Malam yang tenang dan keadaan di lingkungan rumah Budi, ya baik gitu. Seperti biasa sih...Budi duduk santai di depan rumahnya sedang membaca cerpen yang cerita menarik, ya sambil menikmati minum kopi dan makan singkong rebus gitu.
Isi cerita yang di baca Budi :
Inspektur Chulbul Pandey — yang bertanggung jawab atas kantor polisi lokal di Kapur dan tinggal di sana bersama istrinya Rajjo, saudara tiri Makkhi dan ayah tiri. Seorang anak laki-laki diculik dari sebuah sekolah, oleh karena itu Chulbul menangani masalah tersebut. Di Kanpur, seorang pembunuh membunuh seorang saksi yang akan bersaksi melawan don yang ditakuti. Chulbul melacak pembunuh itu, membunuhnya di kedai kopi. Don adalah Thakur Bachcha Singh, seorang politisi berjuang. Setelah beberapa pertengkaran publik, saudara laki-laki Bachcha, Genda, meyakinkannya untuk menyingkirkan Pandey, mengancam ayah tiri Chulbul untuk membunuh seluruh keluarganya jika Chulbul terus ikut campur dalam kegiatan kriminal Bachcha.
Genda melecehkan seorang gadis, tiba di pernikahannya untuk menculiknya. Chulbul tiba di pesta pernikahan dan meminta Genda pergi. Genda menolak untuk mematuhi dan terus menghina Chulbul. Chulbul mematahkan lehernya, menyebabkan kematiannya. Sementara itu, istrinya hamil, Pandey disarankan oleh semua orang untuk meninggalkan Bachcha sendirian demi keselamatan keluarganya. Bachcha, berjanji untuk membalas kematian saudaranya, memutuskan untuk melakukannya sebelum pemilihan. Dia bertemu Rajjo dan Makkhi saat mereka meninggalkan kuil di mana Makkhi ditembak oleh Bachcha, dan Rajjo didorong dari tangga kuil. Namun, keduanya selamat, dengan Rajjo mengalami keguguran dan menderita cedera kepala.
Chulbul sangat marah karena kehilangan anak pertamanya. Dia memasuki lokasi Bachcha dan membunuh semua anak buahnya. Dia melawannya dan membuatnya ditangkap, tetapi ketika Bachcha mencoba mengancamnya, dia langsung membunuhnya dengan mengambil pistol dan menembaknya dengan dua peluru di dada. Kemudian, Chulbul dan Rajjo memiliki anak pertama mereka, seorang bayi laki-laki. Tepat di akhir, fotografer Chedi Singh datang, meminta foto keluarga. Mereka semua tertawa, dan fotografer mengambil gambar.
***
Budi selesai baca cerpen yang ceritanya menarik, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja.
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus gitu.
"Nyanyi ah. Menghibur diri. Main gitar!" kata Budi.
Budi mengambil gitar yang di taruh di samping kursi, ya gitar di mainkan dengan baik gitu dan bernyanyi dengan baik gitu.
Lirik lagu yang dinyanyikan Budi :
"Sudah biasa
Diriku ditinggalkan
Diacuhkan dan dicampakan
Oleh orang yang kucinta
Menyakitkan
Tapi tak kurasakan
Kupasrahkan semua pada Tuhan
Yang telah mengatur semua
Jalanku dan juga jodohku
Dimanapun kapanpun itu
Karna ku selow
Sungguh selow
Sangat selow
Tetap selow
Santai... Santai...
Jodoh gak akan kemana
Karna ku selow
Sungguh selow
Sangat selow
Tetap selow
Santai... Santai...
Kuyakin Tuhan berikan gacoan
Memang sakit hidup tanpa cinta
Ku lelaki emang inginkan wanita
Dan karna hatiku sedang makan derita
Ku butuh seseorang sebagai p3k
Bila nanti
Sudah aku dapatkan
Seseorang paling sempurna
Pasti akan slalu kujaga
Karna Tuhan telah menitipkan
Seseorang paling terbaik
Bersama sama arungi
Jalanku dan juga jodohku
Dimanapun kapanpun itu
Karna ku selow
Sungguh selow
Sangat selow
Tetap selow
Santai... Santai...
Jodoh gak akan kemana
Karna ku selow
Sungguh selow
Sangat selow
Tetap selow
Santai... Santai...
Kuyakin Tuhan berikan gacoan
Karna ku selow soal cinta masa bodoh
Biar ku sendiri tapi ku memang macam lambo
Ku tak buru-buru untuk soal jodoh
Ku butuh manis hubungan bukan asam kaya mango
Takkan lari gunung ku kejar
Kalo udah jodoh tak kan kabur
Kau kan ku lamar
Karna ku selow
Sungguh selow
Sangat selow
Tetap selow
Santai... Santai...
Jodoh gak akan kemana
Karna ku selow
Sungguh selow
Sangat selow
Tetap selow
Santai... Santai...
Kuyakin Tuhan berikan
Karna ku selow
Sungguh selow
Sangat selow
Tetap selow
Santai... Santai...
Ku yakin Tuhan berikan gacoan
Ku yakin Tuhan berikan..."
***
Budi selesai bernyanyi, ya main gitar berhenti juga dan gitar di taruh di samping kursi.
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus gitu.
"Baca koran saja!" kata Budi.
Budi mengambil koran di bawah meja, ya koran di baca dengan baik. Berita-berita di koran, ya cerita menarik untuk di baca dari urusan pemerintahan di dalam negeri, pemerintahan luar negeri, olahraga, ya sampai urusan cerita artis yang ini dan itu. Membaca koran, ya menambah wawasan ini dan itu. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan di depan rumah Budi. Karena Eko sudah datang, ya Budi berhenti baca koran dan koran di taruh di meja. Eko duduk dengan baik dekat Budi. Yaaa Eko melihat dengan baik di meja ada koran, yaaa ada juga sebuah topeng di atas buku gambar gitu.
"Hidup ini," kata Budi.
"Yaaa hidup ini. Yaaa seperti biasa kita jalanin dengan sederhana," kata Eko.
Eko mengambil sepotong singkong rebus di piring, ya di makan dengan baik singkong rebus.
"Iya sih. Hidup kita, yaaa di jalankan sederhana," kata Budi.
Budi mengambil aqua gelas di bawah meja, ya tepatnya di dalam kardus. Aqua gelas di taruh di meja.
"Emmm," kata Eko.
Eko selesai makan sepotong singkong, ya mengambil aqua gelas di meja dan di minum dengan baik gitu.
"Yang jadi pikiran aku," kata Budi.
"Budi punya masalah?" kata Eko.
Eko menaruh gelas aqua di meja.
"Aku tidak punya masalah," kata Budi.
"Oooo Budi. Tidak punya masalah. Jadi apa yang membuat Budi berkata, ya kepikiran gitu?" kata Eko.
"Mungkin apa enggak ya?" kata Budi.
"Tentang apa Budi. Mungkin apa enggak?" kata Eko.
"Yaaa kita biasa ngobrolin tentang pemuda yang dapat melamapaui batasannya, ya mendengarkan Roh," kata Budi.
"Iya memang kita, ya biasa ngomongin pemuda tersebut," kata Eko.
"Yang aku maksud....apa mungkin ada yang ngaku-ngaku punya ilmu seperti pemuda yang sering kita omongin?" kata Budi.
"Ya hidup ini. Mungkin sih ada yang ngaku-ngaku," kata Eko.
"Mungkin," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Yang di takutin itu. Kalau ngaku-ngaku, ya punya ilmu seperti pemuda yang sering kita omongin. Bisa menyesatkan orang lain," kata Budi.
"Menyesatkan," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Kalau masih menyesatkan orang lain. Berarti....ilmu salah," kata Eko.
"Memang kalau menyesatkan berarti ilmu salah," kata Budi.
"Kalah dari Setan," kata Eko.
"Kalah dari Setan," kata Budi.
"Karena kata pemuda yang punya ilmu sering kita omongin. Ujian itu, ya Setan ikut campur. Jika tidak bisa mengalahkan Setan, ya jadinya tersesat," kata Eko.
"Berat ujiannya mengalahkan Setan," kata Budi.
"Memang berat banget. Nama juga membangkitkan ilmu. Setan ikut campur sampai mati. Jadi yang ngaku-ngaku, ya percuma ngaku-ngaku," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Memang sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Eko mengambil topeng gitu.
"Budi...buat mainan topeng dari kardus....topeng King Kong, ya kan Budi?" kata Eko.
"Menyukai sesuatu dari acara Tv...film King Kong, ya jadi aku membuat topeng dari kardus, ya topeng King Kong. Biasa Eko...nilai kreatifitas saja!" kata Budi.
"Nilai kreatifitas Budi....buat topeng King Kong. Mainan!" kata Eko.
"Mainan!" kata Budi.
Eko memakai topeng gitu.
"Aku jadi King Kong!" kata Eko.
"Eko...keren jadi King Kong!" kata Budi.
Eko melepaskan topeng gitu.
"Cerita King Kong...bagus!" kata Eko.
"Memang cerita King Kong....bagus, ya film bagus!!!" kata Budi.
Eko menaruh topeng King Kong di meja gitu.
"Mainan topeng tujuannya happy-happy seperti anak-anak!" kata Eko.
"Yaaa memang sih....mainan topeng, ya happy-happy seperti anak-anak!" kata Budi.
"Anak-anak....bahagia bersama orang tuanya, ya kan Budi?" kata Eko.
"Anak-anak bahagia bersama orang tuanya!" kata Budi.
"Sisi lain...ada anak-anak yang bersedih karena tidak punya orang tua, ya yatim piatu. Kasihan sih....cerita anak-anak yang tidak punya orang tua," kata Eko.
"Memang kasihan sih...Eko. Yaaa orang-orang yang baik, ya bisa saja mengangkat anak-anak yatim piatu, ya jadi anaknya. Jadi si anak-anak bahagia dapat orang tua gitu," kata Budi.
"Orang-orang baik menjadi orang tua dari anak-anak yatim piatu," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Emmm," kata Eko.
Eko mengambil buku gambar di meja gitu.
"Budi...gambar apa di buku gambar ya?" kata Eko.
"Aku menggambar seorang cewek cantik di buku gambar gitu. Cewek itu bukan Tasya. Cewek itu....membuat aku terkesan ketika pertama melihatnya gitu. Cewek itu kerjaannya guru yang mengajarkan pada anak muridnya, ya main piano. Cewek itu main piano...bagus banget gitu," kata Budi.
"Budi gambar cewek...tumben gitu. Cewek yang di gambar Budi bukan Tasya. Budi terkesan melihat cewek itu. Wah...tanda-tanda ini mah....seperti cowok-cowok yang mendua gitu," kata Eko.
"Mungkin aku mendua sih!" kata Budi.
"Terbuai dengan kecantikannya gitu!" kata Eko.
"Terbuai!!!" kata Budi.
"Budi....beneran apa enggak gambar tuh cewek?" kata Eko.
"Becanda...Eko!!!" kata Budi.
"Ternyata...becandaan Budi toh!!!" kata Eko.
"Buka saja buku gambar yang di pegang...Eko. Yaaa Eko akan tahu sendiri...apa yang aku gambar di buku gambar gitu?" kata Budi.
"Okey. Aku buka buku gambarnya!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Eko membuka buku gambar dengan baik gitu. Di buku gambar ada gambar-gambar yang di buat Budi sih, ya dari gambar Mitsuki, Shikadai Nara, Denki Kaminarimon, Inojin Yamanaka, Iwabee Yuino, Metal Lee, dan Sarada Uchiha.
"Budi....buat gambar di buku gambar....tokoh-tokoh Boruto: Naruto Next Generations...toh!" kata Eko.
"Iya...aku buat gambar tokoh-tokoh Boruto: Naruto Next Generations!" kata Budi.
"Bagus gambar yang di buat Budi!" kata Eko.
"Terima kasih Eko...pujiannya!" kata Budi.
"Ada kemauan pasti bisa membuat gambar yang di sukai. Yaaa idenya dari acara Tv.....Boruto: Naruto Next Generations!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Eko menutup buku gambar dan buku gambar di taruh di meja dengan baik gitu.
"Acara Tv...berkaitan dengan ekonomi...kan Budi?" kata Eko.
"Yaaa memang Eko....acara Tv...berkaitan dengan ekonomi!" kata Budi.
"Roda ekonomi di gerakan manusia dengan baik dengan tujuan kebalikan bersama," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Kalau begitu. Main ular tangga saja Budi!" kata Eko.
"Okey...main ular tangga!" kata Budi.
Budi mengambil topeng, buku gambar dan koran di meja, ya di taruh di bawah meja dan Budi mengambil permainan ular tangga, ya di taruh di atas meja. Eko dan Budi main permainan ular tangga dengan baik gitu.
No comments:
Post a Comment