CAMPUR ADUK

Thursday, September 19, 2024

MAHARATHI

Malam yang tenang gitu. Setelah nonton Tv yang acaranya olahraga voli, ya seperti biasa sih...Budi duduk di depan rumahnya sedang membaca cerpen yang ceritanya menarik gitu, ya sambil menikmati minum kopi dan makan singkong goreng gitu.

Isi cerita yang di baca Budi :

Cerita ini dibuka dengan Jai Singh Adenwaala terlibat dalam kecelakaan karena mengemudi dalam keadaan mabuk, tetapi diselamatkan dari kematian oleh Subhash Sharma. Karena Jai ​​Singh mabuk berat, Subhash memanggil taksi dan memutuskan untuk mengantarnya pulang. Sesampainya di Adenwaala Bungalow, Jai Singh mengundang Subhash masuk untuk mengucapkan terima kasih. Ia memperkenalkannya kepada istrinya, Malika, seorang wanita muda yang glamor tetapi mencurigakan, dan pengacara sekaligus temannya, AD Merchant. Ia kemudian mempekerjakan Subhash sebagai sopirnya, yang membuat Mallika kesal. Merchant juga tidak menyukainya. Malika berusaha sekuat tenaga untuk mengeluarkan Subhash dari rumah dengan menjebaknya atas perampokan, tetapi kecerdasan dan kecerdikan Subhash memungkinkannya menyelamatkan diri.

Adenwaala mengungkapkan kepada Subash bahwa dia terlilit hutang dan depresi karena kebiasaan minumnya yang terus-menerus, dan Mallika ingin membunuhnya untuk mengklaim asuransinya yang bernilai 24 crores setelah Mallika membuang inhalernya ke luar jendela saat dia mengalami serangan asma; untungnya Subash ada di sana dan memberikannya kepada Adenwaala tepat waktu.

Dia menelepon Subhash dan Malika dan menyerahkan surat kepada Subhash. Dia kemudian memberi tahu Malika tentang sedikit perubahan yang dia buat dalam polis asuransinya. Menurut ketentuan dalam polis, uang asuransi hanya dapat diklaim jika Adenwaala dibunuh dan bukan jika dia bunuh diri. Adenwaala mengatakan bahwa dia tahu Malika akan mencoba membuat bunuh dirinya tampak seperti pembunuhan. Dia juga mengungkapkan bahwa dia meminta Subhash untuk tinggal sehingga dia tidak dapat disalahkan atas kematiannya. Setelah mengatakan ini, dia menembak dirinya sendiri. Malika bergegas menelepon polisi, tetapi Subhash meyakinkannya bahwa bersama-sama mereka dapat membuktikan bunuh dirinya sebagai pembunuhan.

Subhash menawarkan untuk bekerja sama dengannya dengan syarat mereka akan membagi uang asuransi menjadi dua. Mallika awalnya ragu-ragu tetapi akhirnya menerima tawaran Subhash setelah dia mengungkapkan surat yang disuruhnya untuk diberikan kepada Merchant mengklaim Adenwaala meminta Merchant untuk membebaskan Mallika dari penjara jika dia berhasil membuktikan kematiannya sebagai pembunuhan dan kemudian memberikan surat itu kepada perusahaan asuransi sehingga mereka tidak memberinya uang. Kemudian mereka memutuskan untuk menyembunyikan tubuh Jai Adenwaala di dalam freezer untuk menghentikannya membusuk dan meletakkan botol-botol alkohol Adenwaala di atasnya untuk mengalihkan perhatian orang-orang darinya. Mereka kemudian membersihkan rumah dari semua bukti tentang kematian Adenwaala. Mereka kemudian memutuskan untuk berpura-pura bahwa Adenwaala ada di kamar tidurnya dan terlalu sakit untuk bertemu siapa pun, dan kemudian menyewa seorang perawat bernama Swati untuk menyalahkannya.

Ketika Swati mematikan lemari es, Subhash berdalih bahwa lemari es itu harus tetap menyala karena sistemnya. Mallika curiga karena Swati tinggal di rumah setelah dia hampir membuka lemari es suatu malam saat berjalan sambil tidur dan memutuskan untuk membunuhnya, tetapi Subhash meyakinkannya untuk tidak melakukannya. Namun, Mallika diam-diam berencana dengan Merchant untuk mengusir Subhash dan mengambil uang itu untuk mereka sendiri. Subhash kemudian menutupi wajahnya dan berpura-pura menjadi Adenwaala sebelum dia meninggalkan rumah bersama Mallika dengan berpura-pura pergi ke panti jompo dan membawanya ke bilik susu, di mana dia mengikatnya dan meninggalkan mobil agar terlihat seperti orang jahat menjebaknya dan menculik Adenwaala. Namun, kursi Mallika jatuh di malam hari, dan dia meninggal setelah tulang belakangnya patah, di mana dia ditemukan oleh polisi di pagi hari. ACP Gokhale memanggil Merchant ke rumah Adenwaala dan menanyai mereka tentang malam hilangnya dia. Merchant memberi tahu Gokhale bahwa Adenwaala tidak membuat surat wasiat, dan Gokhale pergi setelah meninggalkan seorang polisi untuk berjaga.

Merchant kemudian mengungkapkan kepada Subhash bahwa Adenwaala memang membuat surat wasiat dan mempercayakan semuanya kepada Subhash untuk menyelamatkan hidupnya, menjadikan Subhash tersangka utama, dan mengungkapkan bahwa ia bermaksud untuk melaporkannya ke polisi di pagi hari. Setelah membuat petugas penjaga mabuk, Subhash membuka lemari es, tetapi Merchant tiba-tiba muncul dan menemukan mayat. Subhash mengatakan yang sebenarnya, tetapi mengklaim Mallika merencanakan semuanya. Merchant memutuskan untuk mengambil keuntungan dan mencoba membuat Subhash menandatangani surat kuasa, sehingga Merchant dapat mewarisi uang asuransi dan surat wasiat untuk dirinya sendiri. Ketika Subhash menolak, Merchant menodongkan senjata ke Swati yang telah terbangun, tetapi Gokhale dan polisi tiba. Subhash secara keliru menyalahkan Merchant atas kematian Adenwaala dan Mallika, jadi Merchant dengan marah mencoba menembak Subhash, tetapi Gokhale menembak dan membunuhnya terlebih dahulu.

Subhash menggunakan asuransi dan uang warisan untuk membangun rumah mewahnya sendiri, tetapi Swati muncul dan mengungkapkan bahwa ia menyadari sepatu yang dikenakan "Adenwaala" saat ia pergi bersama Mallika ke panti jompo adalah sepatu yang sama dengan yang dikenakan Subhash, yang membuat mereka berdua tertawa dan menjadi pasangan.

***

Budi selesai baca cerpen yang ceritanya bagus, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja gitu. 

"Emmm," kata Budi.

Budi menikmati minum kopi dan makan singkong goreng gitu. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik dekat Budi gitu. 

"Emmm," kata Eko. 

"Hidup ini tetap sama kan Eko?" kata Budi. 

"Hidup ini tetap sama!" kata Eko. 

"Acara Tv...film gitu, ya film di tayangkan berulang-ulang dengan baik gitu," kata Budi. 

"Realita acara Tv, ya film di tayangkan berulang-ulang dengan baik gitu," kata Eko. 

"Berarti...obrolan kita bisa di ulang dengan baik gitu, ya Eko?" kata Budi. 

"Bisa sih.....obrolan kita di ulang kembali gitu," kata Eko. 

"Gimana dengan obrolan extrim gitu?" kata Budi. 

"Okey...obrolan extrim...tidak ada masalah!" kata Eko. 

"6 ajaran agama menunjukkan kebenaran masing-masing dengan tujuan ini dan itu," kata Budi. 

"Memang realitanya memang begitu sih...6 ajaran agama menunjukkan kebenaran masing-masing gitu," kata Eko. 

"6 ajaran agama terus menerus menunjukkan kebenaran masing-masing karena pemimpin masing-masing, ya jadinya perselisihan terjadi dengan baik dan pertikaian gitu," kata Budi. 

"Gara-gara menunjukkan kebenaran masing-masing, ya 6 ajaran agama jadi konflik gitu," kata Eko. 

"Gerakan komunis, ya menangkap semua pemimpin 6 ajaran agama gitu," kata Budi. 

"Hidup di negeri ini dengan menggunakan sistem demokrasi jadinya menunjukkan kebenaran masing-masing dari pemimpin masing-masing 6 ajaran agama. Jadi seperti biasa kita menjadi komunis toh, ya membuat pergerakan dengan baik menangkap semua pemimpin-pemimpin 6 ajaran agama," kata Eko.

"Pemimpin-pemimpin 6 ajaran agama di sidang dengan baik sama pergerakan komunis dengan tujuan pemimpin-pemimpin 6 ajaran agama di suruh membuktikan kebenaran masing-masing dengan di berikan kitab ajaran masing-masing. Karena ada seorang pemuda yang dapat melapaui batasannya sampai mendengarkan Roh, ya dengan ilmunya berarti pemuda itu mampu menunjukkan kebenaran. Pemimpin-pemimpin dari 6 ajaran agama harus bisa melapaui batasan manusia, ya sampai mendengar Roh, ya jika tidak bisa di tembak mati," kata Budi. 

"Di sidang dengan baik pemimpin-pemimpin dari 6 ajaran agama dan di suruh membuktikan kebenaran dengan cara melampauin batasan manusia sampai mendengar Roh, ya jika tidak bisa di tembak mati," kata Eko. 

"Yaaa ternyata pemimpin-pemimpin dari 6 ajaran agama di tembak mati karena tidak bisa membuktikan kebenaran," kata Budi. 

"Tidak mampu jadinya di tembak mati," kata Eko. 

"Mayat di kembalikan ke keluarga masing-masing gitu, ya agar di kuburkan dengan layak gitu," kata Budi. 

"Masyarakat jadi takut pada pergerakan komunis, ya memilih diam dan tidak terjadi lagi perselisan 6 ajaran agama gitu," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Sebenarnya tidak perlu di bunuh sih pemimpin-pemimpin 6 ajaran agama kan Budi?" kata Eko. 

"Sebenarnya tidak perlu di bunuh sih. Untuk ketegasan sih, ya bila tidak mampu menunjukkan kebenaran di tembak mati," kata Budi. 

"Ketegasan saja!" kata Eko. 

"Kalau pemimpin-pemimpin 6 ajaran agama mengerti dengan baik ajaran agama masing-masing lebih baik menundukkan kepala dari pada menunjukkan kebenaran masing-masing sampai terjadi konflik," kata Budi. 

"Menundukkan kepala lebih baik karena tidak bisa menunjukkan kebenaran masing-masing. Ya tidak bisa melampauin batasan manusia sampai mendengarkan Roh," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA, ya yang extrim kan Eko?" kata Budi. 

"Iya sekedar bahan obrolan lulusan SMA, ya yang extrim gitu!" kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

Budi mengambil wayang golek di bawah meja gitu. 

"Aku mau cerita Eko, ya berceritanya menggunakan wayang golek gitu!" kata Budi. 

"Budi mau cerita toh. Yaaa silakan Budi bercerita dengan baik gitu!" kata Eko. 

"Begini ceritanya!" kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Jasmin, seorang wanita berkarakter cerdas, berani, dan berpendirian kuat. Jasmin hidup dan dibesarkan dalam lingkungan dan tradisi Islam konservatif di keluarga Kyai yang mengelola sebuah pesantren kecil Salafiah putri Al-Huda di Jawa Timur, Indonesia. Dalam lingkungan dan tradisi konservatif tersebut, ilmu sejati dan benar hanyalah al-Qur'an, Hadits dan Sunnah, dan buku-buku modern dianggap sebagai ajaran menyimpan. Dalam pesantren Salafiah putri Al-Huda diajarkan bagaimana menjadi seorang perempuan yang harus tunduk pada laki-laki, sehingga Jasmin beranggapan bahwa ajaran Islam hanya membela laki-laki dan menempatkan perempuan dalam posisi sangat lemah dan tidak seimbang. Tapi protes Jasmin selalu dianggap rengekan anak kecil. Hanya Andre, paman Jasmin dari pihak Ibunya yang selalu menemani Jasmin, menghibur sekaligus menyajikan ‘dunia’ yang lain bagi Jasmin. Diam-diam Jasmin menaruh hati pada Azzam. Tapi cinta itu tidak terbalas karena Azzam menyadari dirinya masih ada hubungan dekat dengan keluarga Kyai Sule, ayah Jasmin, sekalipun bukan sedarah. Hal itu membuat Azzam selalu mencoba menghindari perasaannya pada Jasmin. Sampai akhirnya Azzam melanjutkan sekolah ke Kairo, Mesir. Secara diam-diam Jasmin yang mendaftarkan kuliah ke Yogyakarta, Indonesia, dan diterima. Namun Kyai Sule tidak mengizinkannya dengan alasan bisa menimbulkan fitnah, ketika seorang perempuan belum menikah berada sendirian jauh dari orang tua. Namun Jasmin bersikeras dan protes kepada ayahnya. Akhirnya Jasmin malah dinikahkan dengan Alex, seorang anak Kyai dari pesantren Salaf besar di Jawa Timur. Sekalipun hati Jasmin berontak, tetapi pernikahan itu dilangsungkan juga. Kenyataannya Alex yang berperangai kasar dan ringan tangan menikah lagi dengan Eca Aura. Harapan untuk menjadi perempuan muslimah yang mandiri bagi Jasmin seketika runtuh. Dalam kiprahnya itu, Jasmin dipertemukan lagi dengan Azzam dan keduanya masih sama-sama mencintai. Perjalanan cinta Jasmin dan Azzam dan juga perjuangan Jasmin untuk membela hak-hak perempuan muslim di tengah rintangan keluarga pesantrennya yang konservatif. Begitu ceritanya!" kata Budi. 

Budi selesai bercerita dengan baik, ya wayang golek di taruh di meja gitu. 

"Cerita yang bagus!" kata Eko. 

"Sekedar cerita saja Eko. Kan aku bercerita pake cerita orang gitu, ya cuma nama-nama tokohnya, ya aku ganti saja gitu!" kata Budi.

"Aku paham omongan Budi!" kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Ya lika liku kisah kehidupan tokoh Jasmin!" kata Eko. 

"Begitulah ceritanya!" kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Kalau begitu sih...main permainan Halma saja Budi!" kata Eko.

"Okey....main permainan Halma!" kata Budi.

Budi mengambil wayang golek di meja, ya wayang golek di taruh di bawah meja dan mengambil permainan Halma, ya permainan Halma di taruh di atas meja gitu. Eko dan Budi main permainan Halma dengan baik gitu. 

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK