Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola, ya seperti biasa sih....Budi duduk di depan rumahnya sedang membaca cerpen, ya sambil menikmati minum teh dan makan singkong goreng gitu.
Isi cerita yang di baca Budi :
Selama Pemisahan India, yaaa umat Muslim diserang oleh umat Hindu dan Sikh radikal di Pakistan ketika bermigrasi dari India dengan kereta api ke stasiun kereta api di Punjab Barat di Pakistan. Pada saat yang sama, umat Muslim radikal membunuh umat Sikh dan Hindu yang bermigrasi dari Pakistan menuju Punjab Timur di India. Selama kerusuhan Hindu-Muslim yang meletus segera setelah pemisahan, seorang pengemudi truk bernama Tara Singh juga berencana untuk membunuh umat Muslim tetapi berhenti setelah mengenali teman kuliahnya Sakina Ali dari barang antik Taj Mahal kecil di tangannya. Tara menyelamatkan dan melindunginya dari massa yang mengejarnya karena dia tidak dapat naik kereta bersama anggota keluarganya setelah tersesat di antara kerumunan. Tara Singh membela Sakina dengan mengoleskan darah (menyiratkan Sindoor) ke dahinya untuk menjadikannya istri Sikh-nya. Saat mengemudi kembali ke rumah mereka, Tara dan Sakina mengingat masa kuliah mereka.
Pra-1947 : Ambisi Tara yang sebenarnya adalah menjadi seorang penyanyi, di mana teman-teman Sakina membodohi Tara dengan berpikir bahwa mereka memberinya tempat di acara musik kampus mereka sebagai imbalan atas bantuannya. Tara tampil buruk di depan guru musik. Temannya memberinya tablet yang membantunya membuktikan kemampuan menyanyinya. Kemudian, Tara menemukan bahwa Sakina bukanlah guru musik yang sebenarnya, yang membuatnya sedih. Ketika tampil di acara musik, Sakina mengumumkan bahwa dia tidak akan melakukan tindakannya dan sebaliknya memberikan kesempatan bagi Tara untuk bernyanyi meskipun bertentangan dengan keinginan para senior di kampus. Tara mengesankan semua orang dengan bakatnya. Ketika kembali ke rumah setelah menyelesaikan tahun terakhir, Tara memberi Sakina barang antik Taj Mahal sebagai hadiah perpisahan.
Kemudian, orang tua Tara, Jaideep Singh, dan Parmeet Kaur, dan dua saudara perempuannya depresi karena mereka tidak kembali ke Amritsar sebelum pemisahan. Gul Khan, teman Muslim Tara menemui keluarga itu dan meminta mereka untuk tinggal bersamanya karena orang tuanya mencintai kedua sahabat itu secara setara, tetapi orang tua dan saudara perempuan Tara tidak setuju. Mereka dengan berat hati memutuskan untuk pergi. Saat berangkat ke stasiun, Jaideep dan Parmeet memberikan dua kantong kertas kepada putri mereka. Si kembar yang bingung bertanya kepada mereka tentang kantong-kantong itu, dan Jaideep memberi tahu mereka bahwa kedua saudari itu tidak boleh ragu untuk menyerahkan nyawa mereka agar tidak ada serangan Muslim. Keluarga itu tiba di stasiun dan menaiki kereta. Setelah beberapa waktu, gerombolan besar Muslim menyerang seluruh kereta yang terdiri dari pengungsi Hindu dan Sikh. Orang-orang melarikan diri untuk menyelamatkan diri tetapi dibunuh dengan mengerikan.
Saudari-saudari Tara buru-buru mencoba memakan racun itu, tetapi dua orang pria melemparkan racun itu dari tangan mereka dan membunuh mereka setelah mengalami penyiksaan fisik yang kejam. Kereta yang penuh dengan mayat-mayat umat Hindu dan Sikh itu baru saja tiba di stasiun Amritsar dengan sebuah pesan tertulis di atasnya. Umat Hindu dan Sikh, yang sedang menunggu untuk menjemput kerabat mereka di stasiun, melihat bahwa kerabat mereka dibantai di dalam kereta. Tara juga berada di stasiun dan melihat pertumpahan darah. Marah, umat Hindu dan Sikh membentuk pasukan yang kuat di Punjab Timur dan membalas dengan cara yang sama bersama Tara dan membantai setiap Muslim di stasiun Amritsar yang mencoba melarikan diri ke Pakistan.
1947-1954 : Tara dan Sakina tiba di rumah mereka, di mana dia menjelaskan bahwa menerapkan sindoor tidak berarti apa-apa karena dia melakukan ini hanya untuk menyelamatkan hidupnya. Setelah mengetahui dari stasiun kereta api setempat tentang kematian orang tuanya, Sakina mulai tinggal di rumah Tara. Setelah mendengar komentar bibi Tara tentang bagaimana masyarakat bereaksi terhadap keluarga Tara bahwa dia menjaga seorang Muslim, dia bersikeras Tara membawanya ke kamp pengungsi Muslim karena dia tidak ingin membebaninya lagi. Sebelum Tara dan Sakina berangkat menuju Lahore, Sakina bersikeras bahwa dia telah mengetahui tentang cinta Tara padanya dengan membaca buku harian rahasianya, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Setelah mencapai perbatasan dan menyadari cintanya padanya, Sakina melamar Tara, dan mereka menikah dan menjadi orang tua dari seorang bayi laki-laki bernama Charanjeet "Jeete" Singh.
Hidup mereka tampak seperti hamparan bunga mawar sampai Sakina melihat koran lama selama festival Holi yang memiliki foto ayahnya Ashraf Ali dan menyadari bahwa orang tuanya masih hidup. Ashraf Ali adalah walikota Lahore saat ini. Sakina menelepon Ashraf Ali dari Kedutaan Besar Pakistan di Delhi, di mana ia mengatur untuk menerbangkannya ke Lahore. Namun, Tara dan putra mereka Jeete, yang seharusnya menemaninya ke Lahore, diberitahu pada menit terakhir bahwa formalitas visa mereka belum selesai, yang memaksa mereka untuk tinggal di India. Sakina pergi dengan berat hati dan bertemu seluruh klannya kembali di Lahore. Setelah beberapa waktu, Sakina mengatakan bahwa dia ingin kembali ke India, tetapi ibunya mengatakan kepadanya bahwa dia akan segera diusir karena orang-orang mengoceh tentang dia tinggal dengan seorang Jatt India.
Ashraf Ali juga menceritakan semua kesulitan mereka selama perjalanan dari India ke Pakistan. Sakina patah hati, tetapi dia mulai protes ketika teman-teman orang tuanya mulai menggunakan kehidupan pasca-pernikahannya sebagai aksi publisitas dan menggambarkan mertuanya dengan buruk untuk mendapatkan lebih banyak simpati dan suara dari penduduk Pakistan. Kemudian, Sakina diperkenalkan kepada Salim Ali, orang tampan yang berpengaruh, dan diberitahu bahwa dia akan menikahinya. Tetap saja, Sakina menolak dan bahkan meminta Qazi Saheb untuk meninggalkannya sendirian, mengatakan pernikahan kedua selama masa hidup suaminya adalah dosa. Orang tua Sakina dan Mamaji marah tentang hal ini, dan mereka secara paksa menguncinya di sebuah kamar di dalam istana. Setelah mengetahui bahwa mereka tidak akan menerima visa, Tara, bersama dengan temannya dan Jeete, memasuki Pakistan secara ilegal di perbatasan.
Tara tiba di Lahore bersama putra dan temannya Darmiyaan Singh. Tara mencoba berlindung di Gulkhan, yaaa rumah saudara tirinya tetapi meninggalkan tempat itu bersama Jeete dan Darmiyaan. Mereka mengetahui bahwa Sakina akan menikah dan menghubunginya sebelum pernikahan berlangsung. Perkelahian akan terjadi ketika pendeta menghentikan mereka, yang dapat berakhir dengan merugikan karier politik Ashraf Ali. Ashraf Ali menyetujui pernikahan mereka dengan dua syarat: Mereka harus tinggal di Pakistan dan Tara harus masuk Islam. Syarat-syarat ini diterima oleh Tara di depan umum keesokan harinya, yang bertentangan dengan rencana Ashraf Ali. Ashraf Ali membuat Tara menghina negaranya untuk membuktikan bahwa dia adalah orang Pakistan sejati, tetapi Tara marah dan membunuh gerombolan yang dikirim oleh Ashraf.
Tara, Sakina, Jeete, dan Darmiyaan berhasil melarikan diri dari kota dan bersembunyi di pondok pasangan miskin di dekat hutan perbatasan. Istri pria itu adalah wanita serakah yang menginginkan semua perhiasan Sakina untuk dirinya sendiri, dia menolak untuk mendengarkan suaminya dan mengusir Sakina dari rumah ketika dia tidak mendapatkan lebih banyak perhiasan. Setelah Sakina pergi bersama Tara, Jeet, dan Darmiyaan, Ashraf Ali tiba di pondok dan merelokasi putrinya. Setelah periode kekacauan yang panjang, mereka menangkap kereta pabrik kapas yang menuju India. Ashraf Ali mengetahuinya dan membawa beberapa orang untuk menghentikan mereka. Dalam pertarungan berikutnya, Sakina tertembak oleh ayahnya dan jatuh koma. Sakina sadar kembali setelah mengalami mimpi buruk, di mana dia bersatu kembali dengan Tara dan Jeete. Ashraf Ali akhirnya menerima Tara sebagai menantunya. Tara, Sakina, Jeet dan Darmiyaan kembali ke India.
***
Budi selesai baca cerpen yang ceritanya bagus, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja gitu.
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum teh dan makan singkong goreng gitu.
"Nyanyi dan main gitar!," kata Budi.
Budi mengambil gitar yang di taruh di samping kursi, ya gitar di mainkan dengan baik dan bernyanyi dengan baik gitu.
Lirik lagu yang dinyanyikan Budi :
***
Budi selesai menyanyi, ya gitar berhenti di mainkan dan gitar di taruh di samping kursi gitu.
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum teh dan makan singkong goreng gitu. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan dengan baik di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi gitu.
"Langsung main catur Budi!" kata Eko.
"Okey...main catur!" kata Budi.
Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di taruh di atas meja gitu. Eko dan Budi main catur dengan baik gitu.
"Budi...mau cerita?" kata Eko.
"Aku mau cerita Eko!" kata Budi.
"Silakan Budi....bercerita dengan baik!" kata Eko.
"Begini ceritanya!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Andre pemilik perusahaan PT. JAYA. Ya Andre menjalankan rumah tangga dengan baik bersama istri tercinta Ayu. Dicky anaknya Andre dan Ayu gitu. Ya Dicky kerja dengan baik di perusahaan gitu. Yeni adalah istri tercintanya Dicky gitu. Rumah tangga yang di jalankan Dicky dan Yeni berjalan dengan baik dan bahagia dengan anak bernama Marsanda gitu. Andre dan Ayu menyanyangi dengan baik cucunya, ya Marsanda gitu. Yeni mengidap penyakit yang mematikan gitu, ya akhirnya meninggal. Dicky bersedih meninggalnya Yeni, ya begitu juga Marsanda yang masih berumur 4 tahun gitu. Dicky dan Marsanda harus menerima keadaan, ya ikhlas dengan baik Yeni meninggal gitu. Yeni di kuburkan dengan baik gitu. Dicky sebagai Ayah baik, ya mencintai Marsanda dengan baik gitu. Sampai suatu hari, ya ketika Dicky berada di kafe bersama dengan Aliando gitu. Ya Aliando teman dan rekan bisnis Dicky gitu. Ya Aliando pemilik perusahaan PT. MAJU gitu. Karena memang Aliando kaya gitu, ya jadi punya pacar dua gitu. Pacar pertama Aliando bernama Prilly, ya kerjaannya model gitu. Pacar kedua Aliando bernama Selfi, ya kerjaannya dokter gitu. Ya Aliando berusaha dengan baik mengatur hubungan dengan dua pacarnya gitu. Di kafe, ya Dicky bersama Aliando. Dicky bertemu dengan cewek cantik yang mirip dengan Yeni gitu, ya setelah berkenalan dengan baik Dicky dengan cewek itu, ya jadi tahu namanya adalah Adisty gitu. Ya Adisty kerja di perusahaan PT. GEMILANG, ya pemiliknya Pasha gitu. Ya sebenarnya Pasha suka dengan Adisty tapi Pasha belum menyatakan cintanya pada Adisty gitu. Dicky yang tertarik dengan Adisty jadinya pendekatan yang baik di jalankan Dicky kepada Adisty gitu. Dicky sering sih jalan bareng sama Adisty sampai menjalankan makan malam romantis gitu dan ada musik dan dansa gitu. Ya Adisty senang sih di perlakukan dengan baik sama Dicky gitu. Yaaa Dicky menyukai Adisty karena parasnya mirip sama Yeni, ya jadi pertanyaannya Dicky apa benar diri Dicky menyukai Adisty gitu?. Hubungan Adisty dengan Dicky masih sebatas teman saja gitu. Pasha yang suka sama Adisty, ya berusaha dengan baik agar tidak kehilangan Adisty karena Adisty dekat dengan Dicky gitu. Pasha jadi sering ajak jalan Adisty. Ya Adisty senang di agak Pasha gitu, ya karena memang sih Adisty suka sama Pasha gitu. Pasha dan Dicky bertemu dan jadinya sepakat untuk bersaing sehat untuk bisa bersama Adisty gitu. Pada akhirnya Dicky memilih mundur karena masih mencintai Yeni dan juga pernah Dicky merubah Adisty seperti Yeni, ya padahal itu salah sih. Pasha yang memenangkan hati Adisty, ya senang banget sih Pasha gitu. Begitu Adisty senang dengan Pasha gitu. Ya Pasha dan Adisty ada rencana untuk menikah gitu. Dicky merenung dengan baik di kantornya, ya kenapa dirinya tidak bisa maju ke depan gitu urusan cinta gitu?. Dicky berkata "Terlalu cinta sama Yeni, ya jadi tidak bisa melupakan Yeni". Marsanda sedang dekat dengan guru sekolah TK yang bernama bernama Rara gitu. Dicky suka dengan Rara gitu, ya jadi Dicky mencoba untuk ngajak jalan-jalan bersama Marsanda gitu. Marsanda happy banget sama Rara gitu. Dicky berusaha dengan baik mencoba untuk maju ke depan untuk memilih Rara gitu. Rara menerima Dicky gitu. Hubungan kisah cinta di jalankan dengan baik Dicky dan Rara, ya Marsanda tetap senang bersama Rara gitu. Adisty dan Pasha telah merencanakan pernikahan dengan baik, ya jadi mengundang Dicky gitu. Yaaa Dicky bersama Rara, ya datang ke pernikahan Adisty dan Pasha gitu. Acara pernikahan Pasha dan Adisty berjalan lancar dan bahagia gitu. Setelah urusan acara pernikahan Adisty dan Pasta, ya Dicky pun memutuskan menikah dengan baik sama Rara, ya Marsanda menerima Rara jadi Ibunya gitu. Sedangkan kisah cinta Aliando, ya jadinya bersama Prilly saja gitu. Hubungan Aliando dengan Selfi putus dan Selfi bersama Randa yang kerjaannya dokter gitu. Begitulah ceritanya!" kata Budi.
"Cerita yang bagus!" kata Eko.
"Sekedar cerita saja!" kata Budi.
"Tokoh Pasha dan tokoh Adisty adalah nama-nama tokoh-tokoh di sinetron Cinta Berakhir Bahagia," kata Eko.
"Karena aku suka dengan nama-nama itu, ya jadi aku masukan dalam cerita yang aku ceritakan," kata Budi.
"Suka," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Tidak ada masalah," kata Eko.
"Memang tidak ada masalah," kata Budi.
"Lika liku kisah cinta tokoh Dicky!" kata Eko.
"Begitulah ceritanya!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Budi dan Eko, ya asik main catur gitu.
"Hidup ini tetap sama kan Eko?" kata Budi.
"Memang hidup ini...tetap sama, ya keadaan kita kan Budi?" kata Eko.
"Keadaan kita. Sederhana dan tetap kerjaan buruh. Ya ada sih hidup ini...perubahan kan Eko?" kata Budi.
"Yaaa ada sih hidup perubahan hidup ini," kata Eko.
"Contoh perubahan itu, ya ada orang yang nganggur. Hidup ini kan kompetisi urusan kerjaan gitu dan di pengaruhi hal ini dan itu gitu, ya masih kaitan urusan kekerabatan gitu. Orang yang nganggur itu meninggalkan kota ini ke kota lain yang industri berkembang dengan baik, ya jadi kerja deh dan dapat uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ya bisa nyicil hutang gitu selama diri orang itu nganggur gitu," kata Budi.
"Contoh yang tepat urusan perubahan yang berkaitan dengan ekonomi. Orang nganggur dapat kerjaan," kata Eko.
"Memang berkaitan ekonomi," kata Budi.
"Orang itu, ya kerjaannya lancar dengan baik....bisa beli motor kan Budi?" kata Eko.
"Yaaa bisa sih beli motor, ya urusan kerjaan lancar gitu," kata Budi.
"Seperti kita, ya kan Budi?" kata Eko.
"Berakit-rakit ke hulu, ya berenang-renang ketepian. Awalnya naik angkot urusan pergi kerja ke perusahaan, ya pada akhirnya bisa beli motor dari gaji yang di dapatkan," kata Budi.
"Sedangkan orang-orang yang punya kemampuan lebih dengan status pendidikan tingginya, ya bisa beli mobil dan rumah kan Budi?" kata Eko.
"Berdasarkan data sih....tentang orang-orang pinter yang status pendidikan tinggi, ya bisa beli mobil dan rumah sih," kata Budi.
"Rezeki masing-masing," kata Eko.
"Memang rezeki masing-masing," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Budi dan Eko tetap asik main catur gitu.
No comments:
Post a Comment