Cerita Budi dan Eko di buat berada di desa. Budi duduk santai di depan rumahnya sedang membaca cerpen yang ceritanya menarik, ya sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan yang buat sendiri, ya dari bahan buah kates, ya bisa di sebut makanannya bakwan gitu.
Isi cerita yang di baca Budi :
Sir Bowen, seorang ksatria Inggris dari "Kode Lama", membimbing pangean Saxon Einon dalam cita-citanya untuk menjadikannya raja yang lebih baik daripada ayahnya Freyne. Saat menekan pemberontakan petani, pemberontak menyergap dan membunuh Freyne. Kemudian seorang gadis petani muda bernama Kara secara tidak sengaja melukai hati Einon. Ibu Celtic Einon, Aislinn, menyuruh Einon dibawa ke hadapan seekor naga dan memintanya untuk menyelamatkan nyawa bocah itu. Naga itu membuat Einon berjanji untuk menjadi penguasa yang adil dengan kehormatan dan menggantikan hati Einon yang terluka dengan separuh hatinya.
Namun, Einon terbukti lebih menindas dengan memperbudak mantan pemberontak yang membunuh ayahnya dan memaksa mereka untuk membangun kembali kastil Romawi. Einon juga membuat ayah Kara, yang memimpin pemberontak, dibutakan. Percaya hati naga telah merusak Einon, Bowen bersumpah akan membalas dendam padanya dan semua naga dengan memburu mereka.
Dua belas tahun kemudian, Bowen telah menjadi pembunuh naga yang terampil. Sementara itu, Einon, yang telah menjadi seorang tiran, telah membangun kembali istananya. Kara meminta agar dia membebaskan ayahnya setelah bertahun-tahun menjadi budak; Einon setuju tetapi membunuhnya untuk "melepaskan" dia. Biksu dan calon penyair Brother Gilbert menyaksikan kehebatan Bowen dan mengikutinya untuk merekam eksploitasinya.
Bowen menguntit seekor naga ke guanya, tidak tahu bahwa dialah yang berbagi hatinya dengan Einon. Konfrontasi berakhir dengan jalan buntu, ya di mana naga menyatakan bahwa dia yang terakhir hidup; mereka setuju untuk tidak saling membunuh dan malah membentuk kemitraan untuk menipu penduduk desa setempat dengan "pembunuhan" naga yang dipentaskan. Bowen kemudian menamai naga itu setelah konstelasi Draco, ya tidak menyadari hubungan Draco dan Einon, di mana mereka merasakan sakit satu sama lain.
Kara, mencari balas dendam pada Einon, dipenjarakan setelah upaya pembunuhan yang gagal. Menyadari dia bertanggung jawab atas kematiannya, Einon mencoba merayu Kara dan menjadikannya ratu. Membenci apa yang telah menjadi putranya, Aislinn membantu Kara melarikan diri dari kastil. Kara mencoba untuk menggalang desanya melawan Einon, tetapi mereka malah mengorbankannya untuk Draco. Setelah Draco membawa Kara ke sarangnya, Einon datang untuk menangkapnya kembali dan melawan Bowen. Saat bertarung, Einon melemahkan semangat Bowen dengan menyatakan bahwa dia tidak pernah percaya pada kode tersebut dan hanya menggunakan Bowen untuk belajar cara bertarung. Dia menang dan hampir membunuh Bowen, tapi Draco mengintervensi dan mengungkapkan setengah hatinya kepada Einon, membuatnya lari ketakutan. Kara meminta Bowen untuk membantu menggulingkan Einon, tetapi ksatria yang kecewa itu menolak.
Bowen bersatu kembali dengan Gilbert di desa lain sementara Kara mencoba mengekspos Bowen dan Draco, terkejut dengan tindakan mereka. Penduduk desa tidak mempercayainya sampai setelah pembunuhan dipentaskan sementara Draco berpura-pura mati. Dia kabur ketika penduduk desa memutuskan untuk mengukir dia untuk daging, mengungkapkan penipuan. Kemudian mereka mengelilingi Bowen, Kara, dan Gilbert, ingin memakan mereka sebagai gantinya; Draco menyelamatkan ketiganya dan membawa mereka ke Avalon, di mana mereka berlindung di antara makam Raja Arthur dan Ksatria Meja Bundar.
Draco mengungkapkan kebenaran tentang dirinya dan Einon: Dia berharap untuk mengubah sifat Einon dengan menyelamatkannya, menyatukan kembali ras Manusia dan Naga, dan mendapatkan tempat di konstelasi—Surga Naga. Draco takut pilihannya telah mengorbankan jiwanya, dan rohnya ditakdirkan untuk menghilang setelah kematian seperti dia tidak pernah ada. Setelah mendengar bahwa Kara dan bahkan Gilbert berniat menentang Einon, Draco setuju untuk membantu. Ketika visi Raja Arthur mengingatkannya akan kehormatan ksatrianya, Bowen juga setuju.
Bowen, Kara, Gilbert, dan Draco mengatur dan melatih penduduk desa menjadi tentara yang tangguh. Mereka hampir menang melawan pasukan Einon ketika Gilbert menyerang jantung Einon dengan panah; Namun, Draco, merasakan sakit Einon, jatuh dari langit dan ditangkap. Menyadari dia abadi selama Draco hidup, Einon bertekad untuk menjaga Draco tetap aman. Mengetahui hubungan mereka, Aislinn mencoba membunuh Draco atas permintaannya, tapi Einon mencegat dan membunuhnya.
Para pemberontak menyerbu kastil Einon untuk menyelamatkan Draco. Bowen dan Einon berduel melalui aula, berakhir dengan Bowen melempar Einon dari atas menara. Saat dia mencoba membebaskan Draco, naga memohon Bowen untuk membunuhnya dan mengakhiri pemerintahan Einon. Einon bangkit dan menyerang mereka, memaksa Bowen yang enggan untuk melemparkan kapak ke setengah hati Draco yang terbuka, membunuh dia dan Einon; dengan demikian mengakhiri pemerintahan terornya untuk selamanya.
Tubuh Draco menghilang saat jiwanya bergabung dengan sesama naga untuk menjadi bintang baru di konstelasi. Gilbert menyimpulkan bahwa Bowen dan Kara memimpin kerajaan ke era keadilan dan perdamaian, dengan bintang Draco bersinar lebih terang dari sebelumnya di masa-masa sulit.
***
Budi selesai membaca cerpen yang ceritanya menarik, ya buku di tutup dan buku di taruh bawah meja.
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum kopi dan makan gorengan gitu.
"Nyanyi ah. Main gitar ah!" kata Budi.
Budi mengambil gitar yang di taruh di samping kursi, ya gitar di mainkan dengan baik dan bernyanyi dengan baik.
Lirik lagu yang dinyanyikan Budi :
***
Budi selesai menyanyi, ya gitar berhenti juga di mainkan dan gitar di taruh di samping kursi.
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum kopi dan makan gorengan. Eko datang ke rumah Budi, ya sepedah di taruh di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi.
"Gorengan," kata Eko.
Eko mengambil gorengan di piring, ya di makan dengan baik gitu.
"Enak gorengan," kata Eko.
"Kalau begitu. Aku buat kopi dulu untuk Eko," kata Budi.
"Iya!" kata Eko.
Eko menikmati makan gorengan, ya satu buah selesai di makan, ya ngambil lagi di piring gorengan dan di makan dengan baik gitu. Budi ke dapur, ya membuat kopi dengan baik gitu.
"Enaknya gorengan ini," kata Eko.
Budi selesai membuat kopi, ya gelas berisi kopi di bawa ke depan rumah dengan baik. Sampai di depan rumah, ya gelas berisi kopi di taruh di meja gitu.
"Silakan kopinya!" kata Budi.
"Iya!" kata Eko.
Eko mengambil gelas berisi kopi di meja dan di minum dengan baik kopi gitu.
"Enak kopinya," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Gelas berisi kopi di taruh di meja.
"Ngomong-ngomong buat gorengannya pake bahan apa?" kata Eko.
"Buah kates yang aku petik di halaman belakang," kata Budi.
"Buah kates, ya biasanya di buat sayur. Ya di buat bakwan juga enak," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Buah katesnya ada yang setengah mateng," kata Eko.
"Belum ada buah katesnya setengah mateng, ya masih mentah semuanya," kata Budi.
"Kalau ada yang setengah mateng, ya enaknya...metis, ya kan Budi," kata Eko.
"Memang buah kates yang setengah mateng, ya enaknya metis. Di tambah buah yang lain," kata Budi.
"Metis di tambah buah yang lain. Enak gitu," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Kalau begitu. Main catur saja Budi!" kata Eko.
"Oke. Main catur!" kata Budi.
Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di taruh di atas meja. Eko dan Budi menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik.
"Emmm. Ngomong-ngomong gimana penilaian Budi tentang debat calon Presiden?" kata Eko.
"Yaaa aku hanya lulusan SMA dan juga latar belakang keluarga miskin. Jadi ada yang lebih baik penilaian itu, ya orang-orang yang tingkat sosial lebih baik dari aku dan juga ilmu yang hadir di acara debat calon Presiden," kata Budi.
"Budi menggunakan kerendahan hatinya dengan baik," kata Eko.
"Kerendahan hati, ya aku belajar dari orang tua," kata Budi.
"Memang sih, ya orang-orang yang hadir di debat calon Presiden, ya dari tingkat sosial lebih baik dari kita dan ilmu juga," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Ilmu itu harus di kembangkan dengan baik, ya terus belajar dan belajar, ya walau tidak harus duduk di bangku kuliah karena keadaan," kata Eko.
"Belajar sendiri dengan membaca buku Ilmu tingkat Universitas, ya jadi berkembang wawasan keilmuannya," kata Budi.
"Demi hidup ini. Mampu terus bersaing dengan baik dengan Ilmu pengetahuan," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Seperti biasa saja. Penilaian penonton yang baik, ya bagus," kata Budi.
"Bagus. Penilaian penonton yang baik. Ya aku nilai bagus juga," kata Eko.
"A dan B masih terlihat dengan baik," kata Budi.
"Sebatas obrolan lulusan SMA, ya A dan B terlihat dengan baik. Caturnya juga terlihat," kata Eko.
"Caturnya memang terlihat," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Eko dan Budi terus main catur dengan baik gitu.
"Debat calon Presiden dan wakilnya sudah menunjukkan kemampuannya dengan baik," kata Eko.
"Visi dan misinya telah di jelaskan dengan baik," kata Budi.
"Ya tinggal memilih pada waktunya Pemilu," kata Eko.
"Pemilu," kata Budi.
"Yang menang Pemilu, ya menurut pendapat aku, ya ada dua hal sih," kata Eko.
"Dua," kata Budi.
"Khusus, ya tergantung dari pelaksanaan strategi partai politiknya. Sedangkan umumnya, ya rakyat tidak terkait dengan partai politik, ya nilai suka saja pada pemimpin yang di pilih saja," kata Eko.
"Khusus dan umum. Oke pendapat Eko bagus. Aku setuju saja!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Budi dan Eko terus main catur dengan baik gitu.
No comments:
Post a Comment