Pada tahun 1945, Grace Stewart tinggal di sebuah rumah pedesaan terpencil di Jersey, ya sebuah Pulau Channel yang sebelumnya di tempati oleh Jerman, bersama dua anaknya yang masih kecil, Anne dan Nicholas. Kedua anak tersebut menderita kepekaan yang parah terhadap cahaya. Karena itu, Grace membuat rumah tetap gelap dengan tirai besar. Suatu hari, seorang pengurus rumah tangga, Ny. Bertha Mills, tukang kebun Edmund Tuttle, dan seorang gadis bisu bernama Lydia, tiba, semuanya mencari pekerjaan. Grace mempekerjakan mereka, dan senang mengetahui ketiganya bekerja di rumah yang sama bertahun-tahun sebelumnya.
Anne mengaku sering dikunjungi oleh seorang anak laki-laki bernama Victor, orang tuanya, dan seorang wanita lanjut usia yang buta. Grace percaya ini hanya fantasi tetapi setelah dia sendiri mulai mendengar langkah kaki dan suara tanpa tubuh, dia memerintahkan rumahnya untuk digeledah, percaya ada penyusup. Di ruang penyimpanan, ia menemukan album foto abad ke-19 yang berisi foto-foto mayat. Ibu Mills menceritakan bahwa banyak yang meninggalkan rumah mereka pada tahun 1891 karena wabah tuberkulosis. Grace mulai takut akan adanya entitas supranatural di rumah, namun ia berjuang untuk menyelaraskan hal-hal tersebut dengan iman Katoliknya yang kaku.
Pada malam hari, Grace menyaksikan piano dimainkan dan yakin bahwa rumah itu berhantu. Dia berlari keluar mencari pendeta setempat untuk memberkati rumah tersebut dan menginstruksikan Tuttle untuk memeriksa kuburan terdekat untuk melihat apakah ada keluarga yang dimakamkan di sana. Tuttle menutupi batu nisan dengan dedaunan atas perintah Ny. Mills. Grace bertemu dengan suaminya Charles, yang dia pikir telah terbunuh dalam perang. Charles bertindak sangat jauh selama kunjungan singkatnya di rumah tersebut, mungkin menderita gangguan stres pasca-trauma akibat pengabdiannya dalam perang.
Suatu hari, Grace memeriksa permainan Anne. Yang membuatnya ngeri, dia malah menemukan seorang wanita tua mengenakan gaun komuni putrinya. Wanita tua itu berbicara dengan suara Anne. Grace menyerang wanita tua itu hanya untuk mengetahui bahwa dia secara tidak sengaja telah menyerang putrinya sendiri. Charles memberi tahu Grace bahwa dia harus kembali ke garis depan, ya menolak desakannya bahwa perang telah berakhir.
Keesokan paginya, Charles berangkat, dan Grace merasa ngeri saat mengetahui semua tirai di rumah telah dilepas, membuat Anne dan Nicholas terkena sinar matahari. Dia menuduh para pelayan melakukan hal ini dan mengusir mereka dari rumah. Malam itu, anak-anak menemukan bahwa batu nisan di kuburan milik trio pelayan, dan melarikan diri ketika mereka melihat para pelayan mendekati mereka. Grace menemukan foto mayat Ny. Mills, Tuttle dan Lydia, yang semuanya tewas selama wabah tuberkulosis. Nyonya Mills menyuruh Grace berbicara dengan "penyusup".
Grace menemukan bahwa wanita tua buta itu sebenarnya adalah seorang medium yang mengadakan pemanggilan arwah dengan orang tua Victor, yang telah mengetahui melalui tulisan otomatis bahwa Grace, yang putus asa setelah Charles meninggal dalam perang, membekap anak-anaknya sampai mati dengan bantal sebelum melakukan bunuh diri. Terkejut, Grace menyadari bahwa "yang lain" di rumah itu adalah keluarga yang masih hidup yang pindah ke rumah mereka, dan seperti para pelayan, dia, Anne, dan Nicholas adalah hantu; orang-orang yang sudah mati.
Merangkul anak-anaknya, Grace mengakui tindakan pembunuhan-bunuh diri : dia terbangun setelahnya dan percaya peristiwa itu adalah mimpi buruk. Menyusul aktivitas supernatural di rumah yang disebabkan oleh Grace dan anak-anaknya, Victor dan keluarganya pindah. Anne dan Nicholas menyadari bahwa mereka tidak lagi terkena sinar matahari seperti dulu. Rumah itu dijual lagi dan Ny. Mills memberi tahu keluarga Stewart bahwa mereka harus belajar hidup bersama dengan penghuni yang masih hidup. Grace dengan tegas menyatakan bahwa rumah itu hanya milik mereka.
Budi selesai baca cerpen yang ceritanya bagus, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja.
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik dekat Budi.
"Emmm," kata Eko.
Budi terpikir sesuatu dan berkata A dan B," kata Budi.
"Apa maksudnya A dan B, ya Budi?" kata Eko.
Eko mengambil sepotong singkong rebus di piring dan di makan dengan baik gitu.
"A, ya menghormati. Dan B, ya tidak menghormati. A dan B, ya berkaitan orang-orang yang lahir duluan, ya memahami ilmu agama duluan dan punya kedudukan tinggi urusan dunia, ya gelar pendidikan pun tinggi. Tapi orang-orang yang lahir duluan itu, ya tidak mampu menguasai ilmu yang dapat mendengarkan Roh. Jadi Eko memilih yang mana?" kata Budi.
"Aku milih yang mana ya?" kata Eko berpikir panjang.
Eko selesai makan sepotong singkong rebus, ya mengambil aqua gelas di meja dan aqua gelas di minum dengan baik gitu.
"Emmm," kata Budi.
"Sebagai generasi sekarang sih. Lebih baik menghormati orang-orang yang lahir duluan dari pada di bilang durhaka. Milih A, ya menghormati," kata Eko.
Aqua gelas di taruh di meja gitu.
"Eko milih A toh!" kata Budi.
"Sedang Budi milih apa?" kata Eko.
"Milih A. Walau sebenarnya kecewa sih, ya orang-orang lahir duluan tidak bisa mendengarkan Roh," kata Budi.
"Pilihan Budi sama dengan Aku. Ya wajar sih, ya Budi kecewa dengan orang-orang yang lahir duluan tidak bisa mendengarkan Roh," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Orang-orang yang lahir duluan itu, ya paling banyak bertanggungjawab karena perselisihan organisasi agama karena heterogen karena dampak perbedaan kena pada generasi. Kalau generasi terlahir kejiwaan sempurna, ya tidak masalah. Bagi generasi terlahir kejiwaannya tidak sempurna, ya jadinya masalah yang ini dan itu," kata Eko.
"Memang harus bertanggungjawab orang-orang yang lahir duluan karena heterogen organisasi agama, ya ada perselisihan di masyarakat. Dosa dan dosa itu, ya harus di bayar dengan ibadah yang baik untuk meminta pengampunan pada Tuhan," kata Budi.
"Maka itu pentingnya ilmu yang dapat mendengarkan Roh, ya untuk menunjukkan kebenaran dan menyelesaikan masalah," kata Eko.
"Memang penting ilmu yang dapat mendengarkan Roh," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Sekedar obrolan lulusan SMA!" kata Eko.
"Memang sekedar obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Main permainan iii ada hantu, ya Budi!" kata Eko.
"Oke. Main permainan iii ada hantu!" kata Budi.
Budi mengambil permainan di bawah meja, ya permainan di taruh di atas meja. Eko dan Budi main permainan iii ada hantu dengan baik.
No comments:
Post a Comment