"Malam hari," kata Budi.
Memang seperti biasa Budi duduk santai di depan rumahnya sedang membaca cerpen yang cerita menarik, ya sambil menikmati minum kopi dan makan singkong goreng.
Isi cerita yang baca Budi :
Daya, seorang yatim piatu, memiliki prasangka sejak kecil bahwa kehidupan polisi akan mudah dan menyenangkan, karena ia sering melihat polisi menerima suap dan bercita-cita menjadi polisi. Ia tumbuh menjadi Sub-Inspektur yang korup dan dipindahkan ke Vishakapatnam dan dengan cepat bersekongkol dengan don lokal Waltair Vasu, dan mulai mendapatkan uang dengan cepat, sehingga mendapatkan kebencian dari seorang polisi jujur di bawahnya, Narayana Murthy, ketika ia membebaskan empat adik laki-laki Vasu, Ravi, Mani, Vamsi dan Sundeep dari penjara ketika mereka ditangkap karena menyelundupkan Gandhi Jayanti. Di tempat lain, ia mulai merayu Saanvi, seorang anggota Palang Biru yang membalas perasaannya.
Anak buah Vasu menculik Saanvi pada hari ulang tahunnya, mengira dia adalah gadis yang seharusnya mereka culik dan kemudian bunuh. Daya melawan mereka untuk menyelamatkannya, dan Vasu menjernihkan kebingungan dengan kedatangannya dan melepaskan Daya dan Saanvi setelah meminta maaf kepada mereka. Sebagai hadiah ulang tahunnya, Saanvi memohon Daya untuk menyelamatkan target sebenarnya. Daya menuruti permintaannya, dan dia menyelamatkan gadis itu, Lakshmi, yang membuat Vasu kesal. Daya kemudian berdamai dengan Vasu, yang setuju untuk melepaskan rencananya membunuh Lakshmi jika Daya berhasil mengambil sepotong bukti yang dimilikinya terhadap kejahatan saudara-saudaranya.
Daya berbicara dengan Lakshmi untuk mengetahui bahwa adik perempuannya, Deepthi, diperkosa dan dibunuh secara brutal setelah disiksa selama empat puluh hari oleh saudara-saudara Vasu (yang menculik Deepthi pada hari yang sama ketika Vasu membebaskan mereka secara tidak sah), yang memfilmkan semua itu dan menyimpan rekamannya dalam sebuah CD, yaaa yang berhasil ditemukan Lakshmi. Lakshmi mempercayakan cakram itu kepada Daya, memintanya untuk membawa para pelaku ke pengadilan sementara Daya (dengan dalih keselamatan Lakshmi dan ibunya) mengatur agar dia dan ibunya berangkat ke AS, yaaa tempat Lakshmi bekerja, sebelum pembunuhan Deepthi.
Daya mengetahui bahwa ibu Lakshmi adalah orang yang mendatanginya untuk mengajukan laporan kehilangan Deepthi beberapa hari setelah penculikannya, tetapi dia meyakinkannya bahwa Deepthi kawin lari, karena ketidaktahuan dan kecerobohannya alih-alih menyelidiki, sebelum mengetahui kejahatan tersebut. Ibu Deepthi berharap putrinya yang "kawin lari" itu kembali, dan masih belum menyadari kekejaman yang dialami Deepthi, karena Lakshmi memilih untuk menyembunyikannya demi stabilitas ibunya. Daya mengantar Lakshmi dan ibunya ke bandara, di mana percakapan Daya dengannya membawa perubahan pada Daya, yang menganggap dirinya bertanggung jawab atas pembunuhan Deepthi karena kejahatan itu hanya terjadi karena tindakan korupnya.
Para pengikut Vasu tiba di stasiun untuk mengambil cakram itu dari Daya, yang diberi tahu oleh Murthy tentang kemanusiaan dan belas kasih yang masih ada dalam dirinya. Daya melawan para pengikut Vasu dan memutuskan untuk menghukum kedua bersaudara itu. Daya menyadari bahwa Saanvi adalah alasan perubahannya dan mengungkapkan tindakannya sebelumnya kepadanya, tetapi dia memilih untuk memaafkannya karena dia telah menjadi orang yang berbeda.
Sementara itu, mayat Deepthi ditemukan, dibuang di pantai, dan kebrutalan kejahatan itu mengejutkan negara, dan bahkan para dokter yang melakukan otopsi terhadapnya. Di pengadilan, pengacara Daya menunjukkan cakram itu sebagai bukti terhadap kedua bersaudara itu, tetapi cakram itu telah dirusak, sehingga satu-satunya bukti kriminalitas saudara laki-laki itu dalam pembunuhan itu menjadi tidak sah. Daya menyimpulkan bahwa pengacaranya bekerja sama dengan Vasu untuk menghalangi kasus itu dan menyesal tidak membuat salinannya. Ibu Lakshmi, yang berada di AS, menderita stroke jantung setelah mengetahui kematian Deepthi.
Daya memutuskan bahwa ia akan membawa kedua bersaudara itu ke pengadilan dengan cara apa pun yang memungkinkan, dan keesokan harinya di pengadilan, ia menyatakan bahwa ia juga telah menyerang Deepthi bersama keempat bersaudara itu, dan menjadi kaki tangan kejahatan tersebut, untuk memastikan bahwa kedua bersaudara itu tidak lolos dari hukuman mati, bahkan dengan mengorbankan nyawanya. Pernyataan itu mengejutkan semua orang, termasuk Saanvi dan Murthy, karena keduanya menolak untuk mempercayai pernyataannya. Hakim menjatuhkan hukuman mati kepada Daya dan keempat bersaudara itu.
Lakshmi, yang mengetahui sikap Daya, menghubungi Murthy untuk mengungkapkan bahwa dia membawa salinan rekaman pembunuhan tambahan selama ini sebagai tindakan pencegahan, dan membagikannya ke media, membuktikan bahwa Daya tidak bersalah. Akibatnya, hukuman mati Daya dibatalkan, sementara keempat bersaudara itu memulai perkelahian dengan polisi beberapa menit sebelum mereka digantung, yang mengakibatkan Daya berkelahi dengan mereka dan membunuh mereka bertiga sementara yang keempat bunuh diri di tempat dia seharusnya digantung sampai mati, karena takut akan kemarahan Daya. Daya dibebaskan dari penjara dan dikembalikan ke kepolisian, dan berdamai dengan Saanvi dan Murthy.
***
Budi selesai membaca cerpen yang ceritanya menarik dan bagus, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja gitu.
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum kopi dan makan singkong goreng. Eko datang ke rumah Budi, ya motor Eko di parkirkan di depan rumah Budi. Ya Eko duduk dengan baik dekat Budi gitu. Memang Eko melihat dengan baik di meja...ada anglo kecil di atasnya ada tekok kaleng yang berisi air panas gitu dan ada piring yang ada singkong goreng gitu.
"Hidup ini tetap sama kan Budi?" kata Eko.
"Ya hidup ini tetap sama sih!" kata Budi.
"Orang kaya yang punya harta rumah besar dan tanah yang luas berdasarkan warisan orang tua, ya orang kaya...menjalankan usaha dengan baik....salah satu usaha saja bakso gitu. Orang miskin yang tinggalnya numpang di tanah orang kaya dan rumahnya sederhana banget gitu, ya orang miskin....menjalankan usaha dengan baik...salah satu usaha saja bakso gitu," kata Eko.
"Realita kehidupan orang kaya dan orang miskin yang tinggal di kota Bandar Lampung gitu," kata Budi.
"Dua orang ini...memang berjalan dengan baik sih dari usaha yang di jalankan. Terjadi kompetisi urusan usaha yang di jalankan karena jenis usaha yang sama gitu, ya bakso," kata Eko.
"Kompetisi memang terjadi. Bagi yang memahami...agama yang di yakini, ya hasil dari usaha yang di jalankan dari jenis usaha yang sama, ya bakso....rezeki masing-masing gitu. Bagi yang tidak paham agama yang di yakini, ya tidak bisa di omongin lah...terkadang hatinya pun gelap dan pikirannya pun bisa saja berpikir yang buruk tujuan merugikan orang lain," kata Budi.
"Orang kaya sudah enak ini dan itu. Sedang orang miskin tetap berharap dengan baik...perubahan hidup, ya agar punya rumah sendiri dengan tujuan terbebas dari kemiskinan," kata Eko.
"Memang orang kaya sudah enak ini dan itu. Orang miskin selalu berusaha dengan baik untuk terbebas dari kemiskinan, ya maka usaha yang di jalankan di tekuni dengan baik karena dari usaha yang di jalankan adalah jalan keluar untuk keluar dari kemiskinan," kata Budi.
"Sekedar obrolan lulusan SMA saja kan Budi?" kata Eko.
"Memang sekedar obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Kopi," kata Eko.
"Eko mau kopi...buat sendiri, ya Eko!" kata Budi.
"Ya okey aku buat sendiri kopi!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Budi memberikan satu bungkus sachet kopi Torabika pada Eko, ya Eko mengambil satu bungkus sachet kopi Torabika gitu.
"Kopi Torabika," kata Eko.
"Aku beli kopi...Torabika...di warung," kata Budi.
"Warung Madura, ya berdasarkan berita Tv, ya Budi?" kata Eko.
"Bukan warung Madura. Warung biasa sih!" kata Budi.
"Warung Papua, ya berdasarkan berita Tv, ya Budi?" kata Eko.
"Bukan warung Papua. Warung biasa!" kata Budi.
"Ok. Warung biasa!" kata Eko.
"Yang aku tahu sih...pemilik warungnya memang orang Jawa. Silsilah suku keturunan sampai Madura, ya aku tidak tahu deh!" kata Budi.
"Ok. Ok. Ok. Warung Jawa!!!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Buat kopi Torabika!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Eko membuat kopi Torabika dengan baik gitu. Ceritanya kopi Torabika jadi buat gitu, ya Eko meminum kopi Torabika dengan baik gitu.
"Kopi Torabikanya...enak!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Eko selesai minum kopi, ya gelas berisi kopi di taruh di meja gitu.
"Aku mau cerita Eko!" kata Budi.
"Budi mau cerita toh!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Silakan Budi bercerita dengan baik!" kata Eko.
"Begini ceritanya!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Gema dan Gibran berteman baik gitu. Gibran kerja dengan baik di Mall Boemi Kedaton di kota Bandar Lampung gitu. Gema kerja dengan baik di toko kelontongan, ya pemilik toko adalah Stevani gitu. Ya Stevani menjalankan rumah tangga dengan baik sama Irsyad gitu. Usaha di pertokoan dari orang-orang yang menjalankan usaha, ya ada modalnya dari hutang gitu. Usaha dari modal hutang, ya di usahakan dengan baik usaha tetap baik tujuannya hutang terbayar dengan lunas gitu. Gema sedang dekat dengan cewek cantik yang bernama Kiara gitu. Ya Kiara kerja di toko kue, ya pemilik toko adalah Aqeela gitu. Rumah tangga yang di jalankan Aqeela dan Harry baik gitu. Hubungan Gema dan Kiara...teman baik sih. Gema benar-benar suka sama Kiara gitu. Keinginan Gema adalah jadian sama Kiara gitu, ya jadi Gema memantapkan diri untuk berusaha dengan baik untuk jadian sama Kiara gitu. Ketika Gema menyatakan cinta pada Kiara, ya Kiara di menolak Gema gitu. Ya Gema di tolak Kiara satu kali, ya Gema masih berusaha dengan baik untuk jadian sama Kiara gitu. Gibran teman baik Gema, ya Gibran menawarkan kerjaan di Mall Boemi Kedaton karena gaji di Mall lumayan dari pada kerja di toko gitu. Gema tertarik untuk kerja di Mall gitu karena gaji dan juga kelayakan dari tempat kerja gitu. Gema keluar dari toko kelontong miliknya Stevani dengan baik-baik gitu. Stevani butuh pegawai di tokonya setelah Gema keluar dari tokonya. Pipit yang kerja dengan baik di toko kelontong miliknya Stevani gitu. Gema kerja dengan baik di Mall Boemi Kedaton gitu. Gibran juga kerja dengan baik di Mall Boemi Kedaton gitu. Orang tua Gibran menjodohkan Gibran dengan cewek yang bernama Adara gitu. Ya Adara kerja di toko mainan, ya toko mainan pemiliknya Raisa gitu. Rumah tangga di jalankan dengan baik Raisa dan Mohan gitu. Gibran memang bertemu dengan Adara gitu, ya kedua saling suka jadi perjodohan berhasil gitu. Urusan pernikahan Gibran dan Adara tidak buru-buru jadi pernikahan di tunda sampai Gibran dan Adara siap dari segi keuangan gitu. Gema yang kerja di Mall Boemi Kedaton, ya Gema melihat dengan baik Kiara jalan bareng dengan cowok yang di kenal Gema, ya cowok itu bernama Fattah gitu. Ya Fattah pemilik usaha rumah makan gitu. Gema jadi mengerti kenapa Gema di tolak sama Kiara gitu? Ya karena Kiara menjalin hubungan kisah cinta dengan Fattah. Gibran yang teman baik Gema, ya Gibran memang tahu sih Gema di tolak Kiara dan juga Gibran juga melihat dengan baik....Kiara bersama Fattah di Mall Boemi Kedaton. Gibran berkata "Lupakan Kiara. Fokus kerja saja Gema!". Gema mengerti omongan Gibran gitu. Gema berkata "Cinta tidak bisa aku miliki. Ya aku lebih baik melupakan Kiara. Aku fokus kerja di Mall Boemi Kedaton....demi hidup ku ini!". Gema dan Gibran kerja di Mall dengan baik gitu. Kiara dan Fattah menjalankan kisah cinta yang baik, ya keduanya ada rencana menikah gitu untuk kebaikan keduanya. Begitulah ceritanya!" kata Budi.
"Cerita yang bagus," kata Eko.
"Sekedar cerita saja!" kata Budi.
"Kisah persahabatan tokoh Gema dan tokoh Gibran, ya dan juga cerita cinta," kata Eko.
"Begitulah ceritanya!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Main permainan Dam saja Budi!" kata Eko.
"Okey main permainan Dam!" kata Budi.
Budi mengambil permainan Dam di bawah meja, ya permainan Dam di taruh di atas meja gitu. Eko dan Budi main permainan Dam gitu.
No comments:
Post a Comment