Budi duduk di depan rumahnya sedang membaca cerpen yang ceritanya menarik, ya sambil minum dan makan gorengan.
Isi cerita yang di baca Budi :
Di Jepang, ya rumah Cho Osaki diserang oleh pasukan klan ninja saingannya, mengakibatkan pembantaian seluruh keluarganya kecuali ibu dan putra bungsunya, Kane. Ketika Cho tiba di tanah miliknya dan menemukan pembantaian tersebut, para ninja juga berusaha membunuhnya, tetapi Cho, seorang ninja yang sangat terampil, ya membalaskan dendam keluarganya dan membunuh para ninja yang menyerang. Namun setelah itu, dia bersumpah untuk menjadi ninja selamanya dan pindah bersama putra dan ibunya ke Amerika, di mana dia membuka galeri seni Oriental dengan bantuan mitra bisnis dan temannya dari Amerika, Braden, dan asistennya Cathy.
Suatu malam, Kane secara tidak sengaja menjatuhkan dan menghancurkan salah satu boneka itu, memperlihatkan debu putih (yang sebenarnya adalah heroin) yang terkandung di dalamnya. Ternyata, Braden memanfaatkan galeri boneka itu sebagai kedok bisnis penyelundupan narkoba. Dia mencoba untuk mencapai kesepakatan dengan Caifano, seorang bos mafia, tetapi Caifano dan Braden tidak dapat menemukan titik temu dan akhirnya terlibat dalam perang wilayah. Braden, sebagai ninja bertopeng "iblis" perak, membunuh informan dan kerabat Caifano untuk membuatnya gemetar ketakutan. Polisi bingung dengan pembunuhan tersebut, dan pelatih serta ahli seni bela diri polisi setempat, Dave Hatcher, ditugaskan untuk mencari konsultan. Dave membujuk temannya Cho untuk menemui bosnya, dan Cho membuktikan bahwa hanya seorang ninja yang bisa melakukan kejahatan ini, namun menolak membantu polisi lebih jauh.
Untuk menghindari pembayaran atas 'barang dagangannya', Caifano mengirim empat orang untuk merampok galeri. Cho kebetulan masuk ke galeri sementara para preman sedang memuat barang ke dalam van, diserang dan merespons dengan pertarungan tangan kosong. Para antek melarikan diri dengan van bersama Cho yang mengejar, tapi dia gagal menghentikan para pencuri untuk melarikan diri. Sementara itu, Braden diam-diam tiba di galeri seni Cho dan menemukan bahwa galeri itu baru saja dijarah. Ibu Cho dan Kane bertemu dengannya; Braden membunuh ibu Cho, tapi Kane berhasil menghindarinya. Cho, yang hancur parah, kembali dan menemukan ibunya terbunuh dan putranya hilang.
Untuk menyelesaikan saksi terakhir, Braden menghipnotis Cathy, yang jatuh cinta pada Cho, untuk menemukan dan mendatangkan Kane. Ketika dia sadar kembali, dia menghubungi Cho dan memberitahunya tentang pengkhianatan Braden dan bahwa dia adalah seorang ninja. Melihat putra satu-satunya yang tersisa dalam bahaya besar, Cho mematahkan pengabdiannya pada non-kekerasan dan pergi ke markas Caifano untuk menghentikan Braden. Sementara itu, Braden mengetahui pengkhianatan Cathy dan bersiap untuk mengeksekusinya. Kane berhasil membebaskan dirinya dan Cathy, dan keduanya memberi tahu pihak berwenang.
Braden melakukan serangan terakhirnya terhadap Caifano dan organisasinya, membunuh semua yang dia temui. Bersemangat untuk membantu Cho, Dave juga bergegas ke markas Caifano namun disergap oleh Braden, yang melukainya hingga parah. Cho bergegas membantu teman setianya, tetapi teman setianya meninggal dalam pelukannya. Braden dan Cho berduel sampai mati di atas gedung pencakar langit Caifano. Setelah pertarungan yang panjang, Cho berhasil membunuh Braden dan bertemu kembali dengan putranya dan Cathy.
***
Budi selesai baca cerpen yang ceritanya menarik, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja.
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum kopi dan makan gorengan gitu.
"Nyanyi ah. Menghibur diri. Main gitar!" kata Budi.
Budi mengambil gitar yang di taruh di samping kursi, ya gitar di mainkan dengan baik gitu dan bernyanyi dengan baik gitu.
Lirik lagu yang dinyanyikan Budi :
"Tegel kowe nglarani wong koyo aku
Sing wis nompo elek apike uripmu
Lilo aku lilo berjuang mati-matian
Nanging kowe malah milih demikian
Isa-isane koe ngarang cerito
Nangis kelaran nutupi kesalahan
Sok-sokan cidro padahal sing nggawe loro
Dramamu uwis tak woco lungo o aku ra gelo
Trimo ngalih ngempet perih
Tak angkat gendero putih
Aku nyerah lambaikan tangan
Dadah sayang tresnoku wes ilang
Sepurane sayang atimu wes kebobolan
Ora iso njogo perasaan
Kowe main belakang
Kabeh rosoku tak buang
Pelanggaran kowe tak kartu abang
Isa-isane koe ngarang cerito
Nangis kelaran nutupi kesalahan
Sok-sokan cidro padahal sing nggawe loro
Dramamu uwis tak woco lungo o aku ra gelo
Trimo ngalih ngempet perih
Tak angkat gendero putih
Aku nyerah lambaikan tangan
Dadah sayang tresnoku wes ilang
Sepurane sayang atimu wes kebobolan
Ora iso njogo perasaan
Kowe main belakang
Kabeh rosoku tak buang
Pelanggaran kowe tak kartu abang
Kowe main belakang
Kabeh rosoku tak buang
Pelanggaran kowe tak kartu abang"
***
Budi selesai bernyanyi, ya main gitar berhenti juga dan gitar di taruh di samping kursi.
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum kopi dan makan gorengan gitu.
"Baca koran saja!" kata Budi.
Budi mengambil koran di bawah meja, ya koran di baca dengan baik. Berita-berita di koran, ya cerita menarik untuk di baca dari urusan pemerintahan di dalam negeri, pemerintahan luar negeri, olahraga, ya sampai urusan cerita artis yang ini dan itu. Membaca koran, ya menambah wawasan ini dan itu. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan di depan rumah Budi. Karena Eko sudah datang, ya Budi berhenti baca koran dan koran di taruh di meja. Eko duduk dengan baik dekat Budi.
"Gorengan," kata Eko.
Eko mengambil bakwan goreng di piring, ya bakwan goreng di makan dengan baik.
"Emmm. Enak bakwan goreng ini," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Budi mengambil aqua gelas di bawah meja, ya tepatnya di dalam kardus gitu. Aqua gelas di taruh di meja.
"Rasa-rasa bakwan gorengnya beda. Budi membuatnya pake bahan apa?" kata Eko.
"Kangkung," kata Budi.
"Kangkung. Biasanya kangkung di buat sayur. Budi menggunakan kangkung untuk bahan membuat bakwan goreng. Yaaa tetap hasilnya bakwan gorengnya enak," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Ngomong-ngomong. Kangkungnya beli atau memetik dari tanaman Budi yang di tanam di pot dan di taruh di depan rumah? Budi bertani di pot karena tidak ada lahan, ya tinggal di kota. Keadaan tempat tinggal," kata Eko.
Eko mengambil aqua gelas di meja, ya di minum dengan baik gitu.
"Kangkungnya, ya memetik tanaman aku di pot lah," kata Budi.
"Ooo. Memetik tanaman di pot!" kata Eko.
Eko menaruh gelas aqua di meja.
"Koran," kata Eko.
Eko mengambil koran di meja, ya koran di baca dengan baik. Budi menikmati minum kopi dan makan gorengan, ya menunggu Eko yang sedang baca koran gitu. Yaaa Eko membaca korannya dengan teknik baca cepat dan akhirnya cepat selesai, ya koran di taruh di meja.
"Beritanya bagus-bagus ceritanya," kata Eko.
"Ya berita di koran bagus. Karena yang buat berita kan orang-orang pinter," kata Budi.
"Orang-orang pinter. Orang-orang yang berpendidikan," kata Eko.
"Berpendidikan," kata Budi.
"Aku hanya lulusan SMA, ya karena keadaan. Ya iri dengan orang-orang pinter yang pendidikan Universitas. Masa depan lebih baik dari pada aku. Ilmu kan dapat menaikin derajat manusia," kata Eko.
"Iri yang baik. Ilmu," kata Budi.
"Demi hidup ini tidak boleh pasrah karena keadaan. Maka terus berjuang meningkatkan kemampuan, ya dengan belajar sendiri. Siapa tahu, ya masa depan yang diinginkan tercapai?" kata Eko.
"Omongan Eko bener sih. Demi masa depan. Harapan. Ya terus berjuang demi apa yang diinginkan? Ya aku saja yang ingin kerja di pemerintahan, ya tidak selamanya jadi buruh. Tetap belajar dengan baik. Mengumpulkan data ini dan itu, ya dengan baik," kata Budi.
"Ilmu-ilmu Universitas di pelajari dengan baik," kata Eko.
"Memang Ilmu-ilmu Universitas di pelajari dengan baik," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Kalau begitu. Main catur saja!" kata Budi.
"Oke. Main catur!" kata Eko.
Budi mengambil koran di meja, ya koran di taruh di bawah meja dan mengambil papan catur di taruh di atas meja. Eko dan Budi menyusun dengan baik, ya bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik.
"Ngomong-ngomong...Budi. Apa pendapat Budi dengan berita tentang perlombaan menyanyi, DA 6, ya sampai akhir ceritanya....pemenangnya di beritakan dengan baik?" kata Eko.
"Perjuangannya luar biasa demi keinginan di capai dengan baik. Ya bagus lah...pendapat aku!" kata Budi.
"Bagus. Ya aku juga pendapatnya, ya sama dengan Budi. Bagus!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Budi dan Eko terus main catur dengan baik banget gitu.
No comments:
Post a Comment