CAMPUR ADUK

Saturday, October 16, 2021

SERBA SERBI CERITA

Abdul dengan mengendarai motornya dengan baik, ya ke rumah Budi lah. Sedangkan Eko masih repot bantuin Ibunya, ya beres-beres rumahlah. Budi duduk di ruang tengah ya sedang main gitar dan bernyanyi, ya sambil menikmati makan gorengan dan juga teh gelas.

Lirik lagu yang dinyanyikan Budi dengan judul 'Terlanjur Basah' :

Terlanjur basah, ya sudah mandi sekali
Terlanjur retak, ya sudah pecah sekali
Habis bagaimana, tiada bukti kau dapat
Kau tuduh diriku, bercinta lagi dengannya
Terlanjur malu, ya sudah malu sekali
Di depan orang, kau tega memfitnah aku
Bukankah fitnah, lebih kejam dari membunuh
Terlanjur basah, ya sudah mandi sekali
Jangankan burung yang terbang
Ranting pun tak ingin patah
Apalagi diriku yang punya perasaan
Sudah kau lempar batu
Kau sembunyikan tanganmu
Diriku yang kau undang
Mengapa dia yang datang
Aduh-aduh daripada sakit nanti
Lebih baik sekarang
Sebelum diriku mati
Terlanjur malu, ya sudah malu sekali
Di depan orang, kau tega memfitnah aku
Bukankah fitnah, lebih kejam dari membunuh
Terlanjur basah, ya sudah mandi sekali
Jangankan burung yang terbang
Ranting pun tak ingin patah
Apalagi diriku yang punya perasaan
Sudah kau lempar batu
Kau sembunyikan tanganmu
Diriku yang kau undang
Mengapa dia yang datang
Aduh-aduh daripada sakit nanti
Lebih baik sekarang
Sebelum diriku mati
Terlanjur malu, ya sudah malu sekali
Di depan orang, kau tega memfitnah aku
Bukankah fitnah, lebih kejam dari membunuh
Terlanjur basah, ya sudah mandi sekali

***

Abdul sampai di rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik di halaman depan rumah Budi. Budi mendengar Abdul dateng, ya kebetulan telah selesai menyanyi dan main gitar, ya gitar di taruh di kursi yang kosong. Abdul mau masuk rumah Budi, ya mau mengucapkan salam "Assalamualaikum." Budi langsung menjawab "Waalaikumsalam....Abdul masuk!"

Abdul masuk rumah Budi, ya duduk dengan baik di ruang tamu.

"Eko main kesini Budi?!" kata Abdul.

"Eko nanti kesini, ya lagi ada urusan di rumah," kata Budi.

"Oooo Eko masih ada urusan di rumah toh," kata Abdul.

"Gimana urusan kerjaan Abdul?!" kata Budi.

"Alhamdulillah....baik," kata Abdul.

Abdul mengambil tahu goreng di piring, ya di makan dengan baiklah. Budi juga mengambil tahu goreng di piring, ya di makan dengan baik.

"Jadi orang kaya itu enak ya Abdul?!" kata Budi.

"Iyalah. Jadi orang kaya enak. Contohnya : artis di Tv, ya orang kaya. Punya rumah mewah, mobil mewah, motor yang luar biasa mahal, tabungan di bank, ya nominalnya besar pula, punya usaha ini dan itu, ya masih banyak lagi deh," kata Abdul.

Abdul telah menghabiskan tahu goreng, ya mengambil lagi tahu goreng di piring.

"Itu kalau jadi orang kayanya artis. Kalau orang kayanya di Lampung, ya warisan orang tuanya lah yang punya harta banyak, ya tanahnya di mana-mana. Kerjanya di pemerintahan dan juga swasta," kata Budi.

Budi mengambil gelas teh di meja, ya di minum dengan baik.

"Itu sih kalau orang tuanya kaya, ya orang Lampung. Kan ada orang Lampung yang miskin juga," kata Abdul.

Abdul mengambil gelas teh di meja, ya di cucuk dengan sedotan dan segera di minumlah teh gelas. Budi menaruh gelas teh yang kosong di meja.

"Memang sih orang Lampung ada yang miskin. Ada pula yang masih numpang tempat tinggalnya, ya di tanah orang, ya sukunya jawa karena tinggal di Lampung jadinya orang Lampung dan di sebut Japung," kata Budi.

Gelas teh yang masih ada tehnya di dalam gelas plastik, ya di taruh Abdul di meja lah.

"Orang Lampung miskin benaran juga ada," kata Abdul.

"Iya sih. Orang Lampung yang miskin ada juga sih," kata Budi.

"Hidup di Lampung, ya harus kerja keras agar bisa hidup, ya prinsipnya orang miskin di Lampung. Ya kita ini lah. Jalan yang kita jalanin, ya di jalan kebaikan," kata Abdul.

"Tetap saja di sisi lain. Ada orang miskin, ya jadi pencuri demi bertahan hidup, ya memilih jalan yang salah. Ya banyak ceritanya," kata Budi.

"Yang kaya juga ada yang jadi pencuri. Ya anak orang kaya lah. Pergaulannya yang buruk," kata Abdul.

"Anak kaya kalau urusan pendidikan, ya bayar orang untuk menyelesaikan tugas sekolah sampai kuliah. Sampai kerja pun bayar orang, ya agar bisa masuk ke dalam kerjaan di pemerintahan," kata Budi.

"Oooo cerita itu. Ya cerita orang-orang. Ya lama sih cerita itu. Kalau sekarang, ya tidak tahu sih," kata Abdul.

"Orang kaya di Lampung, ya kalau punya harta warisan tanah, ya di buat kontrakan rumah, ruko dan juga kosan," kata Budi.

"Yang menyewa orang miskin yang berusaha menjadi mampu. Ya ada juga sih orang kaya, ya seperti anak kosan lah, ya agar dekat dengan sekolah dan juga Universitas," kata Abdul.

"Orang kaya makin kaya dengan usahanya karena harta warisan di gunakan untuk menjalankan usaha," kata Budi.

"Ada cerita. Ya orang Lampung yang pensiun dari kerjaannya jadi pegawai negeri, ya baru bisa membangun rumahnya dengan baik," kata Abdul.

"Aku tahu cerita itu. Orang Lampung itu repot dengan urusan kerjaannya jadi pegawai negeri. Ketika pensiun membangun rumahnya, ya hasil dari menabungnya lah. Jadi pegawai negeri yang terlihat baik seperti itu kan," kata Budi.

"Pegawai negeri yang terlihat baik seperti itu sih. Kan ada yang bangun rumahnya saat pegawai negeri itu masih kerja, ya rumahnya di bangun seperti istana yang megah dan hitungan waktunya juga cepat lagi. Orang-orang jadi bertanya-tanya. Apakah pegawai negeri ini kerjaanya korupsi, ya jadinya membangun rumahnya gede banget seperti istana yang megah?!" kata Abdul.

"Memang sih ada pertanyaan seperti itu bagi pegawai negeri yang membangun rumahnya dengan hitungan waktu yang cepat, apa mungkin pegawai negeri itu korupsi? Ya tinggal kita mendengar kabar orang-orang yang ngobrol ini dan itu. Ya sampai benar atau tidaknya ketika berita di mana pun memberitakan tentang urusan pemberantan korupsi, ya KPK bergerak untuk memberantas korupsi dari bawah sampai atas!" Budi.

"Kita ini cuma lulusan SMA. Hanya tahu kabar dari orang-orang yang bercerita ini dan itu. Beda dengan lulusan Universitas yang mencari tahu dengan proses meneliti ini dan itu," kata Abdul.

"Memang sih kita ini hanya lulusan SMA. Beda dengan lulusan Universitas. Jadi sekedar obrolan saja!" kata Budi menegaskan omongan Abdul.

"Sebenarnya sih kalau harta warisannya banyak, ya memang sih jual tanah warisan dan di bangun rumah bak istana," kata Abdul.

"Warisan banyak, ya membangun usaha juga sih untuk urusan orang kerjaannya swasta, ya urusan membangun usaha di Lampung, ya ada ceritanya. Ada yang berhasil dan ada juga gagal," kata Budi.

"Kalau itu ceritanya banyak. Nama juga ekonomi di Lampung," kata Abdul.

"Serba serbi cerita di Lampung," kata Budi.

"Ya memang serba serbi cerita di Lampung!" kata Abdul menegaskan omongan Budi.

"Kalau begitu Abdul kita lebih baik main catur apa main kartu remi?!" kata Budi.

"Main catur boleh. Main kartu remi juga boleh," kata Abdul.

"Jadi mau main apa?!" kata Budi.

"Main catur saja!" kata Abdul.

"Ok. Main catur!" kata Budi.

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh atas meja. Eko dateng ke rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik di halaman rumah Budi. Eko mau masuk rumah Budi, ya mengucap salam "Assalamualaikum."

Budi dan Abdul, ya ingin main catur dan mendengar salamnya Eko, ya di jawablah salamnya sama Abdul dan Budi secara bersamaan "Waalaikumsalam."

Eko pun duduk dengan bai di ruang tamu.

"Eko urusan di rumah sudah selesai?!" kata Budi.

"Sudah," kata Eko.

"Jadi kita mau main catur apa mau main kartu remi?!" kata Abdul.

"Ekonya sudah dateng, ya main caturnya engak jadi. Ya main kartu remi," kata Budi.

"Ok main kartu remi," kata Abdul.

"Ok lah main kartu remi," kata Eko.

Budi yang telah mengambil kartu di bawah meja, ya di kocok dengan baik kartu dan di bagikan dengan baik kartu remi. Ya ketiganya main kartu remi, ya main permainan cangkulan lah.

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK