Budi duduk di depan rumahnya, ya sedang baca koran lah. Abdul baru sampai di rumah Budi. Abdul memarkirkan motornya dengan baik di halaman depan rumah Budi. Abdul membawa es cendol di keresek dan duduk di sebelah Budi.
"Es cendol Budi," kata Abdul.
Abdul menaruh satu plastik es cendol di meja. Abdul minum es cendolnya lah. Budi menghentikan baca koran, ya koran di taruh di meja. Budi mengambil plastik es cendol di meja, ya di minum dengan baik es cendol lah.
"Enak es cendol," kata Budi.
"Memang es cendol enak," kata Abdul.
Abdul dan Budi menikmati minum es cendol yang enak.
"Sampai-sampai Kesatria Baja Hitam, ya jualan cendol," kata Budi.
"Ooooo berita itu," kata Abdul.
"Pinter yang buat beritanya dan juga orang yang memerankan Kesatria Baja Hitam, ya jualan cendol," kata Budi.
"Orang pinter itu kreatif dalam berkarya ini dan itu," kata Abdul.
"Apa ada kaitannya dengan film Kesatria Baja Hitam yang di tayangkan di salah satu chenel Tv, ya bentuk promosi gitu?!" kata Budi.
"Kalau itu aku tidak tahu....Budi. Padahal yang di omongin Budi itu kan berita lama," kata Abdul.
"Aku paham sih omongan Abdul. Tapi kan kalau di omongin lagi, ya nama ya di ulang dan juga di kemas dengan versi berbeda, ya jadi ya baru lagi," kata Budi.
"Kaya lagu lama dinyanyikan sama penyanyi muda sekarang. Ya memang sih jadinya baru lagi lah," kata Abdul.
"Film Kesatria Baja Hitam itu bagus sih, ya di masa kecil aku suka. Di masa aku dewasa, ya sekarang suka juga," kata Budi.
"Pasti Budi nonton di rumah anak orang yang ada parabolanya, ya di masa anak-anak," kata Abdul.
"Anak orang kaya pelit, ya pintunya tertutup, ya jadinya aku tidak bisa nonton. Ya aku nonton di rumah teman ku, ya tidak kaya lah, ya sederhana. Mampu beli parabola gitu," kata Budi.
"Oooo sederhana teman Budi," kata Abdul.
Es cendol habis di minum Abdul dan Budi, ya menaruh plastik di tempat sampah, ya tempat sampahnya ada tutupnyalah.
"Film-film Kamen Rider itu terus di buat dengan baik, ya ada fersi barunya," kata Budi.
"Sama aja seperti Ultraman, ya di buat versi barunya," kata Abdul.
"Industrinya begitu, ya mengikuti perubahan zaman," kata Budi.
"Penggemarnya kan dari dulu sampai sekarang, ya menyukainya. Kan mengikuti perkembangannya dengan baik," kata Abdul.
"Penggemar itu mengikuti perkembangan dari masa dulu sampai masa sekarang," kata Budi menegaskan omongan Abdul.
"Lebih baik kita main catur saja!" kata Abdul.
"Ok!" kata Budi.
Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di taruh atas meja. Budi dan Abdul, ya menyusun dengan baik, ya bidak catur di atas papan catur.
"Aku ini menyukai Kamen Rider, ya Ultraman juga sih. Apa aku kekanak-kanakan, ya Abdul?!" kata Budi.
"Ya biasa saja...Budi!" kata Abdul.
"Biasa toh!" kata Budi.
"Emmmm," kata Abdul.
"Oooo iya Abdul. Urusan Putri gimana?!" kata Budi.
"Putri. Ya masih dalam proses aku berusaha jadi kaya. Kalau aku jadi kaya dengan baik, ya segera menyatakan cinta sama Putri, ya melamarnya lah," kata Abdul.
"Memberikan jaminan kehidupan layak, ya tujuannya bisa mendapatkan Putri," kata Budi.
"Karena saingan ku, ya pastinya orang kaya yang selevel Putri lah," kata Abdul.
"Iya juga ya saingan Abdul. Abdul di kota Bandar Lampung. Sedangkan Putri di kota Jakarta. Ya pastinya Putri, ya dekat dengan cowok yang ganteng, keren dan juga kaya," kata Budi.
"Aku kesatria sejati, ya tidak akan mundur dalam urusan cinta," kata Abdul.
"Seperti Kamen Rider," kata Budi.
"Emmmm," kata Abdul.
"Kalau kalau kalah gimana?!" kata Budi.
"Sudah berusaha dengan baik. Kalau pada akhir kalah, ya sudah di ikhlasin saja cinta ku," kata Abdul.
"Oooo begitu," kata Budi.
Budi dan Abdul main catur dengan baik.
No comments:
Post a Comment