oleh krisis timah tahun 1980 dan PN Timah kemudian bangkrut. Ikal berkunjung ke rumahnya dan bertemu dengan Lintang yang kini sudah memiliki istri dan anak yang cerdas. Ikal mengungkapkan bahwa ia menerima beasiswa di Sorbone, Paris, kota impian masa kecilnya, terinspirasi oleh ilustrasi yang diberikan oleh mantan kekasih A Ling, yang merupakan sepupu A Kiong. Terungkap pula Mahar yang kini menjadi novelis. Kemudian di Sorbonne, Ikal mengirimkan surat kepada Lintang dengan ilustrasi Menara Eiffel, ya dia menunjukkannya kepada putrinya untuk memotivasinya.

***

Eko selesai main wayangnya cukup lama dan akhirnya selesai. Budi memuji pertunjukkan wayang Eko dan juga ceritanya karena memang ceritanya populer banget gitu. Eko menaruh wayang di kursi kosong. Jadi acara selanjutnya, ya biasa keduanya main catur. 

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK