Dono asik duduk di ruang tamu sambil membaca novel. Indro pun duduk bersama Dono setelah nyuci dan menjemur pakaian.
"Capeknya....," kata Indro.
"Capek dari apa sih Dono?" tanya Dono yang selesai membaca buku novel.
"Capek..dari nyuci. Banyak pakaian kotor," kata Indro.
"Kenapa gak di londri saja.....," saran Dono.
"Telat...Dono...sudah saya ..cuci sampai bersih dan sudah di jemur....ya tinggal nunggu kering baru deh di gosok dan lipat rapih," penjelasan Indro.
"Lama-lama jadi cewek. Tapi itu sih gak apa-apa namanya anak bujang. Saya ingin nanya sesuatu tentang cewek dan butuh masukan dari kamu," kata Dono.
"Jangan..masih urusannya dengan Rara.....ya Dono?"
"Ya..Indro."
"Kalau urusan..Rara..ya..orang tuanya yang lebih tahu. Bukan saya. Kamu salah nanya orang untuk mencari rahasia Rara...Don."
"Kalau nanya sama orang tuanya itu gampang. Tapi persoalannya dari sudut pandang yang lain. Tanggapan kamu..Indro."
"Tanggapan..saya. Kalau begitu..cerita..Don."
"Cewek...itu kalau di sukai cowok berarti laku....kan. Walau pun gak jadi pasangan hidupnya..ya..Indro?"
"Sebenarnya memang bener..cewek itu laku. Bahwa dia ada yang menyukainya. Walau tidak jadi pasangan hidup. Tapi keinginan cewek ingin mendapatkan pasangan hidup. Walau sama aja polanya. Pilih-pilih pasangan. Cewek cantik milih yang cowok ganteng. Cewek yang standarisasi alias jelek...sih....sama milih...cowok ganteng....gitu..., kalau bisa yang kaya raya atau tajir....gitu. Ya..untuk meningkatkan taraf hidup..agar gak jadi orang miskin. Maka kadang urusan cinta..itu lebih cenderung cinta buta, cinta kepura-puraan atau cinta yang membohongi dirinya."
"Jadi jatuhnya. Asal comot jadi atau milih..ini kalau di sisi kecenderungan sesuai pemahaman kamu Indro."
"Kalau..itu..sih. Keadaan yang menentukan hubungan manusia jadi dengan kata akhir cinta. Itu saja....sih Don."
"Kalau..begitu sih....urusan saya dengan Rara harus di Ikhlaskan. Benar-benar di Ikhlaskan..lebih baik. Ya..benar. Jadi saya harus memilih Wulan jadi nomor satu bukan ke dua atau seterusnya."
"Ya.iya...lah. Sama..aja cewek mana pun yang kamu pilih jadi pasangan hidup. Mau cantik atau jelek sekalipun tetap cewek. Masalah apa kamu bisa mencintainya setiap saat demi kelahiran baru yang di berikan banyak cinta.....Don."
"Maksud..mu anak...Indro?"
"Iya..lah....anak. Semua dasar cinta pada akhirnya cinta..lah terlahir..anak. Tapi ya..di jagalah anak....dengan baik dan berikan cinta yang luar biasa..ya Don."
"Jadi....benar..buku novel..ini. Endingnya juga anak," kata Dono.
"Jadi..kamu mengajak saya ngobrol untuk....mengetahui pendapat..saya dan sesuaikan dengan buku yang kamu baca Dono," kata Indro.
"Iya..Indro. Sudah...lah. Sebelum dan sesudahnya terima kasih. Saya mau main ke rumah Rara," kata Dono.
"Sama-sama. Loh..kok Rara..bukan Wulan?" kata Indro.
"Wulan itu hanya masa lampau di ambil oleh penulis...aslinya kenyataannya telah meninggal dunia karena sakit. Sedangkan yang benar untuk penulis masa depannya adalah Rara. Dunia tulisan ada rahasia perasaan seorang penulis...Indro."
"Saya.sudah tahu..endingnya. Jika waktu di bisa berubah. Penulis ...lebih baik bersama Wulan bukan bersama Rara. Tapi..karena Wulan tidak ada dan jadi kenangan hidup di dalam diri penulis. Maka Rara..lah..pengganti yang pantas jadi pasangan penulis. Benar-benar..hidup sangat ironis..tapi nyata dalam perjalanan hidup penulis." kata Indro.
"Yo.i. Asalamualaikum," salam Dono.
"Waalaikum salam." jawab Indro.
Dono keluar dari rumah dan pergi main ke rumah Rara. Sedangkan Indro mulai mengambil leptop di kamar dan mulai mengerjakan beberapa pekerjaan yang harus di selesaikan.
Karya: No
No comments:
Post a Comment