Malam yang bertabur bintang di langit. Budi seperti biasanya, ya duduk di depan rumahnya sambil menikmati minum kopi dan makan singkong rebus.
"Baca cerpen saja!" kata Budi.
Budi mengambil buku di bawah meja, ya buku di buka dengan baik dan cerpen di baca dengan baik gitu.
Isi cerita yang di baca Budi :
Akikazu Fujishima adalah mantan detektif yang kehilangan pekerjaan, pernikahan, dan putrinya setelah mengalami reaksi kekerasan terhadap perselingkuhan istrinya. Sejak itu, ia menjadi pecandu alkohol yang tidak berfungsi dan tidak stabil. Bertahun-tahun kemudian, mantan istrinya Kiriko menghubunginya untuk memberitahukan bahwa putrinya Kanako telah hilang. Akikazu mulai menyelidiki hilangnya tersebut, dengan detektif polisi Asai yang seolah-olah membantu tetapi sebenarnya jarang melibatkan dirinya dalam pencarian. Metode Akikazu melibatkan pelecehan dan intimidasi terhadap orang-orang yang diajak bicara, termasuk mantan teman sekelas dan guru Kanako, namun tidak ada satupun yang akan datang. Meskipun demikian, dia menemukan bahwa dia telah terlibat dengan pengguna narkoba, dan mencurigai bahwa mereka menjadikannya seorang pecandu.
Kilas balik ke tiga tahun sebelumnya mengungkapkan bagaimana Sigon di sekolah menengah Kanako jatuh cinta padanya, karena dia adalah satu-satunya anak yang tidak menindas atau mengucilkannya. Sigon, mengetahui Kanako telah jatuh cinta dengan mantan muridnya bernama Ogata, ingin Kanako merasakan hal yang sama padanya. Keinginan ini akhirnya membawa dia menghadiri pesta bersamanya, di mana dia dibius dan diperkosa. Sigon kemudian melacak Kanako dan berencana membunuhnya, tapi tidak mampu. Dia memeluknya, sebelum sosok tak dikenal menusuk leher Sigon, membunuhnya.
Saat ini, Akikazu akhirnya ditangkap oleh Yakuza, yang menyiksa dan membunuh teman anggota geng Kanako, Matsunaga di depannya. Matsunaga memberi tahu Akikazu tentang bagaimana Ogata adalah "anak laki-laki lemah dengan wajah imut" sehingga mereka menculiknya dan membiarkan orang tua memperkosanya, yang menyebabkan dia bunuh diri. Kanako, yang jatuh cinta dengan Ogata, berteman dengan kelompok tersebut untuk membalas dendam. Meski mengetahui niat Kanako dan kurangnya perasaan terhadap siapa pun atau apa pun, Matsunaga telah jatuh cinta pada Kanako dan membantunya mencuri foto-foto tersebut. Yakuza memberi tahu Akikazu bahwa polisi juga terlibat dalam jaringan prostitusi dan Detektif Aikawa telah membunuh beberapa teman kriminal Kanako dalam upaya menutup-nutupi. Mereka memberi Akikazu pistol dan mengirimnya ke rumah Aikawa.
Akikazu memperkosa istri Aikawa, lalu menyandera dia dan putranya untuk bertemu Aikawa. Keduanya bertengkar berdarah, di mana Aikawa membunuh istrinya, namun keduanya bertahan. Polisi, termasuk Detektif Asai, tiba di tempat kejadian, dan membunuh Aikawa. Akikazu menabrak Asai dengan mobilnya dan kabur.
Akikazu kembali ke guru yang dia tanyakan sebelumnya, setelah menyadari bahwa putrinya adalah salah satu anak yang diperkosa di foto Kanako, dan bahwa dia telah membunuh Kanako sebagai balas dendam. Dia memaksanya untuk menggali kuburan tempat dia menguburkan Kanako, namun lokasinya telah hilang karena hujan salju baru-baru ini. Sementara gurunya bersikeras bahwa pencariannya terhadap tubuh putrinya sia-sia dan mencoba melarikan diri, Akikazu terus menggali, menolak untuk mengakui bahwa putrinya telah meninggal. Film berakhir saat dia bersumpah untuk membunuhnya sendiri.
***
Budi selesai baca cerpen yang cerita menarik, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja gitu.
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus.
"Eko belum datang, ya kalau begitu baca koran saja!" kata Budi.
Budi mengambil koran di bawah meja, ya koran di baca dengan baik. Berita-berita di koran, ya bagus-bagus ceritanya dari urusan pemerintahan dalam negeri, pemerintahan luar negeri, olahraga, ya sampai cerita artis yang ini dan itu. Cukup lama Budi baca koran, ya akhirnya Eko datang juga gitu. Eko memarkirkan motornya di depan rumahnya Budi. Karena Eko dateng, ya Budi berhenti baca koran dan koran di taruh di atas meja. Eko duduk dengan baik, ya melihat koran di meja.
"Koran," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Aku baca koran sebentar Budi!" kata Eko.
"Iya. Iya. Iya!" kata Budi.
Eko mengambil koran di meja, ya koran di baca dengan baik. Budi menunggu Eko selesai baca koran, ya Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus. Eko membaca cerpen dengan teknik baca cepat dan akhirnya selesai juga dan koran di taruh di meja gitu.
"Beritanya, ya ceritanya bagus," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Makan gratis," kata Eko.
"Di beritakan dengan baik," kata Budi.
"Berbuat kebaikan dalam bentuk program kerja pemerintahan atau apa pun yang mirip ini dan itu, ya di sebut dermawan," kata Eko.
"Yaaa bisa di bilang sih...dermawan," kata Budi.
"Selama niat baik, ya di terima dengan baik," kata Eko.
"Bagi paham agama, ya paham tentang berbuat baik, ya baik untuk dirinya, keluarga, dan orang lain," kata Budi.
"Tuhan," kata Eko.
"Tuhan Maha Tahu kebenarannya ulah ciptaannya di dunia muka bumi ini," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Kalau begitu. Main permainan ular tangga saja!" kata Eko.
"Ya oke main permainan ular tangga!" kata Budi.
Budi mengambil koran di meja, ya koran di taruh di bawah meja dan di ambil permainan ular tangga di bawah meja, ya permainan di taruh di atas meja. Eko dan Budi main permainan ular tangga dengan baik gitu.
"Apa mungkin ya?" kata Budi.
"Apa mungkin apa...Budi?" kata Eko.
"Cewek ingin tahu kebenaran. Jadi mencari ilmu yang melampaui batasan manusia, ya sampai mendengarkan Roh?" kata Budi.
"Apakah cewek itu, ya sanggup ujiannya?" kata Eko.
"Ujian kematian, ya Eko?" kata Budi.
"Memang ujiannya mati jika gagal," kata Eko.
"Kalau berhasil Eko?" kata Budi.
"Ratu, ya tahta yang sejajar dengan Raja," kata Eko.
"Ratu. Berarti aura beriak banget, ya bidadari surga," kata Budi.
"Bidadari surga," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Emmm," kata Eko
Eko dan Budi terus main permainan ular tangga.
No comments:
Post a Comment