Malam yang tenang. Setelah nonton Tv yang acaranya film laga gitu. Seperti biasa sih...Budi duduk santai di depan rumahnya, ya sambil menikmati minum teh dan makan singkong goreng gitu.
"Nyanyi dan main gitar saja!" kata Budi.
Budi mengambil gitar yang di taruh di samping kursi, ya gitar di mainkan Budi dengan baik dan bernyanyi dengan baik gitu.
Lirik lagu yang dinyanyikan Budi :
***
Budi selesai menyanyi, ya gitar berhenti di mainkan dan gitar di taruh di samping kursi gitu.
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum teh dan makan singkong goreng gitu.
"Baca cerpen saja!" kata Budi.
Budi mengambil buku di bawah meja, ya buku di buka dengan baik dan membaca cerpen yang ceritanya menarik gitu.
Isi cerita yang di baca Budi :
Pada awal tahun 1940-an, seorang subedar (pemungut pajak lokal di India kolonial) yang arogan dan antek-anteknya memasuki sebuah desa, menakut-nakuti sekelompok wanita yang mengambil air. Sonbai sendiri berdiri teguh dan dengan sopan meminta mereka untuk tidak membiarkan kuda memasuki sumber air minum desa tersebut.
Subedar menetap di kampnya dan Mukhi (artinya: kepala suku) desa mengunjunginya untuk memberi penghormatan. Gramofon Subedar menjadi objek daya tarik bagi para lelaki di desa tersebut. Ketidakhadiran Mukhi yang sering di rumah membuat istrinya kesal. Kepala sekolah, mencoba membujuknya untuk mendaftarkan putri satu-satunya di sekolah tersebut. Ketika dia melakukannya, wanita-wanita lain mengejeknya. Mukhi menarik putrinya keluar dan memukuli istrinya karena tidak mematuhinya. Adik laki-laki mukhi jatuh cinta pada seorang gadis kasta rendah, tetapi tidak berani menyebutkannya. Ketika hubungan mereka ketahuan, ayah gadis itu memukulinya dan mencoba membuat mukhi setuju untuk menikah. Mukhi menolak lamaran tersebut karena dianggap tidak cocok.
Anak buah subedar secara rutin menjarah desa untuk makanan, ternak dan perbekalan. Ketika mukhi membawa seorang wanita kepadanya, dia kecewa karena wanita itu bukan Sonbai, tetapi tetap menidurinya. Dia terus merayu Sonbai, tetapi ketika tuntutannya berubah menjadi kuat, wanita itu menampar wajahnya dan melarikan diri. Marah, dia memerintahkan tentaranya untuk membawanya. Sonbai berlindung di masala karkhana (pabrik rempah-rempah tempat cabai merah digiling menjadi bubuk). Abu Mian, yaaa penjaga gerbang Muslim tua dan penjaga pabrik menutup pintu pabrik agar tentara tidak masuk. Subedar mencoba membuka gerbang melalui pemilik pabrik dan mukhi gagal. Abu Mian menolak untuk berkompromi dengan pekerjaannya untuk memberikan keamanan bagi karyawan pabrik.
Ancaman Subedar untuk menghancurkan desa mendorong mukhi untuk mengadakan pertemuan panchayat desa. Penduduk desa menganggap Sonbai bertanggung jawab atas hasutan subedar dan memutuskan bahwa ia harus menyerah kepadanya. Kepala sekolah menunjukkan bahwa begitu mereka menyerah untuk satu hal, tidak akan ada yang menghentikan subedar untuk menuntut orang lain, bahkan mungkin istri mukhi sendiri. Mukhi memukulinya dan mengusirnya. Mukhi melaporkan kembali ke subedar bahwa mereka akan menyerahkan Sonbai dengan syarat bahwa subedar tidak akan membuat tuntutan lebih lanjut seperti ini. Subedar menertawakan syarat ini dan mengikat kepala sekolah ke sebuah tiang.
Mukhi menekan Sonbai, tetapi dia tetap teguh. Di dalam pabrik, para wanita yang dulu mendukung Sonbai kini menentangnya. Mereka takut jika dia tidak menyerah, subedar akan mengirim anak buahnya untuk menganiaya para wanita tanpa pandang bulu. Sonbai hampir mengalah, tetapi dihentikan oleh Abu Mian. Dia memutuskan untuk tetap teguh. Abu Mian menegur mukhi dan penduduk desa; mereka mungkin memerintah istri mereka di rumah, tetapi tidak cukup jantan untuk menghadapi subedar.
Subedar memerintahkan prajuritnya untuk menyerang pabrik, dan mereka mendobrak pintu. Abu Mian berhasil menembak salah satu prajurit, tetapi ia langsung tertembak mati. Subedar memasuki pabrik dan mencoba menangkap Sonbai. Para wanita di pabrik melakukan pertahanan yang tiba-tiba dan mengejutkan. Mereka menyerang subedar dengan sekantong penuh lal mirch masala (bubuk cabai merah segar) dalam tim yang terdiri dari dua orang. Film berakhir dengan subedar berlutut, menjerit kesakitan saat cabai membakar wajah dan matanya.
***
Budi selesai baca cerpen yang ceritanya bagus, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja.
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum teh dan makan singkong goreng gitu. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, yaaa dekat Budi.
"Langsung saja Budi.....main permainan Halmanya!" kata Eko.
"Yaaa okey...main permainan Halma!" kata Budi.
Budi mengambil permainan Halma di bawah meja, ya permainan Halma di taruh di atas meja gitu. Eko dan Budi main permainan Halma dengan baik gitu.
"Ngomong-ngomong...Budi mau cerita apa tidak?" kata Eko.
"Aku mau cerita Eko!" kata Budi.
"Ya kalau begitu silakan Budi bercerita dengan baik gitu!" kata Eko.
"Begini ceritanya!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Prilly anaknya Pak Andre dan Ibu Ayu. Prilly kerja di perusahaan PT. ANDROMEDA, ya pemilik Rizky. Ya Rizky menjalankan rumah tangganya dengan baik sama Lesti, yaaa dan anak bernama Rara gitu. Aliando anaknya Pak Gilga dan Ibu Srintil gitu. Ya Aliando kerja di perusahaan PT. BINTANG, ya pemiliknya Arya. Ya Arya menjalankan rumah tangganya dengan baik dengan Yasmin, yaaa dan anak bernama Selfi gitu. Aliando bertemu dengan cewek cantik di sebuah kafe, ya Aliando berkenalan dengan cewek cantik itu dan namanya Prilly. Ya Prilly berkesan banget pertemuan sama Aliando begitu juga Aliando berkesan pertemuan pertama dengan Prilly gitu, ya ada kimistrinya gitu. Hubungan pertemanan Aliando dan Prilly berjalan baik sampai jadian dan menikah gitu. Pernikahan yang di jalankan Prilly dan Aliando mendatangkan kebahagiaan dengan hadirnya Tiara, putri mereka. Ya Aliando yang baik dan setia selalu menenangkan Prilly. Berbagai kisah perselingkuhan di sekelilingnya, yaaa termasuk Vior sahabat dekatnya Prilly. Suami Vior bernama Alex berselingkuh dengan cewek bernama Catheez. Alasan Alex berselingkuh sama Catheez, ya seperti biasa sih lagu lama kemasan baru, ya karena Vior mandul gitu. Yaaa tentang perselingkuhan...tidak sekalipun mengusik kepercayaan Prilly terhadap sang suami. Prilly pun berusaha mengabdikan diri sepenuh hati sebagai Ibu dan istri. Perjalanan takdir kemudian berujung ujian bagi cinta Prilly dan Aliando. Suatu hari, dalam perjalanan menuju kantor, ya Aliando harus menolong korban yang mengalami kecelakaan mobil. Alangkah kagetnya Aliando saat mengetahui korbannya adalah seorang perempuan dalam balutan baju pengantin. Eca Aura berusaha bunuh diri setelah cowok yang berjanji menikahi ternyata menipunya, yaaa cowok itu namanya Danias gitu. Padahal di perutnya Eca Aura ada janin berusia tujuh bulan. Eca Aura berhasil diselamatkan, yaaa namun mengalami koma, yaaa sementara anak laki-lakinya yang di berinama Rangga, lahir dengan selamat. Aliando tidak tega meninggalkan bayi dan Ibu yang ternyata hidup sebatang kara tersebut. Di luar dugaan, ya Eca Aura melakukan percobaan bunuh diri lagi. Beruntung diselamatkan Aliando. Ya Aliando jatuh kasihan pada Eca Aura. Ya Eca Aura meminta Aliando untuk menikahinya. Tidak disangka, ya Eca Aura sangat berbahagia dengan pernikahannya dengan Aliando. Ya Eca Aura merasa terharu dan bahagia bisa dinikahi oleh laki-laki sebaik Aliando. Dengan demikian Aliando menjalankan poligami. Aliando semakin hari semakin merasa bersalah pada Prilly. Saat Aliando berusaha menceritakan poligaminya pada Prilly, ya Bapak Prilly, Pak Andre meninggal. Suasana semakin berat bagi Aliando saat mendengar pengakuan Ibu Prilly, ya Ibu Ayu kalau Pak Andre juga poligami, ya dengan Ibu Amanda gitu. Demi kebahagiaan Prilly, Ibu Ayu merahasiakan poligami Bapaknya dan ikhlas menerima takdirnya. Akhirnya kenyataan poligami Aliando diketahui juga oleh Prilly. Bahtera perkawinannya yang ideal, ya runtuh seketika. Ya Prilly yang tetap tidak bisa Aliando punya istri kedua...Eca Aura gitu. Prilly meminta Aliando memilih diri Prilly apa Eca Aura gitu?. Ya Aliando yang cinta sama Prilly, ya milih Prilly. Sedangkan Aliando dan Eca Aura karena keadaan gitu. Ya Aliando tidak bisa bersama dua istrinya, ya jadi Aliando memutuskan untuk mencerai Eca Aura gitu. Ya Eca Aura mengerti gitu, ya di cerai Aliando karena Prilly gitu. Setelah bercerai, ya Eca Aura pergi bersama Rangga, ya ke Malaysia. Ya di Malaysia Eca Aura kerja dengan baik dan bahagia hidupnya dengan anak yang di sayang dengan baik, ya Rangga. Rumah tangga Aliando dan Prilly jadinya berbahagia demi Tiara gitu. Begitulah ceritanya!" kata Budi.
"Cerita yang bagus!" kata Eko.
"Sekedar cerita saja!" kata Budi.
"Lika liku kisah cinta tokoh Aliando!" kata Eko.
"Begitulah ceritanya!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Budi dan Eko, yaaa masih asik main permainan Halma gitu.
"Hidup ini tetap sama kan Eko?" kata Budi.
"Yaaa hidup ini tetap sama Budi!" kata Eko.
"Akting," kata Budi.
"Apa maksudnya Budi...dengan kata akting itu?" kata Eko.
"Berdasarkan aku nonton berita Tv sih. Orang itu, ya jelas banget suku dan agama yang di yakininya Kristen gitu. Demi tujuan kontrak kerja, ya orang itu berakting dengan baik jadi agama Islam, ya tujuannya mengangkat agama Islam dengan baik," kata Budi.
"Yaaa seperti lagu Panggung Sandiwara. Demi uang, ya harus menjalankan peran dengan baik orang yang beragama Kristen berakting beragama Islam dengan tujuan mengangkat dengan baik agama Islam gitu," kata Eko.
"Kenyataan tetap di jalankan dengan baik...Panggung Sandiwara!" kata Budi.
"Roda ekonomi berjalan dengan baik kan Budi?" kata Eko.
"Yaaa roda ekonomi berjalan dengan baik," kata Budi.
"Hasil tetap rezeki masing-masing!" kata Eko.
"Memang tetap rezeki masing-masing!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Terus menerus di jalankan orang beragama Kristen, ya berakting beragama Islam dengan tujuan mengangkat agama Islam. Padahal sekalian beneran saja masuk agama Islam," kata Budi.
"Kalau hidayahnya sudah nyampe...pasti masuk agama Islam. Kalau hidayah belum sampai juga, ya tetap orang yang beragama Kristen berakting beragama Islam dengan tujuan mengangkat agama Islam," kata Eko.
"Hidup ini...pilihan manusia yang menjalankan hidup ini," kata Budi.
"Memang hidup ini tetap pilihan manusia yang menjalankan hidup ini!" kata Eko.
Eko dan Budi tetap asik main permainan Halma gitu.
No comments:
Post a Comment