Ben melihat langit begitu indah di matanya. Lalu Ben memakai kacamatanya kembali dan mencoba membaca pada sebuah kertas kecil yang bertuliskan alamat.
"Berarti masih jauh... Ya....," kata Ben.
Ben pun berjalan menyisiri tortoar dan masuk gang. Dari jauh Ben melihat 2 orang pemuda bercakap-cakap. Saat berpapasan akhirnya mendengar omongan 2 pemuda "Ternyata orang itu cupu ya.."
Ben awalnya tidak memperdulikan omongan 2 pemuda tadi. Setelah memperhatikan dirinya "Bener saya cupu. Karena kaca mata dan gaya saya. Tapi penampilan bisa diubah oleh saya. Tapi mata...sih....gak bisa. Karena genetik saya yang membuat saya rabun dekat."
Ben terus berjalan dan hendak menyebrang. Ternyata Ben gak jadi. Banyak orang-orang muslim yang lagi mengadakan orasi turun ke jalan. Ben pun hanya bingung dan melihat ulah orang-orang tersebut.
"Fanatik.... Fanatik...... Fanatik..... dan akhirnya membangun kekhalifahan berbasis Islam. Demokrasi Indonesia berganti menjadi Domokrasi Islam. Sungguh ironis....secara perlahan-lahan tapi pasti," celoteh Ben dengan kata kecilnya.
Ben akhirnya memutuskan untuk menyebrang lewat tangga penyebrangan. Sampai di tengah jembatan penyebrangan Ben melihat semuanya.
"Semuanya hanya ada manusia yang berlomba-lomba untuk mengisi dunia ini dengan segala impian mereka. Padat merayap dan akhirnya macet di mana-mana," celoteh Ben.
Langkahkan kaki Ben dengan baik sampai turun ke dari jembatan penyebrangan. Rasa haus datang Ben pun memutuskan membeli di kios pinggir jalan sebotol air mineral dan membayar dengan uang pas. Ben segera membuka botol yang bermerek Aqua dan segera meminumnya dan menghilangkan rasa dahaganya.
"Air tetap air rasanya tetap sama. Cuma kemasannya beragam untuk kompetisi mencari uang dan mencukupi kebutuhan sehari-hari. Botol ini habis ku minum dan akhirnya menjadi sampah pelastik. Dulu tidak masalah sampah tapi karena moderisai untuk kemajuan negeri ini sampah menjadi kompleks," celoteh Ben sambil membuang botol Aqua ke dalam tong sampah di pinggir jalan.
Ben pun terus berjalan dan akhirnya melewati gang berikutnya. Terlihat lagi oleh mata Ben. Gerombolan manusia yang keluar dari Gereja. Ben pun berhenti sejenak menunggu keramaian manusia itu habis.
"Fanatik... Fanatik...Fanatik..... dan Fanatik. Tidak ada yang salah hanya keputusan mereka. Menciptakan sistem menjadi nilai yaitu Demokrasi Kristiani...... tetapi jika besar bisa menggantikan Demokrasi Indonesia. Sangat ironis," celoteh Ben.
Ben melanjutkan perjalannya sampai pada gang berikutnya. Lagi-lagi Ben melihat gerombolan manusia pada satu Wihara. Karena Ben tertarik mencoba melihat gerombolan orang-orang Buhda dari lebih dekat.
"Ternyata..lagi menjalankan ibadah mereka. Tetap Fanatik... Fanatik... Fanatik dan Fanatik. Demokrasi Budha........jika besar bisa menggantikan Demokrasi Indonesia. Sungguh ironis juga," celoteh Ben.
Ben pun akhirnya memutuskan melanjutkan perjalannya. Sampai ke gang berikutnya. Terlihat di lapangan yang cukup luas Ben pun berhenti untuk menyaksikan kerumunan orang-orang. Ternyata kuda lumpingan. Terus melihatnya Ben acara tradisi suku jawa.
"Benar...benar...benar...dan benar. Mereka berkumpul untuk menghidupkan tradisi suku jawa. Tetapi aliran kepercayaan pun hidup. Jika besar menjadi Demokrasi budaya atau Demokrasi kepercayaan suku....bisa menggantikan Demokrasi Indonesia. Ironis sekali," celoteh Ben.
Ben pun meninggalkan tempat tersebut dan berjalan terus sampai gang berikutnya dan akhirnya sampai juga di sebuah rumah yang cukup tua terbuat dari papan. Ben berdiri di depan pintu.
"Saya pulang dari perjalan jauh saya dari satu kota ke kota lain untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan diri," celoteh Ben.
Ben langsung mengetuk pintu dan tak lupa mengucapkan salam. Keluarlah sosok yang Ben kagumi. Ayah yang mendidik Ben menjadi seorang pria yang tangguh. Dan Ibu pun langsung memeluk Ben tanda kasih sayang. Ben merasa tenang sekali. Kasih Ibu sepanjang jalan dan Ayah yang menjaganya dengan segenap jiwa dan raganya. Ben pun akhirnya mengerti di dalam dirinya saat melewati kehidupan hari ini.
"Persatuan itu penting. Demi menciptakan perdamaian. Untuk menghilangkan keegoisan dari diri dan kelompok demi hal yang ingin meruntuhkan Indonesia. Maka benarlah Indonesia punya idoleogi yang baik yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tetap satu untuk membangun Indonesia. Demokrasi Indonesia terbangun dan akhirnya damai lah...semuanya," kata hati Ben.
Ayah pun bangga dengan Ben begitu juga dengan Ibu. Lahir dari keluarga yang penuh kekurangan menjadi sosok yang hebat untuk membangun negeri ini lewat pendidikan. Maka jalan Ben pun benar menjadi Guru PPKN demi diri, kelurga, suku, agama, bangsa dan negara.
Karya: No
No comments:
Post a Comment