Setelah nonton Tv yang acara olahraga voli, yaaa seperti biasa sih Budi duduk santai di depan rumahnya sedang membaca cerpen yang cerita menarik, ya sambil menikmati minum kopi dan makan singkong goreng gitu.
Isi cerita yang di baca Budi :
Fotografer profesional Vinod Chopra dan Sudhir Mishra membuka studio foto di kawasan Haji Ali yang bergengsi di Bombay. Setelah awal yang buruk, mereka diberi pekerjaan oleh Shobha Sen, editor Khabardar, ya sebuah penerbitan yang mengungkap kehidupan orang kaya dan terkenal yang penuh skandal. Terkesan dengan pekerjaan mereka, Shobha mempekerjakan mereka untuk sebuah cerita tentang hubungan antara Komisaris Kota D'Mello dan Tarneja, seorang pembangun. Mereka menemukan Tarneja dan saingan bisnisnya Ahuja bekerja sama untuk menyuap D'Mello agar memenangkan kontrak pembangunan empat jalan layang. Shobha meminta kedua fotografer itu untuk menciptakan keretakan antara Tarneja dan Ahuja. Vinod, yang menyamar sebagai Albert Pino, yaaa membuat Tarneja percaya bahwa Ahuja, dengan bantuan Shobha, mencoba menipunya. Tarneja dan Ahuja bertarung hingga sekretaris Tarneja, Priya, datang bersama Asisten Komisaris Kota Srivastav dan memberi tahu mereka bahwa D'Mello telah memberikan kontrak tersebut bukan kepada Tarneja maupun Ahuja, melainkan kepada orang lain.
Sementara itu, Sudhir dan Vinod memutuskan untuk mengikuti kontes fotografi dengan hadiah Rs. 5000/- dan mengambil sejumlah foto di seluruh kota. Dalam salah satu foto, mereka melihat seorang pria menembak seseorang dan setelah memperbesarnya, mereka menyadari bahwa pembunuhnya adalah Tarneja. Mereka kembali ke taman tempat mereka mengambil foto itu dan akhirnya menemukan tempat kejadian perkara. Mereka menemukan mayat tergeletak di balik semak-semak tetapi sebelum keduanya dapat mencapai mayat itu, mayat itu menghilang, tetapi mereka berhasil mengambil salah satu dari sepasang kancing manset emas.
Beberapa waktu kemudian, Srivastav telah menjadi komisaris baru. Tarneja telah membangun sebuah jembatan layang, mendedikasikannya untuk mengenang mendiang D'Mello, yang katanya meninggal karena penyakit terminal. Vinod dan Sudhir menghadiri peresmian jembatan layang tersebut dan menemukan kancing manset lainnya di sana. Mereka kembali pada malam hari dan menggali area tersebut dan menemukan peti mati berisi mayat D'Mello. Mereka mengambil beberapa foto tetapi kehilangan mayatnya lagi. Shobha mulai memeras Tarneja dengan foto-foto tersebut. Dia mengundangnya, Vinod dan Sudhir untuk makan malam dan menanam bom waktu untuk membunuh mereka. Bom meledak setelah ketiganya melarikan diri. Mereka kemudian mengetahui dari berita bahwa jembatan layang yang dibangun untuk mengenang D'Mello runtuh dan polisi mencurigai sabotase dari Vinod dan Sudhir. Duo tersebut mengetahui tentang pemerasan Shobha dan memutuskan hubungan dengannya.
Vinod dan Sudhir mengetahui bahwa mayat itu ada bersama Ahuja yang, dalam kondisi mabuk, membawa peti mati ke rumah pertaniannya. Mereka mencuri mayat itu tetapi tidak sebelum Tarneja, Ahuja, Srivastav, Shobha dan yang lainnya juga ikut terlibat yang mengakibatkan serangkaian kekacauan yang lucu.
Vinod dan Sudhir menyerahkan bukti mereka kepada polisi. Tarneja mengancam akan membawa Ahuja, Shobha, dan Srivastav bersamanya. Srivastav menjadi perantara kesepakatan antara mereka berempat. Ia menjebak Vinod dan Sudhir atas runtuhnya jembatan, dan memenjarakan keduanya. Dalam adegan terakhir, Vinod dan Sudhir diperlihatkan dibebaskan dari penjara. Masih mengenakan pakaian penjara, mereka membuat gerakan simbolis yang mematikan.
***
Budi selesai baca cerpen yang ceritanya menarik, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja.
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum kopi dan makan singkong goreng. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi.
"Emmm," kata Budi.
"Hidup ini tetap sama kan Budi?" kata Eko.
"Hidup ini tetap sama Eko!" kata Budi.
"Dia ikut aku atau aku ikut dia?" kata Eko
"Maksud Eko?" kata Budi.
"Obrolan manusia yang berkaitan agama gitu, ya obrolannya ada di jaringan internet gitu. Kalau usaha berhasil, ya berarti kan dia ikut aku. Jika aku goyak pada pendirian, ya jadi aku ikut dia," kata Eko.
"Obrolan manusia yang berkaitan dengan agama, ya obrolan tersebut ada di jaringan internet," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Maksud Eko adalah....dia masuk agama yang aku yakini, ya jadi di sebut mualaf atau aku yang keluar dari agama yang di yakini, ya masuk agama dia, ya jadi di sebut mutrad gitu," kata Budi.
"Saling memberikan pemahaman ini dan itu dengan tujuan ini dan itu gitu," kata Eko.
"Memang saling ini dan itu sih," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Hidup ini...tetap pilihan manusia untuk menjalankan agama yang diinginkan," kata Budi.
"Memang hidup tetap pilihan manusia sih urusan agama mana yang mau di jalankan," kata Eko.
"6 agama sih. Masih kompetisi untuk urusan banyak pengikut karena berkaitan dengan sosial, ekonomi, ya dan politik kepentingan ini dan itu sih," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Eko.
"Memang sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Budi mengambil wayang golek di bawah meja gitu.
"Aku mau cerita Eko, ya dengan menggunakan wayang golek!" kata Budi.
"Budi mau cerita dengan menggunakan wayang golek buatan Budi, ya nilai kreatifitasnya Budi sih!" kata Eko.
"Ceritanya sih cerita orang tapi nama-nama tokohnya, ya aku ganti gitu!" kata Budi.
"Tidak ada masalah sih cerita orang dan nama-nama tokoh di ganti Budi, ya seperti biasa sih...Budi suka nama-nama tersebut maka di jadiin tokoh dalam cerita yang di ceritakan Budi dengan menggunakan wayang golek" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Yaaa silakan Budi bercerita dengan baik gitu!" kata Eko.
"Begini ceritanya!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Jhon, yaaa preman desa Demolong di kaki gunung Sumbing mengubah total kehidupannya karena jauh cinta dengan Neetii, yaaa anak pak Lurah yang pulang ke desa untuk dikawinkan dengan Alex, ya orang terpandang dan terkaya di desa gitu. Karena persaingan cinta segitiga akhirnya Pak Lurah memutuskan siapa pun yang bisa menjadi Kepala Desa baru menggantikan dirinya akan diangkat menjadi mantu?. Jhon dan Alex pun bersaing untuk menjadi suami Neetii. Tanpa sepengetahuan lainnya ternyata Neetii jatuh hati kepada Jhon yang meskipun preman dan hampir semua orang desa membencinya tetapi hatinya mulia. Jhon yang mulai berubah total dan giat mempersiapkan diri kampaye mendapat saingan Alex yang minta bantuan Andre dukun sakti dari Dieng. Ya hari pemilihan pun tiba dan semua orang menunggu hasil dengan tegang, Yaaa Alex unggul satu suara dari Jhon karena curang menyuap panitia pemilihan. Jhon terpaksa menerima kekalahannya dengan hati terluka. Dan Neetii, yaaa harus mau tidak mau menikah dengan Alex. Di malam midodareni Neetii kabur. Warga undangan-pun heboh termasuk pak Lurah dan Alex. Mereka menghakimi Jhon. Ternyata Neetii, yaaa punya rencana sendiri. Ia menjebak Tono (kaki tangan Alex) untuk mengaku bahwa Alex berlaku curang. Tono pun menyerah dan mengaku bahkan mau menjadi saksi. Perhitungan ulang-pun dilakukan. Terbukti Jhon unggul satu suara dan menang dan jalan untuk menikahi Neetii berjalan mulus. Belum selesai kegembiraannya Jhon dan Neetii, yaaa Andre dukun kepercayaan Alex muncul mengacaukan suasana dengan segala strateginya untuk melegalkan Alex. Namun kecerdikan Jhon menggagalkan rencana sang dukun dan bahkan dibuatnya pingsan. Jhon dan Neetii pun hidup bahagia gitu. Begitulah ceritanya!" kata Budi.
Budi selesai bercerita dengan baik, ya wayang golek di taruh di meja gitu.
"Cerita yang bagus," kata Eko.
"Sekedar cerita saja!" kata Budi.
"Perjuangan tokoh Jhon untuk bisa bersama tokoh Neetii, yaaa karena dasarnya cinta," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Eko.
"Yaaa memang sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Main permainan Halma Budi!" kata Eko.
"Oke. Main permainan Halma!" kata Budi.
Budi mengambil wayang golek di meja, ya wayang golek di taruh di bawah meja dan mengambil permainan Halma dan permainan Halma di taruh di atas meja. Eko dan Budi main permainan Halma dengan baik gitu.
No comments:
Post a Comment