"Aku punya cerita, ya ingin tanggapan Eko tentang ceritaku?!" kata Budi.
"Ya cerita saja!" kata Eko.
"Ceritanya seperti ini. Seorang pemuda yang kaya. Ya kekayaannya memang dari warisan orang tuanya, ya berarti yang kaya kan orang tuanya. Pemuda itu, ya mengembangkan usaha orang tuanya, ya berjalan dengan baik, ya sesuai dengan amanah orang tua sih. Pemuda menjalin kisah cinta sama cewek, ya kaya sih. Pemuda merasa resah terus berhubungan kisah cinta dengan ceweknya. Sampai akhirnya pemuda itu memutuskan menyamar menjadi orang miskin, ya sampai orang gila untuk membuktikan kepribadian cewek yang di jadikan pacar itu. Pemuda itu sungguh kecewa banget dengan cewek yang di jadikan pacarnya itu, ya menghina pemuda itu saat dirinya menyamar jadi orang gila. Pemuda itu, ya bener-bener kecewa. Pemuda itu memutuskan putus dari cewek itu, ya ketahuan kepribadian cewek itu. Pemuda terus menjalin hubungan cewek-cewek yang di jadikan pacarnya. Ya tetap pemuda itu punya rasa resah, ya jadinya menyamar lagi menjadi orang miskin sampai orang gila. Lagi-lagi pemuda itu dapet penghinaan dari cewek yang di jadikan pacar, ya saat diri menyamar jadi orang gila. Pemuda itu tahu kepribadian cewek itu, ya di putuslah cewek itu. Pemuda itu kapok pacaran, ya jadi penyendiri. Sampai suatu ketika, ya pemuda itu sedang berada di desa, ya pemuda itu terkesan dengan cewek cantik di desa sih. Cewek itu, ya memang ahli agama Islam, ya guru mengaji di mesjid di desa tempat tinggalnya. Pemuda itu berkenalan dengan cewek itu. Tetapi cewek itu berusaha menghindari pemuda itu. Pemuda itu memutuskan menyamar jadi orang miskin, ya sampai jadi orang gila. Cewek itu baik pada semua orang, ya termasuk orang gila. Pemuda itu makin menyukai cewek yang ahli agama Islam itu. Pemuda itu pun memutuskan melamar cewek itu dengan keadaan dirinya, ya orang miskin. Pemuda itu seneng banget di terima cewek itu. Setelah menikah. Ya pemuda itu pun menceritakan siapa dirinya yang sebenarnya, ya sampai nyamar ini dan itu. Cewek itu mengerti apa mau pemuda itu, ya ingin tahu kepribadian sesungguhnya cewek. Pemuda itu senang mendapatkan cewek yang berakhlak baik. Begitu ceritanya," kata Budi.
"Cerita yang bagus. Cerita tentang pemuda yang kerjaannya menyamar ini dan itu, ya demi membuktikan kepribadian cewek," kata Eko.
"Ya memang sih Eko. Pemuda itu ingin tahu kepribadian cewek yang di sukainya," kata Budi.
"Kaya aku inget sesuatu. Ada artis menyamar ini dan itu, ya sampai jadi orang gila," kata Eko.
"Ya memang ada artis yang pernah nyamar ini dan itu, ya sampai jadi orang gila," kata Budi.
"Jadi...idenya. Jangan-jangan di ambil dari artis yang menyamar, ya Budi?!" kata Eko.
"Ya bisa di bilang begitu sih. Sebenarnya sih aku melihat orang gila di pinggir jalan, ya saat aku pergi kerja sih," kata Budi.
"Ooooo ada realita kehidupan toh...tentang orang gila," kata Eko.
"Kasihan juga orang gila itu," kata Budi.
"Nama juga ujian manusia hidup di muka bumi, salah satunya menjadi orang gila," kata Eko.
"Main catur...Eko!" kata Budi.
"Ok....main catur!" kata Eko.
Ya Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di mejalah papan catur. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur.
"Pemuda itu. Pinter mendapatkan cewek yang akhlaknya baik. Cewek ahli agama, Islam," kata Eko.
"Memang sih pemuda itu pinter mendapatkan cewek yang akhlaknya baik sih, ya ahli agama Islam. Ya sama seperti Eko yang mendapat Purnama, ya cewek berakhlak baik," kata Budi.
"Ide cewek berakhlak baik itu di ambil dari Purnama?!" kata Eko.
"Ya begitu lah!" kata Budi.
"Ya bagus sih...jadinya ceritanya," kata Eko.
"Ya...ada juga idenya di ambil dari sinetron atau film yang menceritakan tentang cewek-cewek berakhlak baik sih," kata Budi.
"Berarti artis cewek yang berakhlak baik. Ok. Bagus semuanya!" kata Eko.
"Bagus semuanya...apanya Eko?!" kata Budi.
"Ceritanya!" kata Eko.
"Ooooo cerita toh. Ya aku sepakat dengan Eko saja. Bagus...ceritanya!" kata Budi.
Budi dan Eko, ya main catur dengan baik sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan lah.
No comments:
Post a Comment