Tidaklah heran jika keduanya selalu bersaing untuk menjadi yang terbaik di mata Sang Raja. Berbeda dengan kedua kakaknya, Juan tumbuh menjadi anak muda yang cenderung pemalu dan kurang percaya diri. Ia selalu merasa bahwa dirinya selalu kalah jika bersaing dengan kedua kakaknya. Maka sangatlah wajar jika kedua kakaknya sering meremehkan Juan. Suatu hari Sang Raja mengajak ketiganya untuk ikut berburu ke hutan. Dengan penuh rasa percaya diri Pedro dan Pablo mengambil perlengkapan mereka. Mereka berangkat ke hutan diikuti oleh Juan yang berjalan paling belakang. Raja memerintahkan ketiganya untuk membawa binatang hasil buruan mereka sebanyak-banyaknya.
Mereka segera berpencar. Setelah menunggu agak lama, satu per satu mereka kembali membawa hasil tangkapannya. Pedro dan Pablo masing-masing membawa rusa dan kelinci. Juan kembali setelah keduanya. Ia hanya membawa seekor burung ke hadapan Sang Raja. Pedro dan Pablo pun menertawakannya. Setelah kejadian tersebut Juan merasa semakin rendah diri. Di antara kedua kakaknya, ia merasa menjadi anak yang paling bodoh. Apalagi kedua kakaknya selalu menertawakan setiap kali ia melakukan kesalahan. Juan semakin merasa tidak percaya diri. Ia tidak habis pikir mengapa ia tidak sepintar kedua kakaknya. Raja merasa sudah saatnya untuk menentukan siapa pewaris tahta kerajaan selanjutnya yang akan memimpin kerajaan. Ia memberikan tugas kepada ketiga puteranya untuk mengetahui siapa yang pantas menjadi penggantinya di antara ketiganya. Pedro, Pablo, dan Juan dipanggil menghadap Sang Raja. Ujian pertama dimulai.
“Aku akan memberikan tugas kepada kalian. Kalian harus menemukan seorang calon istri di luar sana. Siapa yang menemukan istri yang paling cantik ialah yang akan menjadi pemenang dan mempunyai kemungkinan untuk mewarisi tahta sebagai raja selanjutnya.”
Raja pun memberikan sejumlah uang sebagai bekal untuk melakukan tugas itu. Selain itu ketiganya masing-masing diberi seekor kuda yang bisa mereka pilih sendiri. Merasa sangat bersemangat, Pedro dan Pablo segera meninggalkan ruangan untuk memilih kuda yang paling kuat. Sedangkan Juan, ia tidak tergesa-gesa meninggalkan Sang Raja. Ia mengucapkan terima kasih kepada ayahnya sebelum melaksanakan perintah. Setelah itu ia baru keluar untuk memilih kuda. Juan tidak mempunyai pilihan lain selain memilih kuda yang disisakan oleh kedua kakaknya. Di kandang kuda tersebut tinggal seekor kuda tua yang terlihat sangat tidak bertenaga.
Juan pun segera membawa kuda tersebut untuk melaksanakan perintah Sang Raja. Juan tidak tahu ke mana ia harus mencari seorang istri. Ia hanya terus menaiki kudanya tanpa mengetahui tujuannya. Di tengah perjalanan, kuda yang terlihat sangat letih itu berhenti. Rupanya kuda itu sudah tidak kuat lagi melanjutkan perjalanan. Juan turun dari kuda. Ia tidak bisa memaksakan kuda itu untuk melanjutkan perjalanan. Kini ia hanya bisa bersedih. Ia berpikir bahwa ia pasti telah gagal untuk melanjutkan tugasnya. Di saat ia termenung, muncul seekor katak dari tepi sungai.
“Hei, Anak Muda! Mengapa wajahmu terlihat sangat murung?”
Melihat Juan dengan air muka yang sangat sedih katak itu mendekatinya. Juan segera menceritakan situasi yang ia hadapi. Ia mengatakan kepada katak itu bahwa ia sedang menjalankan tugas dari Sang Raja.
“Tenanglah! Aku akan membantumu. Kamu tidurlah di bawah pohon itu dan tunggulah selama satu jam. Aku akan kembali membawakanmu seorang istri,” kata Katak.
Juan pun menuruti perkataan katak itu. Ia pergi untuk tidur di bawah pohon dan membiarkan kudanya yang sangat lelah beristirahat. Satu jam kemudian ia terbangun oleh suara Katak yang membangunkannya.
“Pulanglah kepada ayahmu dan katakan padanya bahwa kamu telah menemukan seorang istri.”
Masih dengan muka yang sangat bingung Juan menuruti perintahnya. Ia membawa kudanya pulang ke istana. Di istana, Sang Raja telah menunggunya. Kedua kakaknya telah berkumpul di ruangan ayah mereka.
“Bagaimana, Juan? Apakah kamu sudah menemukannya?” Pedro, kakak tertuanya, bertanya dengan senyum yang bernada merendahkan Juan.
“Ayah, sa... saya sudah menemukannya,” kata Juan sambil terbata-bata.
Pedro dan Pablo ternyata telah terlebih dahulu mengaku telah menemukan calon istri. Juan pun mengatakan hal yang sama meskipun ia tidak yakin dengan perkataan katak yang ditemuinya. Ia tidak begitu percaya pada katak itu karena tadi dilihatnya katak itu tidak membawa satu orang pun gadis bersamanya. Namun karena tidak mau lagi menjadi bahan tertawaan kedua kakaknya, Juan pun mengaku bahwa ia telah menemukan seorang gadis sebagai calon istrinya. Hari berikutnya Sang Raja kembali memanggil ketiganya. Pedro, Pablo, dan Juan kembali berkumpul di ruangan raja. Ia memberikan masing-masing anaknya selembar kain.
“Berikan kain ini pada calon istri kalian dan mintalah ia untuk membordir kain ini! Siapa pun yang membordir paling bagus maka ialah yang menjadi pemenangnya.”
Pedro dan Pablo segera pergi dengan sangat bersemangat. Juan menyusul di belakang mereka. Ia semakin sedih karena sebentar lagi pasti kebohongannya akan terbongkar. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana kedua kakanya akan menertawakannya jika kebohongannya kali ini tekuak. Juan pergi bersama kuda tuanya. Kali ini ia tidak menaikinya. Kuda itu berjalan bersama Juan. Mereka pun sampai di tepi sungai tempat katak itu muncul kemarin. Juan terduduk lemas di bawah pohon. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Namun tiba-tiba Si Katak muncul dari dalam sungai.
“Apakah kamu sedang melakukan tugas dari Raja?” Si Katak bertanya kepada Juan.
Ia sepertinya tahu bahwa Juan dalam kesulitan. Juan segera menceritakan apa yang telah terjadi. Ia menunjukkan kain yang dibawanya pada Si Katak.
“Tunggulah selama dua jam. Aku akan kembali,” kata Si Katak kemudian pergi meninggalkan Juan.
Setelah dua jam tertidur, Juan terbangun oleh suara katak itu. Ia memberikan kepada Juan kain yang tadi ia bawa. Kini kain itu berubah menjadi sebuah kain dengan bordir yang sangat indah. Juan berterima kasih kepada Si Katak dan segera kembali ke istana. Seperti biasa, Juan menjadi yang terakhir sampai. Dilihatnya Pedro dan Pablo dengan muka berseri-seri telah menunggunya di ruangan Sang Raja. Juan segera memberikan kainnya pada Sang Raja. Setelah melihat kain Juan, Sang Raja sangat terkesima dengan bordiran pada kain tersebut. Ia belum pernah melihat bordiran yang secantik itu.
Sang Raja kembali mengumumkan kepada ketiga anaknya tentang tugas mereka selanjutnya. Ia mengatakan kepada ketiganya bahwa kemampuan memasak calon istri mereka pun harus diuji. Sang Raja memerintahkan agar calon istri mereka memasak masing-masing sebuah masakan dari seekor sapi. Semua masakan harus dibawa ke istana untuk makan malam. Keesokan harinya, ketiganya pun berangkat melaksanakan tugas dari Sang Raja. Juan segera pergi menemui Si Katak dan bercerita tentang tugasnya kali ini. Si Katak pun memerintahkan kepada Juan untuk menunggunya selama beberapa jam dan akan kembali dengan masakan yang paling lezat. Selama menunggu Si Katak, Juan mencari makan untuk kudanya. Tak lama, Si Katak telah kembali. Kali ini Juan merasa lebih tidak yakin dibanding sebelum-sebelumnya. Katak itu membawakan seekor anak sapi yang dibakar.
“Pukullah kedua tanduknya sebelum kamu menghidangkannya!”
Tanpa mengatakan sesuatu lagi, Si Katak segera pergi meninggalkan Juan yang masih terlihat kebingungan. Ia tidak menyangka jika katak itu membawakannya seekor sapi utuh yang dipanggang. Namun, Juan menuruti kata-kata katak itu dan membawa masakan itu pulang. Di istana, Sang Raja dan kedua kakaknya telah menunggunya. Pedro dan Pablo tidak bisa menahan untuk tertawa melihat Juan membawa seekor sapi yang dipanggang, masih lengkap dengan kepala dan kakinya. Juan melihat kedua kakaknya. Mereka membawa hidangan berupa daging sapi yang dibakar. Kini saatnya menyajikan hidangan untuk Sang Raja. Pedro menjadi yang pertama untuk menyajikan hidangannya.
Sang Raja mencobanya. Setelah itu giliran Pablo untuk menghidangkan. Sang Raja pun mencoba hidangannya. Setelah mencoba hidangan keduanya, Sang Raja mengatakan bahwa hidangan milik Pedro terlalu asin sedangkan hidangan milik Pablo tidak ada rasanya sama sekali. Kini giliran Juan untuk menyajikan hidangannya pada Sang Raja. Sebelum menghidangkannya, Juan memukul kedua tanduk sapi tersebut dan mengiris daging dari sapi tersebut. Setelah mencicipi hidangan Juan, Sang Raja merasa sangat puas karena inilah masakan terenak yang pernah ia cicipi. Juan merasa sangat senang. Akan tetapi, tugas ketiga dari Sang Raja belum selesai.
Raja memerintahkan kepada ketiga anaknya untuk membawa calon istri mereka ke istana. Kali ini Juan benar-benar merasa ia akan gagal. Ia berpikir bahwa tugasnya untuk membordir dan membuat masakan sebelumnya telah dikerjakan oleh Si Katak. Juan tidak bisa menghindar lagi. Kebohongannya kali ini tidak bisa ditutupi lagi. Ia tidak mungkin membawa seekor katak kepada Sang Raja untuk dikenalkan sebagai calon istrinya. Juan segera pergi ke pinggir sungai untuk menemui Si Katak. Ia hendak mengatakan kepadanya bahwa ia tidak lagi bisa melakukan kebohongan kepada Sang Raja. Juan sadar bahwa ia tidak mungkin bersaing dengan kedua kakaknya. Mendengar perkataan Juan, Si Katak meyakinkannya bahwa ia tidak berbohong dan bisa membawakan seorang gadis sebagai calon istrinya.
“Tidurlah di bawah pohon dan tunggulah selama satu jam. Aku akan membawa tiga gadis untukmu. Tapi ingat! Nantinya kamu harus memilih gadis yang berada di tengah untuk kamu bawa pulang ke istana!”
Meskipun tidak yakin dengan perkataan Si Katak, Juan pun segera pergi ke bawah pohon. Satu jam kemudian Juan terbangun dan melihat tiga orang gadis yang membangunkannya. Ia teringat pada perkataan Si Katak bahwa ia harus membawa gadis yang berada di tengah. Ia memerhatikan gadis yang berada di tengah. Gadis itu bukanlah gadis yang paling cantik di antara ketiganya, padahal Sang Raja berpesan bahwa siapa pun yang mendapatkan gadis paling cantik ialah yang akan mewarisi tahta sebagai penerus raja. Juan pun bingung. Namun, ia teringat pada Si Katak yang telah membantunya berkali-kali. Ia pun mematuhi perkataan Si Katak dan membawa pulang ke istana gadis yang berada di tengah.
Ketika Juan baru memasuki istana bersama gadis itu, Sang Raja telah melihat keduanya. Ia melihat sekilas kepada gadis itu dari jendela di ruangannya. Sang Raja terkesima. Ia tidak pernah melihat seorang gadis yang secantik itu. Sang Raja pun pingsan. Pedro dan Pablo telah berkumpul di ruangan yang telah ditentukan Sang Raja. Mereka tersenyum lebar karena merasa gadis yang mereka bawa adalah yang tercantik. Setelah siuman, Sang Raja langsung berkata bahwa gadis yang dibawa oleh Juan adalah yang paling cantik. Ia pun menunjuk Juan sebagai pewaris tahta untuk menjadi raja selanjutnya. Kedua kakak Juan merasa sangat kecewa. Namun, Juan tidak lantas menjadi sombong. Setelah menjadi raja, ia menunjuk Pedro dan Pablo sebagai penasihatnya untuk memimpin kerajaan. Mereka bertiga pun bersama-sama melaksanakan perintah ayah mereka untuk memimpin istana.