Siang hari di pinggiran kali bungur. Dono terdiam sambil menunggu pancingannya. Selang berapa saat Indro pun dateng ikut memancing bersama Dono. Dengan sabar Dono dan Indro memancing agar umpannya dimakan ikan.
"Ngomong-ngomong Dono......bagaimana usaha dagang mu Dono?," tanya Indro.
"Ya...lumayan.......untuk melanjutkan hidup penuh dengan kompetisi...," jawab Dono.
"Saya juga...sama...Dono......., tapi kenapa kita masih membujang terus jodoh kapan dateng ya?" curhat Indro.
"Indro....urusan kamu dengan Saskia gak ada kejelasan.........," saut Dono.
"Mau gimana.............kalau cewek menolak...?" kata Indro.
"Di tolak sama cewek. Sakit juga ia. Ribet juga ya dengan perasaan ini," kata Dono.
"Ia Dono................," ujar Indo.
Pancingan di tarik ikan dengan ligat Dono menariknya.
"Yes...ikan betok," kata Dono.
"Beruntung Dono...dapet ikan...di air kali yang penuh dengan sampah rumah tangga," kata Indro.
"Maklumin aja...adat kebisaan budaya kita....gak bisa hilang......malas...membuang sampah pada tempatnya," kata Dono
Dono menaruh ikan yang di dapetnya di dalam ember. Lalu memasang umpan kembali di pancingan. Dilemparkan tali pancing ke air kali yang keruh.
"Oh...ngomong-ngomong bagaimana urusan kamu dengan Wulan anak tetanga depan rumahmu?" tanya Indro.
"Wulan.........sudah punya pacar," jawab Dono dengan tegas.
"Jadi punya...pacar........ Jadi kamu gagal mendapatkan hati Wulan?" tanya Indro.
"Ya....mau bilang apa? ....Wulan anak orang kaya dan saya anak orang miskin.....," kata Dono.
"Tapi...Dono...urusan cinta..tidak mengenal kaya atau miskin," masukan Indro.
"Iya.....tidak mengenal kaya atau miskin. Tapi saya sadar dengan diri saya. Saya menyukainya tetap harta penghalangnya. Jadi saya pria yang jujur pada diri sendiri, tidak membohongi diri saya," kata Dono.
"Saya juga lah lebih baik jujur bahwa saya menyukai Saskia...., tapi mau kita apa kalau ceweknya menolak? jadi cinta bertepuk sebelah tangan. Sakitnya tuh di sini di dalam hati ku," kata Indro.
"Ayu Ting-Ting.....," saut Dono.
"Salah...nilai anda di kurangin 100 point. Yang benar Cita Citata," kata Indro.
Umpan pun di makan ikan. Pancingan Indro pun bergerak. Tanpa pikir panjang Indro menarik pancingannya dengan kuat dan cepat.
"Dapet.........ikan lele," kata Indro.
"Hebat ...kamu Indro...dapet ikan lele," pujian Dono.
"Indro..gitu dong," kata Indro menepuk dadanya.
Ikan lele di taruh di dalam ember. Segera Indro memasang lagi pancingan dengan umpan. Dilemparkan tali pancing ke kali. Dengan sabar Indro lagi menunggu umpannya di makan ikan.
"Ngomong-ngomong...cewek itu pandai berbohong dengan perasaannya......ya...?" tanya Dono.
"Kalau di pikir dengan baik...ya benar juga sih. Cewek itu pandai berbohong urusan perasaannya. Banyak cerita cewek mengejar cowok tajir demi mengubah nasipnya agar jadi orang kaya," kata Indro.
"Kalau begitu...benar.....dong...kalau Wulan itu membohongi dirinya," kata Dono.
"Kok..kamu bisa berpendapat begitu Dono?" tanya Indro.
"Kemarin saya tidak sengaja....melihat di berpacaran. Tapi saya melihat cukup lama di depan halaman saya. Sontak di bangun dari duduknya karena di perhatikan.," kata Dono.
"Dono...itu sih..namanya risih.......tahu kalau pacaran di lihatin orang," kata Indro.
"Kalau...risih dilihatin orang.........pacaran kok di tempat terbuka...lebih baik tempat tertutup saja...agar sekalian aja..........hubungan di luar nikah," kata Dono.
"Ya...bener juga.......," saut Indro.
Lagi-lagi umpan Dono dimakan ikan. Dengan cepat dan tanggap Dono menarik pancingannya.
"Sip......ikan mas.......dan cukup besar juga......ya," kata Dono.
"Hebat-hebat..ikan mas........," saut Indro.
Dono pun menaruh ikan mas di dalam ember. Lalu Dono memasang umpan di tali pancingan. Segera di lemparkan tali pancing ke kali.
"Dono........jadi............. sebenarnya...kisah cinta mu dengan Wulan ini..........ingin kamu lanjutkan atau tidak?" tanya Indro.
"Mau.....Indro...tapi...kalau...Wulannya sudah ada pacar...ya..biarin aja. Toh kalau jadi sama pacarnya saya ikhlaskan. Kadang saya berpikir......janda pun saya terima," kata Dono.
"Wah.....Dono...kamu pria yang penyabar...untuk menghadapi cewek. Kebanyakan cewek seneng cowok yang penyabar...seperti kamu. Karena urusan rumah tangga lebih banyak langgengnya," kata Indro.
"Saya punya..prinsip...dalam urusan cinta. Perasaan biar tumbuh seperti bunga. Tetap saya jaga sampai mati. Walau terkadang tidak bisa menggapai yang sesungguhnya tentang cinta. Hanya ikhlas.....menyertai saya," kata Dono.
"Prinsip ataukah puisi tentang kesetian cinta?" tanya Indro.
"Sebelas dua belas.....Indro," jawab Dono.
"Kalau begitu sih sama aja," saut Indro.
Hari mulai mendung, lalu hujan pun turun. Dono dan Indro beranjak dari pinggir kali dengan berlari membawa pancingan dan ember berisi ikan. Tidak jauh dari pandangan mereka ada sebuah gubuk. Dono dan Indro iyup di dalam gubuk. Dengan sabar Dono dan Indro menunggu hujan berhenti. Waktupun berpihak pada Dono dan Indro. Hujan pun berhenti. Dono dan Indro keluar dari gubuk berjalan menuju rumah karena hari sudah menjelang magrib. Dono dan Indro pisah di tengah jalan. Saat sampai rumah Dono melihat Wulan di depan rumah dengan pacarnya. Sontak Wulan membuang mukanya kembali dan membawa pacarnya masuk.
"Ya...bener...Alloh menunjukkan sesuatu......tentang kebenarannya........cinta ku bertepuk sebelah tangan juga. Kaya dan miskin..............sebab musababnya. Bener kata Bapak dan Ibu nasehatnya. Cari pasangan hidup yang sederajat dengan harta dan ilmu," celoteh Dono.
Dono pun masuk ke dalam rumah. Segera membereskan ikan hasil pancingannya di dapur.
"Cinta itu memang menyakitkan...deritanya pun seperti lautan kehidupan. Kebanyakan sia-sia mengharapkan cinta anak orang kaya. Lebih baik mengejar Wulan penjual gorengan dan kopi di pasar," celoteh Dono.
Dono terus mengolenin ikan hasil pancingan sampai di masak goreng. Selang berapa saat masakannya jadi. Lalu Dono menghidangkan bersama sambel terasi dan tumisan kangkung. Dono menyantap masakannya di meja makan dengan tenang.
"Andai saja...saya makan bersama orang ku cintai....maka hidup saya jauh lebih berarti lagi," celoteh Dono.
Dono meneruskan makannya sampai perutnya kenyang. Setelah selesai Dono membereskan semuanya sampai waktu azan magrib di kumandangkan. Dono bergegas ke mesjid untuk sholat magrib bersama umat yang taat beribadah.
No comments:
Post a Comment