Malam yang gelap bertabur bintang di langit dan bulan ada di langit gitu. Ya setelah nonton Tv yang acaranya menarik dan bagus tentang seni dan kebudayaan Badui di chenel TVRI gitu, ya seperti biasa sih....Budi duduk santai di depan rumahnya sedang membaca cerpen sambil minum kopi dan makan singkong goreng gitu.
Isi cerita yang di baca Budi :
Axel Freed adalah seorang profesor bahasa Inggris di New York City yang kecanduan judi dan mulai tak terkendali. Di kelas, Freed menginspirasi para mahasiswanya dengan interpretasinya terhadap karya Fyodor Dostoevsky. Dalam kehidupan pribadinya, Axel disayangi oleh kekasihnya yang cantik Billie dan dikagumi oleh keluarganya, termasuk ibunya, Naomi, yang berprofesi sebagai dokter, dan kakeknya, seorang pengusaha kaya.
Perjudian Axel telah membuatnya terlilit utang yang besar. Bandar judinya, seorang mafia yang dikenal sebagai Hips, menyukai profesor itu secara pribadi tetapi mengancam akan memberikan konsekuensi yang berat jika ia tidak segera membayarnya. Ketika Billie, setelah diberi tahu oleh Axel bahwa ia berutang $44.000, mempertanyakan kebijaksanaannya untuk bergaul dengannya, Axel dengan yakin mengatakan kepadanya bahwa ia menyukai bahaya yang mengancam nyawanya, termasuk "kemungkinan pertumpahan darah".
Setelah memperoleh $44.000 dari ibunya yang tidak setuju, Axel pergi bersama Billie ke Las Vegas dan memenangkan banyak uang, tetapi kehilangan kembali $50.000 terakhirnya pada tembakan di detik-detik terakhir yang sangat beruntung dalam pertandingan Lakers.
Setelah memenangkan $12.000 pada pertandingan Lakers yang telah diatur—hadiah dari penjudi lain—dan membayarnya kepada bandar taruhan, Axel diculik oleh rekan-rekannya. Bosnya bertanya kepada Axel apakah dia punya keluarga yang bisa membantunya membayar. Axel menyebutkan kakek dan ibunya. Bosnya mengatakan bahwa dia telah bertanya kepada kakeknya, yang mengatakan tidak.
Atas tawaran dari mafia, Axel membujuk salah satu muridnya, seorang bintang di tim basket kampus, untuk mengurangi poin di pertandingan berikutnya, sehingga mafia dapat bertaruh besar pada pertandingan tersebut untuk menutupi utang Axel. Murid tersebut menerima tawarannya sebesar $5.000. Setelah mengaturnya, Axel mengunjungi kakeknya, yang, menjelang akhir percakapan mereka, bertanya apakah Axel membutuhkan bantuannya. Mengatakan bahwa dia telah mengurusnya, Axel pergi.
Menonton pertandingan dari tribun bersama tiga bandar judi mafia, Axel diselamatkan oleh pengurangan poin pemain yang disuap di menit-menit akhir, yang menyebabkan tim menang dengan selisih enam poin dan dengan demikian tidak menutupi selisih delapan poin. Membatalkan perayaan malam pascapertandingan dengan Hips, Axel pergi ke ghetto hitam di dekatnya, karena Hips memperingatkannya bahwa tempat itu adalah "hutan."
Di sebuah bar ghetto, Axel bertemu dengan seorang pelacur, dan mereka pergi ke kamar di lantai atas sebuah hotel. Diancam oleh germonya setelah menolak membayarnya saat dia menolak untuk melepaskan semua pakaiannya, Axel menghasut germonya untuk memotongnya dengan pisau lipatnya. Germo itu, yang mengira Axel gila, mundur, dan Axel berulang kali memukulnya, menjatuhkannya ke lantai, dan menendangnya berulang kali. Karena panik, pelacur itu mengambil pisau yang jatuh dan menebas wajah Axel. Berdarah dari luka di wajahnya, Axel terhuyung menuruni tangga, menatap dirinya di cermin, dan tersenyum penuh teka-teki pada pipinya yang terluka.
***
Budi selesai baca cerpen yang ceritanya bagus, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja gitu.
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum kopi dan makan singkong goreng gitu. Eko datang ke rumah Budi, ya motor Eko di parkirkan dengan baik di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi gitu. Memang Eko melihat dengan baik di meja, ya ada anglo kecil di atasnya ada tekok kaleng yang seperti biasanya isinya air panas, yaaa ada piring yang ada singkong goreng, yaaa ada kliping, yaaa dan ada mainan mobil polisi yang terbuat dari kardus gitu.
"Budi...buat lagi...mainan mobil polisi dari kardus?" kata Eko sambil menunjuk mainan mobil polisi yang terbuat dari kardus gitu.
Budi melihat dengan baik yang di tunjuk Eko gitu, ya Budi berkata "Aku tidak membuat mainan mobil polisi dari kardus Eko. Yaaa mainan mobil polisi yang di meja, ya mainan mobil yang kemarin-kemarin aku buat!"
"Ooo...Budi tidak membuat lagi mainan mobil polisi toh," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Aku kirain sih...Budi...buat lagi mainan mobil dari kardus!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Buat lagi mainan mobil polisi yang kedua, ya tidak ada masalah kan Budi?" kata Eko.
"Memang tidak ada masalah sih...buat lagi mainan mobil polisi...jadi dua," kata Budi.
"Kalau di film-film sih, ya jadi cerita berlanjut ke seri kedua," kata Eko.
"Jadi mainan mobil polisi di buat jadi dua di kaitkan film-film, ya dari seri pertama yang cerita bagus, yaaa di lanjutkan ke seri kedua yang cerita bagus, yaaa dan mungkin juga ke seri ketiga yang cerita bagus," kata Budi.
"Kan sekedar bahan obrolan lulusan SMA kan Budi?" kata Eko.
"Memang sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Film-film berseri, ya memang ceritanya bagus sih. Menghibur penonton yang menonton film," kata Eko.
"Omongan Eko bener sih!" kata Budi.
"Film-film berseri, ya masih berkaitan dengan ekonomi," kata Eko.
"Memang kenyataannya...film-film berseri berkaitan dengan ekonomi. Orang-orang merencanakan dengan baik urusan kerjaan yang di jalankan sampai hasilnya baik dan baik," kata Budi.
"Roda ekonomi di gerakan dengan baik," kata Eko.
"Memang roda ekonomi di gerakkan dengan baik," kata Budi.
"Film ini dan itu....terjadi kompetisi dengan baik," kata Eko.
"Memang terjadi kompetisi urusan film ini dan itu," kata Budi.
"Persaingan sengit dan sengit," kata Eko.
"Omongan Eko benar sekali!" kata Budi.
"Seperti biasa kan Budi, ya apa yang di usahakan manusia? Ya rezeki masing-masing!" kata Eko.
"Memang Eko...urusan apa yang di usahakan manusia? Ya rezeki masing-masing!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Eko mengambil kliping gitu.
"Budi buat kliping toh," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Kliping di buka dengan baik sama Eko gitu, ya Eko melihat dan membaca dengan baik artikel-artikel koran gitu.
"Budi buat kliping, ya isinya tentang artikel-artikel koran cerita kriminalitas yang terjadi di Lampung," kata Eko.
"Aku buat kliping tujuan aku belajar," kata Budi.
"Keinginan Budi ingin kerja di pemerintah jadi Budi belajar dengan baik...dengan mempelajari artikel-artikel koran," kata Eko.
"Kriminalitas...berkaitan dengan hukum," kata Budi.
"Memang sih...Kriminalitas berkaitan dengan hukum," kata Eko.
"Manusia yang berbuat kejahatan ini dan itu, ya harus di tangkap dan hukum dengan baik sama penegak hukum dengan tujuan keadaan lingkungan sosial masyarakat jadi baik," kata Budi.
"Omongan Budi benar sekali!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Eko menaruh kliping di meja gitu.
"Budi mau cerita toh. Yaaa silakan Budi bercerita dengan baik gitu!" kata Eko.
"Begini ceritanya!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Main permainan ular tangga saja Budi!" kata Eko.
"Okey. Main permainan ular tangga!" kata Budi.
Budi mengambil permainan di bawah meja, ya permainan di taruh di atas meja gitu. Eko dan Budi main permainan ular tangga dengan baik gitu.
No comments:
Post a Comment